//Perkuat Kapasitas Adaptasi Bencana, BPRB Sinode GMIT dan M21 Gelar Workshop tentang Perubahan Iklim di Bokong

Perkuat Kapasitas Adaptasi Bencana, BPRB Sinode GMIT dan M21 Gelar Workshop tentang Perubahan Iklim di Bokong

Foto: Adi Amtaran

Kupang Tengah,www.sinodegmit.or.id, Dalam rangka memperkuat adaptasi Jemaat menghadapi bencana, Sinode GMIT melalui Badan Pengurangan Risiko Bencana dan Mission 21 menggelar workshop ‘Pengenalan Ancaman atau Risiko Bencana dan Perubahan iklim melalui Teknik sketsa wilayah, Kalender musim dan Sejarah penghidupan’ di Jemaat GMIT Imanuel Bokong, Klasis Kupang Tengah, Minggu (9/11/2025).

Ketua BPRB Sinode GMIT, Pdt. Adi Amtaran menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat Jemaat, Klasis dan Sinode dalam pengurangan risiko bencana sebagai dampak dari perubahan iklim. Jemaat sebagai suatu komunitas dapat memiliki daya lenting dalam menghadapi bencana akibat perubahan iklim.

Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang peserta yang berasal dari unsur Jemaat dan Presbiter Jemaat Imanuel Bokong. Sedangkan Ir. Zet Malelak hadir sebagai narasumber dengan materi ‘Tata kelola sumber daya air yang berkelanjutan di tengah dampak perubahan iklim.’

Dalam materinya, Ir. Zet menyampaikan sebagai warga gereja perlu memiliki coping mechanismyakni strategi atau taktik yang digunakan seseorang untuk menghadapi dan mengelola perasaan tidak nyaman akibat stres, kecemasan, atau tekanan emosional, bahkan sakit hati akibat bencana. Dengan begitu, warga gereja dapat mengurangi dampak negatif yang muncul dan mampu beradaptasi dengan perubahan akibat bencana.

Salah satu hal yang ditekankan ialah tata kelola air secara ekonomi.

“Air harus dilihat dari perspektif ekonomi dan tidak hanya ekologi. Air dipakai sesuai kebutuhan, untuk masa kini dan masa depan. Terutama menanam air dengan membuat lubang jebakan air, menanam tanaman umur panjang seperti asam, nangka, kopi, kelapa, dll” kata Ir. Zet.

Ia berpesan agar air yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan rumah tangga, lahan pertanian, dan peternakan.

Salah satu peserta, Nemuel Taimenas menggambarkan daerah Bokong merupakan daerah yang rawan bencana, mulai dari banjir dan tanah longsor pada musim hujan, akan tetapi mengalami kekeringan pada musim kemarau. Karena itu kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka untuk beradaptasi dengan bencana maupun perubahan iklim.

Selain materi diatas, peserta juga dibimbing oleh Pdt. Adi Amtaran untuk membuat Sketsa wilayah, Kalender musim dan Sejarah penghidupan dari Jemaat setempat. Hal ini bertujuan untuk Jemaat mengenal situasi dan kondisi daerah mereka, tetapi juga potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Jemaat Imanuel Bokong dilayani oleh Pdt. Novy Amabi dengan jumlah 153 KK yang terbagi dalam 11 rayon dan berprofesi sebagai petani.  ***