KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Dalam rangka memastikan para mitra menjunjung tinggi perlindungan bagi setiap orang terutama kelompok rentan, Uniting World bekerja sama dengan GMIT dan Yayasan Tanaoba Lais Manekat (YTLM) mengadakan workshop safeguarding.
Safeguarding atau kode etik berperilaku adalah pedoman yang digunakan untuk perlindungan terhadap kesehatan, kesejahteraan dan hak asasi manusia.
Kebijakan safeguarding memungkinkan setiap orang terutama anak-anak, remaja, difabel dan orang dewasa yang rentan, dapat hidup bebas dari bahaya, pelecehan, penelantaran dan tindakan kekerasan lainnya.
dr. Ni Luh Debora Murthy, Regional coordinator SEARO-Uniting Wold, menjelaskan, kebijakan safe guardingberlaku bagi semua mitra Uniting World di seluruh dunia termasuk GMIT.
Kebijakan safeguarding ini berisi standar perilaku dan akuntabilitas yang meliputi: nilai dan perilaku, perlindungan anak, eksploitasi dan kekerasan seksual, komentar publik atau media, fotografi, video dan media lainnya, pelecehan, penindasan atau perundungan, praktik bisnis yang beretika dan pelanggaran keuangan, penyingkapan, dan kerahasiaan.
Materi workshop didahului dengan penyampaian landasan teologis safeguardingoleh Pdt. Dr. Mery Kolimon dengan materi berjudul: Perlindungan (HAM di tempat) kerja khususnya di lingkungan gereja.
Disusul dr. Ni Luh Debora Murthy dengan materi: Apa dan bagaimana safeguarding: Memahami dan mempraktekan safeguarding dalam lingkungan kerja.
Materi terakhir oleh Pdt. Ni Luh Mariari M.Th., yang menyampaikan testimoni tentang bagaimana Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) mempersiapkan dokumen safeguarding dan penerapannya dalam pelayanan bergereja.
Workshop dilaksanakan di Hotel Neo-Kupang, Rabu, (6/4), diikuti oleh para karyawan pendeta dan non pendeta yang bekerja di kantor Majelis Sinode GMIT.
Kegiatan ini diawali dengan ibadah pembukaan dipimpin Pdt. Nicolas Lumba Kaana dan suara gembala oleh Pdt. Gayus Pollin, Wakil Ketua MS GMIT. ***