Kupang- www.sinodegmit.or.id, Sebagai warga GMIT, kita patut bangga dengan prestasi yang diraih Bank Perkreditan Rakyat- Tanaoba Lais Manekat (BPR-TLM). Pada bulan Maret 2016 BPR-TLM terpilih sebagai BPR terbaik di NTT. Sementara di tingkat nasional sebagaimana dilansir Majalah Infobank, BPR-TLM mendapat urutan 105 dari 1.632 BPR se-Indonesia. Untuk diketahui bahwa, BPR-TLM merupakan salah satu Badan Pembantu Pelayanan dibawah naungan Yayasan TLM milik GMIT.
Prestasi tersebut tak lepas dari dukungan warga GMIT khususnya jemaat-jemaat yang telah berinvestasi di BPR-TLM. Hal ini diungkapkan direktur utama BPR-TLM, Robert Fanggidae dalam pertemuan dengan Majelis Sinode GMIT, para ketua klasis, ketua majelis jemaat dan bendahara di sekitar Kota Kupang, Senin 17 Oktober 2016 bertempat di rumah kebaktian jemaat GMIT Agape-Kupang.
Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 100 orang presbiter itu, Direktur Utama BPR-TLM, Robert Fanggidae menjelaskan bahwa, predikat sebagai BPR terbaik menuntut kerja keras semua pihak terutama GMIT sebagai pemilik Bank untuk mendukung BPR-TLM guna meningkatkan daya saing perbankan. Sejauh ini, kata Robert, 90% saham dimiliki oleh yayasan TLM dan sisanya 10% dimiliki oleh individu (pengurus). Karena itu, ia mengharapkan Majelis Sinode GMIT dan jemaat-jemaat terutama di kota Kupang turut menanamkan modal di BPR-TLM dalam rangka memperkuat daya saing di masa-masa mendatang.
Ketua Majelis sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery L.Y. Kolimon yang hadir dalam pertemuan ini memberi apresiasi atas prestasi yang diraih BPR-TLM sekaligus mendorong jemaat-jemaat GMIT untuk mendukung BPR-TLM dalam segi modal agar di masa mendatang BPR-TLM tetap sehat. Terkait hal itu ia berharap kepemilikan saham sebaiknya tidak didominasi oleh satu atau dua pihak tetapi kepemilikan itu lebih terbuka.
Selain itu ia juga menegaskan bahwa kehadiran BPR-TLM dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat harus ditempatkan dalam bingkai teologi ekonomi yang kuat dan tepat. “Kita harus memberi garis bawah yang tegas bahwa keterlibatan gereja dalam pengembangan ekonomi bukan terutama untuk bisnis semata. Gereja bukan lembaga bisnis. Gereja adalah lembaga pelayanan sehingga bila GMIT memiliki lembaga pelayanan dibidang ekonomi seperti BPR-TLM itu dimaksudkan, bersama-sama dengan Allah, gereja ikut menata struktur kehidupan ekonomi yang baik di NTT.”
Karena pertemuan itu bersifat sosialisasi, maka Pdt. Mery Kolimon berjanji akan membawa pergumulan BPR-TLM dalam persidangan Majelis Sinode terdekat guna memutuskan sejumlah hal penting menyangkut mekanisme dan bentuk dukungan sinode GMIT pada BPR-TLM.