Mengelola Stress dalam Keluarga – Pdt. Jeni M. Daga-Bailao

Kita mengenal Keluarga atau famili sebagai sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran, hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang-orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Itu harapan idealnya tentang menerima satu sama lain apa adanya tanpa menuntut dan menghakimi, tapi dalam kenyataannya masing-masing orang sudah memiliki harapan dan ekspektasi tentang keberadaan dan fungsi anggota keluarga yang lain, ketika harapan itu berbeda dengan realita yang terjadi maka muncullah gap dan juga stress.

Stres adalah respons alami tubuh terhadap situasi atau peristiwa yang dianggap menantang atau mengancam. Secara biologis, stres adalah mekanisme yang membantu manusia menghadapi ancaman fisik atau mental dengan mempersiapkan tubuh untuk “melawan atau lari” (fight or flight). Hanya perlu diingat baik-baik bahwa tidak semua stres berkonotasi dengan hal yang negatif. Kelahiran anak, promosi jabatan, kelulusan, merupakan contoh stres yang positif (eustress).

Ketika stres yang dialami hanya sebentar, aliran adrenalin yang diproduksi dalam jumlah kecil akan menguntungkan dan dapat membantu untuk bertahan hidup, melatih daya tahan mental kita, yang membantu kita menjadi lebih kuat ketika kita menghadapi situasi atau situasi yang tidak mengenakkan. Misalnya, ketika dikejar seekor anjing atau akan diserang oleh seseorang yang berniat jahat, tubuh otomatis akan memompa adrenalin dan kortisol sehingga kita menjadi waspada, pandangan menjadi lebih tajam, dan memiliki tenaga lebih untuk berlari atau melawan. Namun, jika stres terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang, adrenalin dan kortisol akan diproduksi dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat berpotensi merusak diri kita secara fisik mental, sosial maupun spiritual, salah satunya dengan munculnya penyakit-penyakit fisik (sakit kepala, diabetes, obesitas, hipertensi, stroke, disfungsi seksual, GERD, mual, muntah, asma, serangan jantung, mudah terinfeksi penyakit, penuaan dini) dan juga gangguan mental dan kehidupan sehari-hari kita pun dapat terganggu. Relasi kita dengan sesama dan Tuhan pun ikut terganggu.

Jika dipetakan maka kita akan menemukan bahwa salah satu penyebab utama dari stress adalahmasalah keluarga. Lingkungan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan mendapatkan dukungan, terkadang justru menjadi sumber ketegangan dan tekanan. Berikut adalah beberapa masalah keluarga yang sering menimbulkan stres:

1. Keluarga yang tidak harmonis

Stres dapat terjadi karena ketidakcocokan antara anggota keluarga, baik itu suami-istri, orang tua-anak, mertua-menantu, ipar-ipar, atau saudara-saudara. Hal ini disebabkan karena perbedaan pendapat, komunikasi yang buruk, dan ketidakmampuan untuk berkompromi.

2. Finansial

Kesenjangan finansial di antara anggota keluarga bisa memicu konflik dan mendatangkan stress. Banyaknya hutang, tagihan yang menumpuk, dan penghasilan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan.

3. Tuntutan Peran Ganda

Banyak anggota keluarga, terutama perempuan, sering kali menghadapi tuntutan peran ganda sebagai pencari nafkah dan pengurus rumah tangga. Kewajiban untuk menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga dapat menimbulkan stres yang signifikan.

4. Pengasuhan Anak

Membesarkan anak adalah tugas yang penuh tantangan dan bisa menjadi sumber stres besar bagi orang tua. Perbedaan generasi memicu terciptanya gap. Masalah seperti perilaku anak, tekanan akademik, perbedaan cara pandang dan kebutuhan emosional anak memerlukan perhatian dan energi yang besar dari orang tua. Perbedaan pola pandang di antara suami istri terhadap pengasuhan anak juga berpotensi mendatangkan stress.

5. Peristiwa yang membuat trauma

Antara lain: kekerasan fisik maupun verbal, pengabaian, hingga Perceraian atau perpisahan merupakan pengalaman yang sangat emosional dan penuh stres bagi semua anggota keluarga. Dalam kasus perceraian; Proses hukum, pembagian aset, dan penyesuaian dengan kehidupan baru tanpa pasangan dapat sangat membebani secara mental dan emosional.

6. Kesehatan Anggota Keluarga

Ketika salah satu anggota keluarga mengalami masalah kesehatan yang serius termasuk penyakit berjangka lama, seluruh keluarga bisa merasakan dampaknya. Merawat anggota keluarga yang sakit membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan sumber daya, yang pada akhirnya dapat menimbulkan stres bagi anggota keluarga lainnya.

7. Kehilangan Anggota Keluarga

Kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian maupun pindah ke tempat yang jauh (karena pernikahan, pekerjaan, maupun Pendidikan) adalah sumber stres yang besar. Proses berduka dan beradaptasi dengan kehidupan tanpa mereka (baik selamanya atau untuk sementara waktu) dapat sangat menyakitkan dan memerlukan waktu untuk pulih (menerima kenyataan).

8. Perbedaan Nilai dan Harapan

Keluarga mungkin terlibat dalam konflik karena perbedaan pendapat dan harapan, seperti perbedaan tentang bagaimana mendidik anak, arah hidup ke depan atau tentang karir. Konflik yang terus menerus dapat terjadi karena ketidakmampuan untuk mengatasi perbedaan ini.

9. Lingkungan yang tidak aman

Faktor lingkungan memberikan sumbangsih juga dalam memicu stress yang dialami keluarga. Lingkungan yang tidak aman akan mendorong seseorang untuk mengalami tekanan yang besar di dalam hidup.

10. Pekerjaan

Beban pekerjaan yang menumpuk, deadline yang singkat, ekspektasi baik dari diri maupun orang lain hingga PHK bisa menimbulkan stress. 

Sekarang, mari kita mendeteksi diri sendiri, apakah kita sedang mengalami stress dalam keluarga, yuk kenali tanda dan gejalanya:

A. Fisik

  • Sakit Kepala
  • Masalah Pencernaan (Gangguan seperti sakit perut, mual, diare, atau konstipasi)
  • Kelelahan (Merasa lelah secara terus-menerus meskipun telah cukup beristirahat).
  • Lemas
  • Nyeri otot
  • Jantung berdebar
  • Tubuh gemetar
  • Telinga berdenging
  • Kaki atau tangan dingin dan berkeringat
  • Mulut kering
  • Nyeri Otot dan Tegang (terutama di leher, bahu, dan punggung)
  • Menangis
  • Insomnia (sulit tidur) / tidur berlebih
  • Perubahan pola makan (lebih sedikit/lebih banyak)
  • Berat badan naik atau turun karena makan terlalu banyak atau sedikit
  • Rasa sakit dan nyeri, dan lebih sering sakit

B. Mental

  • Kecemasan dan Kekhawatiran Berlebihan
  • Mengabaikan tanggung jawabnya, berkurang efisiensi kerjanya atau sulit berkonsentrasi
  • Kesedihan dan Depresi-Merasa sedih, putus asa, atau mengalami penurunan minat dalam aktivitas yang biasanya disukai.
  • Perubahan nafsu makan
  • Sulit berkonsentrasi (kesulitan fokus dan pelupa)
  • Mudah merasa frustasi dan bingung
  • Pikiran dan perasaan tidak tenang
  • Mood swing

C.Sosial

  • Menarik Diri/ mengurung diri
  • Tidak percaya diri, kesepian, dan tertekan, menarik diri dari lingkungan sosial;
  • Perilaku Agresif (Menunjukkan perilaku agresif atau konfrontatif yang tidak biasa).
  • Penggunaan Zat (Meningkatnya penggunaan alkohol, obat-obatan, atau merokok sebagai cara untuk mengatasi stress)
  • Konflik yang Meningkat (Pertengkaran dan ketegangan yang lebih sering terjadi dengan anggota keluarga.)
  • Kurangnya Dukungan Emosional (Kesulitan untuk memberikan atau menerima dukungan emosional)
  • Tidak memikirkan/menyadari kebutuhan orang lain
  • Tidak ada semangat kerja
  • Tidak berminat pada hobi yang biasa dijalani
  • Menganggap diri tidak berguna/kotor
  • Ragu akan masa depan
  • Tidak ingin aktif lagi di lingkungan

D. Spiritual:

  • Tidak dapat konsentrasi ketika berdoa
  • Tidak dapat berkonstrasi mendengarkan khotbah
  • Merasa berjuang sendiri
  • Merasa Tuhan Allah diam saja
  • Marah pada Tuhan Allah
  • Takut hidup/mati saja
  • Marah pada komunitas iman

Woaahh….jika hal itu muncul, itu tandanya kita harus bersiaga untuk mengelola diri khususnya pikiran dan laku kita sehingga tidak jatuh lebih dalam lagi ke dalam stress berlebihan atau masalah/gangguan lainnya.

