MAKNA ANGKA 70 DALAM PERJANJIAN LAMA DAN IMPLIKASINYA BAGI PERAYAAN HUT GMIT KE-70

                 Dr. Ira D. Mangililo

Pada tanggal 31 oktober 2017 ini Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) akan merayakan HUT-nya yang ke-70. Dalam rangkaian kehidupan manusia, mereka yang berusia 70 tahun dikategorikan sebagai orang-orang yang telah lanjut usia (lansia). Dalam kitab Mazmur 90:10, dikatakan bahwa masa hidup manusia rata-rata adalah 70 tahun. Jika seseorang kuat maka ia bisa mencapai usia 80 tahun namun tentu saja seseorang patut bersukacita jika kepadanya diberikan usia hingga mencapai 70 tahun. Lalu bagaimana pemahaman Perjanjian Lama sendiri tentang makna 70? Apakah angka ini memiliki makna khusus dalam dunia Israel Kuno? Bagaimana pemaknaan angka ini ketika dipahami pada masa Yesus yang memiliki konteks dunia yang berbeda? Bagaimana makna angka ini menolong GMIT memaknai usianya yang ke-70 tahun?

Dalam dunia Perjanjian Lama, angka 70 memiliki tiga arti yang berbeda. Angka ini sering dihubungkan dengan angka 7 yang dianggap sebagai lambang kesempurnaan dan keutuhan hidup. Di hari ke-7, Allah berhenti dari segala pekerjaan penciptaanNya; Ia tidak saja beristirahat melainkan menguduskan hari itu. Karena angka 70 adalah 7×10 maka angka inipun merupakan angka untuk jumlah penguasa yang lengkap dan sempurna. Hal ini dapat dilihat dalam Bilangan 11:16 di mana Allah memerintahkan Musa untuk memilih 70 orang tetua untuk menjadi penguasa atas bangsa Israel (lihat juga Kel. 24:1; Hak. 9:2; dan Yez. 8:11).[1]  Pada masa Perjanjian Baru, kita memperoleh informasi bahwa Mahkama Agung Yahudi, yang dikenal dengan sebutan Sanhendrin, memiliki 70 orang anggota ditambah Imam Besar sebagai ketua dan anggota ex-officio.[2] Hal yang patut dicatat adalah bahwa dalam Bilangan 11:17 tercatat bahwa Allah berbicara pada Musa bahwa Ia akan mengambil sebagian dari Roh yang hinggap pada Musa dan akan diberikan kepada 70 orang tersebut agar orang-orang tersebut dapat bersama-sama dengan Musa memikul tanggung jawab atas bangsa itu. Di sinilah  para tetua yang berjumlah 70 orang ini hadir sebagai figur-figur yang meringankan beban tanggung jawab Musa. Pemindahan Roh dari seorang figur pemimpin kepada pihak lain yang dianggap sebagai murid atau penerusnya tentu saja bukanlah hal baru dalam Perjanjian Lama.[3] Dalam cerita Elia dan Elisha kita membaca bagaimana Roh Elia diserahterimakan kepada Elisa. Keberadaan Roh Elia pada diri Elisa menjadikannya figur yang berkarisma dan memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan perkara-perkara sama seperti Elia.[4] Itu sebabnya para rombongan nabi kemudian bersujud sampai ke tanah (2 Raj 2:1-15).

Arti yang kedua dari angka 70 adalah berkenaan dengan keberadaan orang-orang Israel di pembuangan di antara bangsa-bangsa asing. Yakub misalnya pergi ke Mesir dan menetap di sana bersama-sama dengan keluarganya yang berjumlah 70 orang (Kej 46:27).[5] Namun tak jarang kita juga menemukan contoh dalam Perjanjian Lama di mana angka 12 muncul bersama-sama dengan angka 70. Angka 12 sendiri mengacu pada 12 suku sedangkan angka 70 merujuk pada jumlah bangsa-bangsa lain. Hal ini nampak pada Kel. 15:27 dan Bilangan 33:9 di mana 12 mata air merujuk pada tanah perjanjian yang hendak dituju oleh bangsa Israel dan oleh karena itu melambangkan 12 anak Yakub sementara 70 pohon korma melambangkan tanah Mesir yang telah ditinggalkan umat Israel. Masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia pun berlangsung selama 70 tahun (Yer 25:11, 29:10; Daniel 9:2, Zak. 1:12, 7:4, Yesaya 23:17; 2 Taw 36:21).[6] Rupanya gambaran angka 12 dan 70 yang muncul bersama-sama ini pun turut digunakan oleh Yesus dalam Lukas 9:1-3 dan 10:1-12, 17-20. Dalam Luk 9:1, Yesus mengutus dua belas murid untuk memberitakan kerajaan Allah di desa-desa yang berada di wilayah Palestina. Namun di pasal 10:1-12, kita melihat bahwa Yesus mengutus 70 murid untuk mewartakan Kerajaan Allah ke rumah-rumah orang asing di wilayah Samaria. Yesus mengatakan bahwa kehadiran mereka akan ditolak namun ada di antara orang-orang itu yang akan membuka pintu rumah mereka. Dan kepada orang-orang asing itu, para murid harus mengatakan, “damai sejahtera bagi rumah ini.” Dengan demikian 70 orang murid diutus untuk melaksanakan misi yang bersifat universal dan inklusif yang menjangkau bukan saja orang-orang Palestina namun mereka yang berada di berada di wilayah-wilayah tetangga.[7]

