
Pendahuluan
Kitab Amsal merupakan koleksi dari aneka tulisan dan penulis. Pengaruh bangsa-bangsa di Timur Tengah Kuno sangat kuat membentuk kitab Amsal sebagai bahan pendidikan tradisional yang digunakan oleh Umat Israel. Terdapat persamaan-persamaan dengan bahan pengajaran yang berkembang pada masa sebelum kerajaan sampai sesudah pembuangan di Babel. Namun keyakinan Israel yang monoteistik menjadi ciri pembeda dengan pengajaran hikmat yang ada pada bangsa-bangsa sekitarnya.
Demikian pula terkait pengarang kitab ini, sejumlah nama disebutkan misalnya Salomo, Orang Bijak, Agur bin Yake,dan Lamuel. Nama Salomo diterima sebagai penulis sebagian dari kitab Amsal. Hal tersebut sejalan dengan sejumlah peneltian para ahli yang meyakini bahwa sebagian kitab Amsal berasal dari masa sebelum kerajaan (sekitar abad ke-12 s/d 10 sM) dan dari masa pembuangan. Secara khusus Amsal 1 – 9 dikumpulkan sesudah masa pembuangan di Babel (sekitar abad ke-7 dan abad ke-6 sM) .
Tema PA adalah “Keluarga yang Hidup dalam Kebaikan”. Jadi ada 2 kata kunci yang perlu kita lihat yaitu keluarga dan kebaikan.
Untuk menolong kita memahami bacaan dan tema kita maka ada satu konsep teologis yang penting untuk kita pahami dalam kitab Amsal yakni konsep itu tentang Bet’avatau Rumah Bapa.
Pemahaman bangsa Israel tentang dirinya sebagai masyarakat turut mempengaruhi bentuk pengajaran dalam kitab Amsal.
Apa itu Rumah Bapa/Bet’av ?
“Rumah Bapa”/Bet’av adalah unit sosial, ekonomi, religius, dan politik yang mendasar dalam masyarakat Israel kuno. Biasanya terdiri atas 3 atau 4 keluarga yang terdiri atas Kepala Keluarga (kakek atau ayah), anak2 yang sudah menikah bersama istri masing-masing, cucu-cucu, budak-budak dan orang asing yang tinggal diantara mereka.Dalam struktur suku-suku di Israel selain Rumah Bapadikenal juga misypaha(klan/gabungan bet’av) dan syevet(suku).
KonsepBet’av memang tidak eksplisit disebutkan dalam kitab Amsal namun sangat dominan mewarnai kitab ini. Kata “anakku” dan peran ayah dan ibu dalam keluarga misalnya, menunjukkan kuatnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bet’av.
Dalam konteks Amsal 1 – 9 yang disusun dan disunting Pasca Pembuangan maka konsep keluarga (Bet’av) menjadi sangat penting dalam rekonstruksi identitas mereka sebagai bangsa. Keluarga sangat berperan untuk mengajarkan dan melestarikan tradisi, hukum Taurat, bahasa, dan iman kepada Yahweh.
Contoh yang dapat diangkat misalnya cerita tentang Ester dan pamannya Mordekhai. Kebaikan Mordekhai dimulai dari rumah/keluarga dengan jalan mengasuh dan membesarkan Ester sebagai anggota Bet’av-nya. Dengan jalan demikian maka mereka tetap mempertahankan identitas sebagai orang Yahudi..
Dengan demikian maka penting kita catat bahwa kebaikan itu dimulai dari dalam Bet’av atau rumah/keluarga.
Penjelasan Teks :
Ay. 27 – 28 :menekankan pada berbuat baik kepada yang berhak menerimanya. Penekanannya pada kesediaan para pemilik kebijakan untuk segera atau tidak menunda-nunda untuk melakukan tindakan kasih kepada mereka yang miskin atau kurang beruntung. Sikap tidak menunda untuk melakukan kebaikan adalah anjuran agar sesama dapat segera menikmati sukacita. Dalam konteks Bet’av, melakukan kebaikan bukan hanya tanggung jawab perorangan, melainkan tanggung jawab seluruh keluarga besar. Sebuah Bet’av yang dikenal pelit atau tidak menolong dapat menjatuhkan reputasi keluarga.