Berikut adalah beberapa cara sederhana mengelola stress:

Menurut John D.Defrain dalam bukunya Extension Family and Community Development Specialist dalam jurnal “ How Strong Families Manage Stress and Crisis “, ada 6 faktor utama kekuatan dalam keluarga :

  1. Saling mengasihi dan menghargai.

Keluarga yang kuat dan tangguh adalah keluarga yang saling memedulikan satu sama lain, tidak gengsi dan mau menunjukkannya secara berkala.  Mereka tidak segan mengungkapkan rasa kasih dan penghargaan mereka.

  • Komitmen.

Anggota keluarga yang kuat menunjukkan komitmen yang kuat satu sama lain, menginvestasikan waktu dan energi dalam kegiatan keluarga dan tidak membiarkan pekerjaan atau prioritas lain menyita terlalu banyak waktu keluarga untuk berinteraksi

  • Komunikasi yang positif.

Keluarga yang sukses lebih fokus pada peran masing-masing, mereka mampu mengidentifikasi permasalahan dalam keluarga serta mendiskusikan pemecahan masalahnya secara bersama-sama. Keluarga ini juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang dan saling mendengarkan satu sama lain, saling terbuka, bahkan mungkin dengan senda gurau dalam keluarga justru dapat mengungkap informasi-informasi penting yang belum tergali. Mereka akan berusaha untuk selalu terhubung satu sama lain.

  • Menikmati kebersamaan.

Dalam sebuah survey yang dilakukan pada 1.500 anak-anak usia sekolah di Amerika Serikat yang ditanya tentang hal apa saja yang membuat sebuah keluarga bahagia? Beberapa anak mengatakan uang, mobil, rumah yang bagus, televisi dan pergi ke Disney Wold akan membuat keluarga bahagia, tetapi sebagian besar mengatakan Keluarga bahagia adalah bila mereka melakukan sesuatu hal secara bersama-sama dan menikmati waktu yang mereka habiskan bersama.

  • Kesejahteraan Spiritual.

Agama dan Spriritualitas adalah hal yang sangat penting dalam membangun keluarga yang kuat. Konsep Spriritualitas ini diwujudnyatakan dalam iman kepada Tuhan, harapan, rasa optimis dalam hidup, kecintaan dan kasih sayang satu sama lain dengan rasa penghormatan yang tinggi dimana masing-masing anggota keluarga akan mengekspresikannya dalam etika dan berkomitmen untuk saling mendukung dalam hal-hal yang penting. Kita dapat melihatnya sebagai pusat kepedulian dalam diri setiap individu yang mendorong mereka untuk berbagi cinta dan kasih sayang. Ini merupakan perasaan atau kekuatan yang membantu orang melampaui diri mereka sendiri dan sejumlah rutinitas dan memfokuskan pada relasi yang sakral dengan Tuhan pencipta dan pemelihara keluarga.

  • Kemampuan mengelola stress dan krisis secara efektif.

Keluarga yang kuat dan tangguh bukanlah keluarga yang kebal terhadap stress dan krisis tetapi mereka mampu mengelola segala stress dan berikut beberapa aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengelola stress:

