//Sekolah Perempuan GMIT Klasis Pantar Timur: Perkuat Kualitas dan Ketrampilan Diri

Sekolah Perempuan GMIT Klasis Pantar Timur: Perkuat Kualitas dan Ketrampilan Diri

Foto: Very C. Bang

Pantar Timur-Alor,www.sinodegmit.or.id, Dalam rangka memperkuat kualitas dan ketrampilan Perempuan GMIT, Majelis Klasis Pantar Timur menyelenggarakan Sekolah Perempuan di Mata Jemaat Hermone Helandohi, Jemaat Bermata Jemaat Moria, pada Kamis hingga Jumat (4-5/9/2025).

Di bawah Tema “Kualitas diri dan Pengembangan Keterampilan,” kegiatan tersebut merupakan amanat Persidangan ke-24 Majelis Klasis Pantar Timur bidang Marturia dengan tujuan meningkatkan kemampuan Perempuan GMIT agar produktif dan mampu melaksanakan pelayanan dengan baik.

Lebih dari 100 kaum Perempuan hadir dalam Sekolah tersebut. Kegiatan diawali dengan tarian tarian Wadi, Elang dan lego-lego untuk menyambut Sekretaris Bidang (Sekbid) Pelayanan Anak, Remaja dan Taruna (PART), Lansia, dan Perempuan, Pdt. Aranjti Muskanan, dan Pengurus Perempuan Sinode GMIT. Tarian tersebut melambangkan ketulusan hati menerima kehadiran seorang tamu.

Ibadah Pembukaan dipimpin oleh Pdt. Bethara Buling, Ketua Majelis Jemaat Mahanaim Padangsul. Berdasarkan Amsal 31:10-31, Pdt Bethara berbicara tentang hidup perempuan dengan peran yang tidak mudah, karena itu tidak cukup jika hanya mengandalkan fisik. Dibutuhkan ketrampilan dan pengalaman dengan karakter yang baik untuk meningkatkan kualitas diri.

Sementara itu Ketua Majelis Klasis Pantar Timur, Pdt. Very C. Bang dalam suara gembalanya menyampaikan bahwa kutipan lirik lagu dangdut yang berbunyi, “Perempuan hanya di dapur, sumur, dan kasur,” tidak lagi relevan dengan peran perempuan masa kini. Identitas perempuan tidak bisa lagi direduksi hanya pada tiga hal tersebut. Perempuan memiliki kualitas diri, mampu menjadi pemimpin yang menyusun strategi, dan membuat keputusan penting.

Ia melanjutkan bahwa dengan bercermin pada tokoh-tokoh perempuan dalam Alkitab seperti Debora, Yael istri Heber, Ester, dan Dorkas, perempuan masa kini diajak untuk memahami perannya sebagai pembawa perubahan. Peran ini harus diwujudkan baik di dalam rumah tangga, gereja, maupun masyarakat.

Materi yang disampaikan dalam Kelas Umum Sekolah Perempuan mencakup tiga topik utama. Pertama, materi Perempuan dan Kesehatan dibawakan oleh Direktur Rumah Sakit Pratama Wailawar, Randi Talila. Kedua, Pdt. Arantji Muskanan, S.Th selaku Sekretaris Bidang Perempuan GMIT, menyampaikan materi tentang Perempuan dan Politik serta Pemberdayaan Ekonomi Perempuan. Terakhir, materi mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) disampaikan oleh Abdul Haris Kapukong, Kepala Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak.

Foto: Very C. Bang

Selain penyajian materi, diadakan pula kelas Musyawarah Pelayanan dengan agenda pemetaan potensi alam berdasarkan wilayah pegunungan, pantai, dan wilayah campuran. Acara dilanjutkan dengan pembagian kelas pelatihan pembuatan abon ikan tongkol dan minyak kemiri bakar.

Pdt. Beni N. Bessie, Ketua Majelis Jemaat Bermata Jemaat Moria mengungkapkan rasa syukurnya karena kegiatan ini dapat terselenggara di tempatnya. Lebih lanjut, ia menekankan agar tema kegiatan tidak hanya menjadi slogan, melainkan dapat menjadi bagian penting dalam kehidupan setiap perempuan sehingga mereka dapat menjalani hidup yang berkualitas dalam berbagai aspek.

Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Desa Helandohi, Munaseli, dan Pandai. Dukungan ini menegaskan bahwa keterlibatan perempuan dalam Sekolah Perempuan bukan hanya membahas isu gender, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas diri.

Selama acara berlangsung, tersedia berbagai stan yang menjual produk-produk, seperti hasil kerajinan tangan dan makanan lokal. Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pentas seni berupa peragaan busana dan pertunjukan vokal tunggal. Sebagai penutup, acara ini diakhiri dengan ibadah penyegaran iman yang dipimpin oleh Pdt. Mery Djami. *** (Very C. Bang)