Pendahuluan
Masih ada yang beranggapan bahwa kalau penderitaan yang ia alami hari ini adalah buah dari kejahatan yang pernah dilakukan oleh orang tua, atau nenek moyangnya dulu. Hal ini membuat anak cucu yang hidup sekarang harus menanggung beban kesalahan orang tua atau leluhur mereka dengan melakukan sejumlah kewajiban. Salah satu contoh yang sering dilakukan adalah ketika orang tua mereka belum melakukan “nikah adat”. Untuk melaksanakan tanggung jawab ini setiap anggota keluarga menanggung beban untuk merealisasikan “beban” yang ditinggalkan oleh orang tua atau nenek moyang/leluhur. Prinsip ini tidak mencerminkan hidup yang bertanggungjawab tapi menempatkan anak/cucu sebagai penerima beban yang sesungguhnya bukan tanggungjawab mereka.
Penjelasan Teks
Kitab Yehezkiel ditulis selama masa pembuangan di Babilonia (abad ke-6 SM). Ada beberapa tema yang dibahas yakni tentang penghakiman, pemulihan dan kedaulatan Allah.
Tema penghakiman yang diangkat berhubungan erat dengan ketidaksetiaan bangsa Israel terhadap Allah. sejumlah praktek penyembahan berhala dan merosotnya moral bangsa itu membuat mereka mengalami pembuangan.Yehezkiel menubuatkan kehancuran Yerusalem dan bait suci yang merupakan simbol kebanggaan rohani bangsa Israel (pasal 1 – 24).
Tema Pemulihan menjadi bagian akhir dari kitab ini (pasal 25 – 48). Selain menubuatkan penghukuman karena ketidaksetiaan Israel, nabi Yehezkiel juga menubuatkan pemulihan Israel. Gambaran tentang tulang-tulang kering (psl. 37) melambangkan tentang kebangkitan Israel yang ditandaik dengan kembalinya kemuliaan Allah, dan mereka kembali membangun Bait Suci.
Tema Kedaulatan Allah. Kesimpulan dari kedua tema menjadi tema sentral dalam karya Yehezkiel yaitu Kedaulatan Allah. Israel harus tunduk pada kedaulatan Allah dengan bertobat dan berlaku setia kepada Allah, sebab Allah adalah pengendali kehidupan yang setia pada janjiNya.
Dalam konteks pembuangan di Babel, Yehezkiel merespon pergumulan umat Tuhan. Orang Yahudi yang ada di pembuangan percaya bahwa mereka mengalami hukuman pembuangan karena dosa-dosa leluhur mereka dan karena itu mereka merasa menjadi korban dan menuduh Allah berlaku tidak adil yang membuat mereka mengalami penderitaan.
Karena itu mereka menyindir dengan berkata : Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?
Mereka mengingat apa yang tertulis dalam Keluaran 20 : 5 dan Ulangan 5 : 9 (… jangan sujud menyembahkepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allahyang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa lkepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,)
Namun menurut Yehezkiel tidak demikian. Membalasakan kesalahan bapa kepada anak-anaknya tidak dimaksudkan bahwa anak-anak akan dihukum karena dosa orang-tua melainkan ketika anak-anak terus melakukan kesalahan yang sama seperti orangtua mereka. Karena itu menurut Yehezkiel anak-anak tidak dihukum karena dosa-dosa orang tua mereka sebaliknya setiap orang yang berbuat dosa, dialah yang akan mati.
Dalam ayat 5 – 9 ukuran kebenaran seseorang adalah ketika ia melakukan keadilan dan kebenaran dan tidak terjerumus ke dalam penyembahan berhala (tidak makan daging persembahan di atas gunung, tidak mencemari istri sesamanya dst). Kepada orang benar ini menurut Firman Tuhan ia pasti hidup.
Sebaliknya kalau ada anak yang bertindak kebalikan dari kehidupan orang benar (merampok dll) maka sekalipun ayahnya seorang yang baik maka ia harus mati dan darahnya tertimpa kepadanya sendiri. Artinya kematiannya tidak ada hubungan dengan keberadaan orang tuanya (ay. 10 – 13)
Dan sebaliknya lagi, jika seorang ayah melahirkan seorang anak yang tidak mengikuti tabiat buruk orang tuanya maka anak itu tidak akan mati karena kesalahan ayahnya karena sang ayah akan mati karena kesalahannya sendiri. (ay. 14 – 18)
Orang benar menerima berkat kebenarannya dan sebaliknya orang fasik akan menerima hukuman akibat kefasikannya. Ini prinsip tentang tanggung jawab individu (ay. 19 – 20)
Pelajaran berharganya adalah Allah membuka kemungkinan pertobatan kepada siapapun juga. Kadang orang berpikir bahwa dosa dan pelanggaran adalah akhir dari segala sesuatu yang berujung kematian. Namun Yehezkiel memberi kita informasi bahwa terbuka peluang bagi seseorang untuk bertobat dan memperoleh kesempatan kedua. Prinsip ini membuka peluang kepada orang fasik untuk bertobat dan memperoleh hidup (baca=keselamatan). Dalam kata-kata Yehezkiel, orang fasik yang bertobat PASTI hidup/dosanya diampuni.
Justru yang mengerikan adalah ketika orang benar berbalik dari kebenarannya maka ia akan mati. Inilah keadilan Tuhan yang dalam pandangan orang Israel tidak tepat sebab Tuhan tiap orang akan dihukum menurut tindakannya (Ay. 21 – 29)
Ayat. 30 – 32 berisi panggilan untuk bertobat dan memperoleh hati yang baru. Yehezkiel menyampaikan pesan firman Tuhan agar umat Israel bertobat dan berpaling dari semua kedurhakaan (dosa yang pernah dilakukan) dan memperbaharui hati dan roh supaya umat Tuhan memperoleh hidup/keselamatan.
Beberapa pokok pikiran dapat dikembangkan :
- Mengembangkan hidup yang bertanggungjawab dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk. Kemajemukan merupakan kekayaan yang patut disyukuri. Hidup yang bertanggung jawab dapat terjadi dalam perjumpaan dengan orang lain yang berbeda etnis, agama, bahasa dan budaya. Di sinilah kita belajar tentang pentingnya mengembangkan hidup yang bertanggung jawab dengan hidup toleran, saling menghargai dan tidak bersikap diskriminatif satu terhadap yang lain.
- Mempromosikan keadilan dan perdamaian sebagai wujud hidup yang bertanggungjawab. Penegakan keadilan dan kebenaran merupakan panggilan tiap orang. Untuk menjamin kehidupan yang adil dan benar setiap orang perlu menunjukan keberpihakannya pada upaya-upaya menegakkan keadilan dan kebenaran.
Penutup
Contoh yang diangkat di awal menunjukan respon tiap orang dalam memahami tanggung jawab yang harus dipikulnya. Sebab hidup yang bertanggungjawab pertama-tama dimulai dari pribadi masing-masing. Dengan kata lain, setiap individu bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Itu berarti setiap keputusan dan tindakan memiliki konsekuensi yang menentukan masa depan setiap orang karena tiap orang bertanggungjawab atas hidupnya.