Ay. 29 – 30 :Teks ini merupakan anjuran untuk hidup damai dengan orang lain. Pengamsalmengajarkan untuk tidak merancang kejahatan atau bertengkar tanpa alasan. Dengan kata lain, menjaga perdamaian dengan tetangga dan sesama merupakan kewajiban dalam sebuah keluarga. Dibutuhkan pengertian dan hikmat untuk mencegah agar kesalapahaman tidak berubah menjadi konflik, baik dalam lingkup bet’av, antar bet’av maupun dalam lingkungan yang lebih luas.
Ay. 31 – 32 : Pengamsal mengajurkan untuk memilih teladan yang benar. Perilaku orang lalim bukanlah teladan yang patut dicontohi karena mereka adalah orang yang tidak takut akan Tuhan dan tidak menghormati sesama, karenanya kebaikan bagi orang lain tidak ditemukan di jalan yang jahat. Pengamsal juga mengingatkan bahwa jalan yang jahat adalah jalan orang sesat dan merupakan kekejian bagi Tuhan. Tetapi Tuhan berteman dengan orang yang bibirnya tidak berdusta, hatinya tidak serong dan tidak merancang kejahatan.
Ay. 33 – 35 : kutuk yang menimpa rumah orang fasik disebabkan karena mereka tidak peduli dengan kebenaran dan cenderung melakukan kejahatan serta lebih fokus pada kepentingan diri sendiri. Di sini, hukuman dan berkat dikaitkan dengan rumah (bayit) dan tempat kediaman. Karena itu orang fasik akan menerima kutuk bersama dengan keluarganya sedangkan orang benar diberkati rumah tangganya. Sama seperti pengertian bet’av,maka pilihan hidup seorang kepala keluarga akan berdampak kepada seluruh anggota keluarganya, termasuk anak, menantu, cucu, dan bahkan orang asing yang tinggal bersama mereka.
Pesan Teks :
- Menjadikan kejujuran dan kepercayaan menjadi pegangan dalam keluarga.Keluarga berperan penting dalam membentuk nilai-nilai yang seturut dengan firman Tuhan. Sikap yang jujur dan terpecaya merupakan refleksi terhadap Firman Tuhan dan menjadi panduan dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.
- Menjadi keluarga yang menjalankan kebaikan dan kebenaran.Tindakan seorang kepala keluarga (atau anggotanya) membawa konsekuensi bagi seluruh keluarga, baik ayah, ibu dan anak-anak maupun bagi keluarga besar. Menjalankan anjuran untuk berbuat baik dan benar adalah teladan yang akan menuntun setiap keluarga menjadi berkat dan diberkati.
- Keluarga yang cinta damai. Warisan keluarga yang cinta damai adalah kemuliaan Allah. Kehadirannya mendatangkan kebaikan dan damai sukacita. Ciri ini menjadi identitas keluarga di tengah dunia yang penuh ancaman kekerasan dan terror bagi anggota keluarga.
Pertanyaan Diskusi :
- Apa contoh kebaikan2 yang masih terus dilakukan oleh keluarga hingga hari ini dan apakah menurut anda kebaikan2 itu masih berdampak ?
- Bagaimana mengelola kebaikan agar menjadi identitas keluarga Kristen ?
- Dalam kehidupan sehari-hari apakah kita cenderung “menunda kebaikan” meskipun kita mampu melakukannya ? Berikan contohnya
- Apakah kita di Rumah Bersama telah menjadi Keluarga yang Hidup dalam Kebaikan, berikan catatan evaluasi untuk pengembangan pelayanan ke depan.
Penutup
Dalam dunia yang kompetitif dan individualistik, keluarga menjadi tempat pertama dan utama untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan. Kebaikan adalah sebuah keteladanan. Karena itu orang tua dituntut untuk aktif mengajarkan dan mempraktekkan kebaikan dalam sikap dan prilaku hidup setiap hari. ***