  • Mengubah cara berpikir dari pikiran negatif menjadi pikiran positif terhadap suatu hal, misalnya mengubah suatu “permasalahan” menjadi sebuah “tantangan’”. Pikiran positif juga membuat lebih percaya diri, menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran.
    • Melakukan relaksasi dengan pernapasan dalam (pernapasan perut). Cara ini merupakan salah satu cara termudah dan tercepat karena bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Posisi duduk atau berdiri lurus, letakkan tangan di atas perut dan rasakan naik turunnya saat bernafas, ambil nafas yang dalam dan lambat, hirup udara dari hidung dan keluar melalui mulut.
    • Memahami permasalah yang terjadi dan temukan solusi terbaik untuk mengatasinya.
    • Mengelola amarah. Marah adalah bagian dari kehidupan seperti halnya kebahagiaan dan kasih sayang. Kemarahan adalah reaksi yang dibangun dalam sistem saraf. Respon kita saat dunia tidak memperlakukan kita seperti yang kita inginkan tergantung dari kita sendiri. Respon yang positif membuat kita lebih baik, bahkan meningkatkan kualitas hidup kita, sebaliknya respon negatif justru akan merusak diri kita dan lingkungan kita.
    • Hibur diri dengan kegiatan yang disukai, seperti bacaan atau tontonan dengan tema yang menyenangkan. Selain melakukan hobi, menulis atau membuat jurnal sambil mengumpulkan pikiran positif juga bermanfaat. Untuk tips yang terakhir, manfaatnya adalah mengulas keseharian sekaligus rehat mata sejenak dari terus-menerus menatap gadget.
    • Let it flow, hidup tidak selalu sempurna, terkadang dalam hidup kita menemui beberapa permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Kita harus meyakini bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu alasan, bahwa dibalik setiap permasalahan pasti ada hikmah yang bisa diambil dan Tuhan kita akan menyelesaikan dengan cara Nya yang teramat indah. Oleh sebab itu tetap lakukan yang terbaik, dengan niatan yang baik ,
    • Cari vibe positif. Membangun jaringan sosial dengan teman-teman yang memiliki energi positif bisa membantu suasana hati tetap baik dan seimbang. Bicarakan keluhan seputar keseharian dengan seorang yang dapat dipercaya.
    • Berkegiatan fisik secara teratur dan seimbang. Tidak hanya untuk pekerjaan, tidur juga perlu on time. Rutinlah bergerak dan berolahraga. Tinggalkan kebiasan yang tidak sehat (alhokol, rokok, makanan berlebih, tidur larut malam).
    • Atur waktu dengan bijak

manajemen waktu yang baik akan menolong untuk menata segala sesuatunya pada porsi yang semestinya.

  • Libatkan Anggota Keluarga dalam Tugas Rumah Tangga

Stres bisa muncul akibat pembagian peran yang dirasa tidak seimbang, terutama soal pembagian pekerjaan rumah. Oleh sebab itu, usahakan untuk berbagi pekerjaan rumah ke masing-masing anggota keluarga. Sehingga, tidak ada satu orang saja yang merasa terbebani.

  • Makan Bersama

Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa makan malam bersama keluarga sangatlah penting untuk mempererat ikatan hubungan. Saat makan malam, Anda dan keluarga punya kesempatan untuk memperbaiki komunikasi yang memburuk akibat masalah yang ada.

Nuansa yang cenderung tidak tegang ketika makan malam akan memudahkan Anda dan anggota keluarga membicarakan persoalan yang mengganjal. Dengan komunikasi yang membaik, stres akibat masalah keluarga pun bisa perlahan teratasi. Pastikan juga mengkonsumsi makanan yang sehat. Kurangi kafein, gula dan makanan yang tinggi garam.

  • Lakukanlah konseling

Mintalah bantuan professional jika anda tidak mampu menangani persoalan dan stress yang ada. GMIT memiliki tim pastoral baik di aras Sinodal, Klasis maupun jemaat yang bekerjasama dengan bidang professional lain yang mendukung penyelesaian persoalan secara holistik. ***

Referensi:

De Frein John, et all, How Strong Families Manage stress and Crisis, Extension Family and Development specialist, 2009

Gentry W.Doyle,Phd, Anger Management for dummies, Wiley Publishing, inc, 2007

Niemiec, R. M. (2019). The strengths-based workbook for stress relief. Oakland, CA: New Harbinger.

Apa itu stres? | UNICEF Indonesia

Cara Menghilangkan Stres karena Masalah Keluarga dan Ciri-cirinya! – Gramedia Literasi

Cara Mengelola Stres yang Sehat ala Keluarga SIGAP – SIGAP | Tanoto Foundation

https://herminahospitals.com/id/articles/cara-mengelola-stres World Health Organization, Stress, https://www.who.int//news-room/questions-and-answers/item/stress/2023,

Zafrhan M, Athaya, manajemen stress: hidup sehat dengan stress, 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *