KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Pemberlakuan protokol pemerintah terkait mitigasi pandemi virus Corona berdampak luas. Di sektor ekonomi, para pekerja harian seperti tukang ojek, pedagang kaki lima, pedagang pasar tradisional, buruh kasar, pemulung dan seterusnya hampir kehilangan seluruh penghasilan.
Di sisi lain, kaum lansia, para penderita penyakit kronis dan anak-anak berpotensi terpapar virus Corona akibat daya tahan tubuh yang lemah. Belum lagi kelangkaan alat perlindungan diri berupa, masker dan hand sanitizer semakin menambah kerentanan dan kekhawatiran warga.
Menghadapi situasi yang demikian, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di lingkup Jemaat, Klasis dan Sinode menyatukan sumber daya yang tersedia untuk saling menolong.
Di Jemaat Emaus Liliba-Klasis Kota Kupang Timur misalnya, Majelis Jemaat membentuk tim mitigasi yang beranggotakan para pemuda. Mereka melakukan sosialisasi wabah virus Corona, menyiapkan dan memastikan pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) ibadah, membuat dan membagikan disinfektan, menyediakan tempat cuci tangan sederhana di rayon-rayon, menyiapkan aplikasi digital untuk memantau warga yang datang dari luar daerah dan pembagian beras serta sabun cuci tangan.
“Kami melibatkan teman-teman dari Poltekes khususnya bidang Kesehatan Lingkungan untuk bantu sosialisasi Covid kepada warga. Kami juga membuat grup whatsapp khusus untuk warga yang baru datang dari luar daerah. Tersedia format dalam bentuk aplikasi yang harus mereka isi setiap hari pada jam 7 malam dan dikirim kepada tim mitigasi untuk pantau perkembangan kesehatan mereka seperti suhu tubuh atau gejala-gejala tertentu yang muncul. Kami juga menyiapkan beras enam ton untuk bantu warga yang berpenghasilan harian seperti ojek, pedagang kaki lima, penjual sayur keliling, buruh harian, dan lain-lain. Untuk tahap pertama, kami sudah distribusi beras kepada 160 kepala keluarga dengan masing-masing mendapat 10 kilogram,” jelas Lesly Nangkiawa, Ketua Tim Mitigasi Covid Jemaat Emaus Liliba.
Pelayanan diakonia juga tengah berlangsung di Jemaat Bethesda Tarus. Ketua Majelis Jemaat setempat Pdt. Bendelina Doeka-Souk mengatakan pihaknya telah melaksanakan pelayanan diakonia kepada anggota jemaat yang membutuhkan.
“Hari ini kami melakukan pelayanan diakonia bagi 73 kepala keluarga dalam bentuk bantuan beras, telur dan sabun. Sekaligus kami menyiapkan data anggota jemaat yang berpenghasilan harian yang tersebar di 21 rayon, seperti tukang ojek, pedagang kecil untuk diakonia tahap berikutnya,” ungkap Pdt Lin.
Jemaat Sola Gratia Alukama-Klasis Lobalain, Rote, juga tak ketinggalan. Sejak Minggu lalu, kata Pdt. Seprianus Haan, mereka telah melakukan sosialisasi mitigasi virus Corona melalui kunjungan terbatas ke setiap rayon dengan melibatkan para diaken. Mereka juga membuat hand sanitizer dan membagikan sabun cuci tangan kepada seluruh kepala keluarga sekaligus melatih mereka mencuci tangan yang benar.
Upaya serupa juga dilaksanakan di Jemaat Pola Kalabahi-Alor. Untuk memastikan kandungan bahan kimia sesuai standar kesehatan dalam pembuatan hand sanitizer, UPP Perempuan GMIT Pola bekerja sama dengan Universitas Tribuana Alor.
“Kami membuat hand sanitizer dari bahan baku lokal dengan melibatkan akademisi dari Untrib. Prosesnya kami buat dalam bentuk video dan kami bagikan di media sosial untuk jadi contoh bagi jemaat dan nanti produk hand sanitizer ini untuk dipakai oleh jemaat yang datang menyerahkan persembahan di gereja selama masa social distancing,” jelas Pdt. Dorkas Sir. (buka link video di sini:https://youtu.be/wxWQX0zLmwk)
Mengingat pentingnya membangun kerja sama dengan stakeholder di desa, Pdt. Sutrini Lusi dari Jemaat Hosana Pusu-Klasis So’e juga mengajak pendeta-pendeta dari gereja denominasi melakukan edukasi kepada warga agar meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan virus Corona.
“Kami bikin grup whatsapp presbiter untuk berbagi informasi terkait mitigasi. Saya juga membagikan bahan-bahan SOP pemakaman dan penghiburan orang mati yang dikeluarkan Majelis Sinode GMIT kepada kepala desa dan teman-teman pendeta gereja denominasi kharismatik untuk diketahui dan menjadi bahan belajar bersama,” ujar Pdt. Sutrini.
Koordinasi antar tokoh agama, pemerintah desa dan aparat keamanan juga digalakkan oleh Majelis Klasis Kupang Barat. Pdt. Doddy Octovianus, mengaku telah berkoordinasi dengan pemerintah desa dan polsek setempat untuk memastikan warga mentaati Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang dikeluarkan oleh pemerintah dan Majelis Sinode GMIT terkait peribadatan dan kegiatan lain dalam masyarakat. Majelis Klasis juga memanfaatkan sosial media untuk menyebarluaskankan informasi-informasi dari sumber-sumber terpercaya terkait virus Corona.
Selain itu, menurut Pdt. Doddy, sejumlah jemaat di klasis Kupang Barat juga telah menyalurkan bantuan diakonia kepada anggota jemaat yang membutuhkan.
“Sejauh ini beberapa jemaat seperti Betel Nitneo, Pniel Panaf Oesina, Lahairoi Kuanheum, Lopomaus Tuale’u, dan Elim Bolok sudah menyerahkan bantuan diakonia kepada warga berupa beras, gula pasir, minyak goreng, teh, susu, telur juga uang tunai bagi yang sakit,” ujar Ketua Majelis Klasis Kupang Barat.
Sementara itu di lingkup sinodal, Majelis Sinode GMIT terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah guna memastikan kesiapsiagaan warga. Upaya strategis lain yang ditempuh Majelis Sinode saat ini adalah menyiapkan database sebagai alat analisis dan advokasi dalam menunjang pelayanan diakonia kepada seluruh jemaat GMIT yang membutuhkan bantuan baik materil maupun moril. ***