//Setia dan Bertanggungjawab Kembangkan Potensi (Lukas 19: 11-27) – Pdt. Frans A. Dillak

Setia dan Bertanggungjawab Kembangkan Potensi (Lukas 19: 11-27) – Pdt. Frans A. Dillak

Salam jumpa dalam kasih Kristus. Syalom bp/mama/kakak/adik yang terkasih, tema kita: “Setia dan Bertanggungjawab Kembangkan Potensi”. Perumpamaan sebagai salah satu alat ajar yang Tuhan Yesus gunakan dalam menyampaikan pengajaran. Berbagai metode dan alat ajar digunakan Tuhan Yesus untuk mengoptimalkan pencapaian pembelajaran yang Tuhan Yesus berikan: mengkritik langsung, menyampaikan perumpamaan, melakukan mujizat, dan lain sebagainya. Tergantung pada konteks pendengarnya. Perumpamaan diberikan Tuhan Yesus agar pendengarnya lebih cepat memahami pengajaran-Nya dalam situasi yang dekat dengan kehidupannya.

Perumpamaan tentang uang mina diberikan Tuhan Yesus dalam konteks pendengar yang mengharapkan pemenuhan nubuatan mesianik politis dalam karya Tuhan Yesus. Mereka semakin dekat Yerusalem, Alkitab berkata demikian. Murid-murid harap-harap cemas, mungkinkah penggenapan mesianik politis segera akan digenapi. Pengharapan yang salah kaprah ini perlu untuk diluruskan! Perumpamaan tentang mina disampaikan Tuhan Yesus untuk menjelaskan hal-hal tersebut.

Isi perumpamaan ini: dikisahkan Sang tuan (bangsawan) pergi meninggalkan daerahnya karena ia akan dinobatkan sebagai raja di daerah yang lain. Tapi orang-orang sebangsanya tidak menyukainya sehingga mengutus orang untuk memberi/menyebarkan ujaran kebencian (hoaks) tentang sang bangsawan tersebut.

Ia mengetahui ujaran kebencian tentang dirinya tersebut. Ia mengetahuinya! Namun ia tidak responsip, waktu sejenak diambilnya untuk kemudian ia meresponnya pada waktu yang tepat. Ia tetap memenuhi panggilan penobatan terlebih dahulu. Ia pun pergi! Saat pergi, ia memanggil 10 orang hambanya dan mempercayakan mina untuk diperdagangkan. Ia pergi penobatan raja dalam dua situasi: pertama, ada ujaran kebencian dari “isi rumah” untuk mematikan karakternya dan kedua, ia mempercayakan mina kepada 10 orang hambanya, masing-masing 1mina. Hal ini memiliki arti yang sangat kuat yakni Sang Bangsawan memberikan jumlah mina yang sama; tidak ada yang kurang pun tiada yang lebih. Sama dan setara! Tugasnya adalah mengembangkan mina yang sama tersebut.

Mina memiliki nilai secara material/nominal. Mina merupakan satuan mata uang dalam dunia kuno, dan dalam konteks Perjanjian Baru, nilainya setara dengan sekitar 100dinar atau upah harian pekerja selama 100 hari. Namun dalam perumpamaan ini, nilai material mina tersebut bukanlah sesuatu yang menjadi penekanan Sang Bangsawan. Mina tersebut menjadi metafora bagi potensi/karunia/kesempatan/kepercayaan yang dititipkan oleh pemiliknya kepada para hamba. Potensi ini yang harus dikembangkan secara setia dan bertanggungjawab.

Beberapa hal penting bagi para hamba untuk mengembangkan mina tersebut adalah 1) Mereka akan mengembangkan mina (potensinya) tanpa pengawasan sang bangsawan. Mereka harus menerjemahkan sendiri bagaimana cara mengembangkan mina tersebut, namun yang dipastikan adalah mina tersebut harus dikembangkan tanpa diawasi sang bangsawan. Artinya: setia mengembangkan tanggung jawab sekalipun tanpa dikontrol oleh orang yang memimpin. Setia dan tanggung jawab adalah karakter yang terbentuk karena pemaknaan arti hidup. Siapapun pada situasi bagaimana pun, jika ia memiliki karakter yang kuat, maka ia akan tetap teguh dalam karakternya tersebut.  Hal yang kedua adalah 2) Para hamba diberikan jumlah mina yang sama, seluruhnya setara. Bagaimana mereka mengisi tugas mengembangkan mina tersebut adalah hal yang penting. Hal ini bukanlah soal berapa banyak yang kita punya, tapi apa yang kita lakukan dengan apa yang kita punyai tersebut. Alkitab memberi informasi bahwa dari 10 hamba tersebut terdapat dua orang hamba yang mengembangkan mina menjadi masing-masing dari 1mina menjadi 10mina dan 5mina. Sementara ada satu orang hamba yang menyimpan mina dalam sapu tangannya. Hal ini mengandaikan perhitungan dan sistem manajemen risiko yang dimiliki oleh para hamba. Alkitab tidak mencatat tentang bagaimana cara mereka berdagang ataupun informasi tentang hamba yang merugi; karena memang isi perumpamaan ini sepenuhnya berbicara tentang ketaatan untuk mengembangkan mina yang diberi. Ketaatan ini muncul dalam dua karakter utama yakni setia dan bertanggung jawab.

Bangsawan yang kembali dan mempertanyakan keadaan mina yang diberikan agar dikembangkan tersebut, perlu dimaknai sebagai ujian untuk mengukur ketaatan dari para hamba. Apakah mereka taat atau tidak pada perintahnya! Dan hasilnya, ada hamba yang mengembangkan mina, ada yang tidak. Mari berfokus pada hamba yang tidak mengembangkan minanya tersebut; ia melemparkan tanggung jawab kepada tuannya: aku takut kepada tuan sebab tuan adalah seseorang yang keras. Ketidakaktifan dan ketakutan adalah bentuk ketidaksetiaan (ay. 20–21) Hamba yang menyimpan mina dalam kain tidak kehilangan uang itu, tetapi ia tidak melakukan apa pun dengan kepercayaan yang diberikan. Ia membenarkan kelambanannya dengan menyalahkan tuannya. Namun tuannya menyebutnya hamba yang jahat, bukan hanya malas. Setelah kedapatan berbuat salah maka ada kecenderungan manusiawi untuk melemparkan kesalahan pada orang lain.

Penghujung perikop ini berbicara tentang pelaporan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh para hamba dan kemudian ditutup dnegan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang diberikan oleh Sang Bangsawan kepada para hambanya. Prinsip reward and punishment menjadi alat untuk membuka ruang reflektif bagi para hamba yang menjalankan tugas dari tuannya. Penting dicatat bahwa reward (penghargaan) yang diterima para hamba yang setia dan bertanggung jawab tersebut adalah perluasan tanggung jawab pada hal-hal yang lebih besar. 5 mina menjadi 5 kota dan 10 mina menjadi 10 kota. Barangsiapa setia pada hal-hal kecil, kepadanya akan dipercayakan hal-hal yang lebih besar.

Bp/mama sekalian, sebagai hamba-hamba Tuhan, seluruh manusia adalah hamba Tuhan, kita diingatkan untuk taat kepada Tuhan sebagai karakter utama seorang pengikut Kristus. Ketaatan itulah yang melahirkan kesetiaan dan rasa tanggung jawab dalam mengembangkan setiap potensi yang kita miliki. Semua manusia memiliki potensi laksana 1 mina yang diberi “Sang Tuan” sama dan setara kepada seluruh hambanya. Jaga dan kembangkanlah “mina-mina” tersebut. Tuhan Yesus menolong kita, Amin.***