Makna yang terakhir dari angka 70 adalah berhubungan dengan pengampunan. Dalam Daniel 9:1-27 kita membaca bagaimana Daniel berdoa dengan sangat kepada Tuhan guna memohon pengampunan bagi bangsanya. Menurut Daniel, dosa dan pelanggaran para pemimpin dan umat Israel merupakan alasan mereka di buang ke negeri pembuangan. Akibat doa pengampunan itu maka kepada Daniel (Dan 9:24) dijanjikan pengampunan bagi bangsanya yang akan terjadi dalam 70×7 masa.[8] Pada Matius 18:21-22, angka 70×7 muncul kembali dalam konteks pertanyaan Petrus yang juga bertanya tentang pengampunan. Ia bertanya kepada Yesus tentang berapa kali harus mengampuni orang lain. Ketika Petrus berpikir bahwa angka 7 sebagai lambang kesempurnaan adalah jumlah yang tepat untuk mengampuni orang lain maka Yesus menggunakan apa yang ditulis dalam Daniel sebagai angka pengampunan yaitu 70×7 kali. Tentu saja dalam realita tidak ada satu manusia pun yang mampu mengampuni secara tidak terbatas seperti itu. Oleh karena itu, pengampunan yang sejati seperti halnya tertulis dalam Daniel hanya mampu diberikan oleh Tuhan saja. Manusia berdosa yang telah menerima pengampunan dari Tuhan hendaknya berusaha mengikuti teladan Tuhan yang mengampuni.

Dari pemaparan tentang tiga makna angka 70 di atas maka dapat disimpulkan bahwa angka 70 merupakan angka yang merujuk pada angka untuk jumlah pemimpin umat yang lengkap dan sempurna; dan Allah mencurahkan RohNya atas mereka sehingga mereka dapat memimpin secara bijak dan tulus. Angka 70 juga dihubungkan dengan jumlah orang Israel yang merantau di pembuangan atau dapat pula mengacu pada bangsa-bangsa lain. Ketika dihubungkan dengan konsep misi Lukas maka angka 70 ini melambangkan tekad para pengikut Kristus untuk mengikutsertakan bangsa lain dalam pelayanan misi mereka. Di sinilah misi Lukas bersifat universal dan inklusif. Akhirnya, angka 70 juga melambangkan makna pengampunan yang menuntun pada pembebasan dan pemulihan.

Ketika ketiga makna angka 70 yang terdapat dalam kitab suci ini kita hubungkan dengan usia GMIT yang akan memasuki angka 70 tahun ini maka besar harapan saya bahwa para pemimpin di GMIT pun semakin mengasah dan mengembangkan diri untuk menjadi sosok-sosok pemimpin yang memerintah secara bijak dan tulus. Seperti halnya ke-70 orang pemimpin yang ditunjuk dan dipanggil untuk bekerja sama melayani dan memimpin umat Tuhan memasuki tanah perjanjian, maka hendaknya para pemimpin di GMIT bekerja sama melayani umat Tuhan yang dipercayakan kepada mereka. Lebih lanjut, makna angka 70 yang mengacu pada pelayanan misi yang bersifat universal dan inklusif hendaknya mendorong GMIT untuk merangkul keberagaman di bumi Indonesia guna mengusahakan dan merawat kehidupan bersama yang adil, damai dan sejahtera. Selain itu, GMIT di usianya yang ke-70 ini juga dipanggil untuk merefleksikan rahmat dan anugerah pengampunan Tuhan yang mendorong kita semua untuk bergiat mengusahakan pembebasan dan pemulihan bagi mereka yang terluka, tertindas dan terpinggirkan.

[1] Iver Larsen, “Number Symbolism in the Bible, diunduh dari https://www.academia.edu/1040939/Number_symbolism_in_the_Bible, akses internet: 26 September 2017.

[2] Larsen, “Number Symbolism in the Bible.”

[3] Elliot B. Gertel, “Moses, Elisha and Transferred Spirit: The Height of Biblical Prophecy? Part 1,” Jewish Bible Quarterly 30, No.2 (2002), 73-79.

[4] Gertel, “Moses, Elisha and Transferred Spirit,” 75-77.

[5] Larsen, “Number Symbolism in the Bible.”

[6] Larsen, “Number Symbolism in the Bible.”

[7] Ulrich Busse, “A Study of Luke 10 in Context,” HTS 61 (1&2) 2005, 81-82.

[8] Wayne Jackson, “Daniel’s Prophecy of the ‘Seventy Weeks,’” diunduh dari: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.579.3393&rep=rep1&type=pdf, akses internet: 25 September 2017, 1-2. Lihat juga George Athas, “In Search of the Seventy ‘Weeks’ of Daniel 9,” Jurnal of Hebrew Scripture Vol 9, 2-19.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *