Kemuliaan Kristus Dalam Penderitaan-Nya (Markus 9:2-13) – Pdt. Melkisedek Sni’ut

Foto: percik firman dimanakah Gunung Tabor hidupmu
Foto: https://www.sesawi.net/percik-firman-di-manakah-gunung-tabor-hidupmu/

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Hari ini GMIT memasuki Minggu Sengsara I. Memang awal Minggu Sengsara (sebutan lain: Prapaskah) tidak sama dalam gereja-gereja sedunia. Misalnya, di tahun 2024, GMIT sudah memulainya pada 11 Pebruari 2024. Sedangkan gereja saudara GMIT yaitu GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa) baru memasuki Minggu Sengsara I pada 18 Pebruari 2024.

 Gereja Katholik lain lagi. Sebab gereja Katholik memulai minggu-minggu Prapaskah pada hari Rabu, 14 Pebruari 2024 yang merupakan perayaan Hari Rabu Abu. Itu juga adalah permulaan puasa bagi gereja Katholik. Sebab bagi gereja Katholik, perayaan Paskah didahului dengan masa puasa selama 40 hari.

Perbedaan awal Minggu Sengsara tidak penting. Sebab yang terpenting adalah bagaimana memaknainya. Jadi apabila GMIT punya waktu yang lebih panjang, itu berarti kesempatan untuk merenungkan kesengsaraan Tuhan Yesus menjadi lebih banyak. Hal ini akan menolong anggota GMIT untuk tabah dan sabar menjalani penderitaan.

Dalam konteks seperti ini, kita merenungkan firman Tuhan di bawah tema, “Kemuliaan Kristus dalam Penderitaan-Nya”. Nas ini menunjukkan bagaimana kemuliaan Yesus dinyatakan di atas gunung dan disaksikan oleh tiga orang murid-Nya. Selain Injil Markus, kisah ini dicatat juga oleh dua penulis Injil lainnya yaitu Matius dan Lukas (Mat. 17:1-13 dan Luk. 9:28-36).

Menariknya, perikop, “Yesus dimuliakan di atas gunung” dalam ketiga Injil didahului dengan perikop, “Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia” (Mrk. 8:31-9:1; Mat. 16:21-28; Luk. 9:22-27). Mengapa demikian? Karena kemuliaan Yesus terletak pada penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya.

Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Dia adalah Allah sejati sekaligus manusia sejati. Dengan kata lain, Yesus seratus persen Allah dan seratus persen manusia. Di dalam diri-Nya ada kemuliaan Allah yang tak ternoda sedikit pun. Namun, sekaligus dengan itu, Dia mengalami penderitaan yang sempurna. Tidak seorang pun yang mengalami penderitaan yang lebih hebat dari Yesus. Akibat dosa yang paling fatal, yaitu maut, Dia tanggung. Itu semua demi keselamatan manusia dan seluruh ciptaan Allah.

Setiap pengikut Yesus mesti memahami dan siap menerima misi Yesus ini. Sebab bagi yang tidak siap, akan Yesus hardik. Itulah yang Yesus lakukan kepada Petrus. Yesus bilang, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”.(Mrk. 8:33). Hal ini Yesus katakan setelah Petrus menegor Yesus ketika untuk pertama kalinya Dia memberitahukan penderitaan yang akan dialami-Nya.

Enam hari setelah memberitahukan penderitaan yang akan dialami, Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di hadapan Petrus, Yakobus dan Yohanes. Hal itu terjadi di atas gunung. Baik Injil Markus, Matius maupun Lukas tidak menyebutkan nama gunungnya. Tetapi menurut tradisi, gunung yang dimaksud adalah gunung Tabor. Tradisi ini dipelihara oleh gereja Katholik dan Ortodoks Timur.

Peristiwa Yesus dimuliakan juga dirayakan setiap tahun pada tanggal 6 Agustus oleh kedua gereja ini. Namanya hari raya Transfigurasi Kristus. Ada juga yang penyebutnya hari raya Taborian. Kata “Taborian” diambil dari nama Tabor. Hari raya Transfigurasi Kristus atau Taborian mulai dirayakan pada abad ketujuh dan mendapat bentuknya yang baku pada abad keempat belas. Namun statusnya sebagai peristiwa penting dimulai sejak abad ketiga oleh Origenes, salah seorang bapa gereja.

Di Flores, peristiwa Yesus dimuliakan ini menginspirasi gereja Katholik untuk membangun rumah ret-ret dengan nama, “Rumah Ret-ret Kemah Tabor” di Mataloko, Kabupaten Ngada. Ada banyak kegiatan ret-ret, baik internal gereja Katholik maupun sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah maupun swasta, yang melaksanakan ret-ret di tempat itu. Bahkan pada tahun 2022 pendeta GMIT se-Klasis Kupang Tengah juga melaksanakan rekoleksi di Rumah Ret-ret Kemah Tabor Mataloko.

Inilah penjelasan umum tentang peristiwa Yesus dimuliakan di gunung serta maknanya bagi gereja-gereja. Lalu bagaimana anggota GMIT memaknainya di peringatan Minggu Sengsara I tahun 2024? Saya mengajak kita untuk menemukannya dalam Markus 9:2-13. Di dalamnya terdapat empat pelajaran penting.

Pertama,kesempatan untuk menyaksikan kemuliaan Yesus diperoleh hanya karena anugerah Allah, bukan jasa manusia (ay. 2-3). Dalam nas disebutkan bahwa tidak semua murid dibawa Yesus ke atas gunung. Hanya Petrus, Yakobus dan Yohanes. Dalam berbagai kesempatan yang lain pun hanya tiga murid ini yang Yesus bawa. Misalnya, ketika Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Mrk. 5:37). Atau ketika Yesus berdoa di taman Getsemani (Mrk. 14:33).

Ketiganya Yesus bawa bukan karena lebih baik dari sembilan murid yang lain. Sebab Petrus, misalnya, dua kali mengambil keputusan yang salah. Yang pertama, ketiga dia mencegah Yesus untuk mengambil jalan derita. Saat itu Yesus menghardiknya dan menyebut dia Iblis (Mrk. 8:32-33). Yang kedua ketiga dia menyangkal Yesus sampai tiga kali (Mrk. 14:66-72). Namun keputusan yang salah dari Petrus ini tidak menghalangi Yesus untuk memberikan kesempatan istimewa kepadanya. Kesempatan yang sama juga didapatkan oleh Yakobus dan Yohanes.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika ada kesempatan kepada siapa pun untuk menyaksikan kemuliaan Allah, itu hanya karena anugerah-Nya. Itu bukan karena orangnya layak atau pantas. Bukan pula karena jasa, amal atau kebaikannya kepada Tuhan. Tidak sama sekali. Allahlah yang melayakkan orang-orang yang tidak layak untuk menjadi saksi-saksi kemuliaan-Nya.

Pada masa kini pun Tuhan Yesus ingin agar murid-murid-Nya menjadi saksi kemuliaan-Nya. Memang tidak dengan cara yang Petrus, Yakobus dan Yohanes alami di atas gunung. Namun ada banyak cara lainnya yang Tuhan pakai. Misalnya, dengan menjadi presbiter (pendeta, penatua, diaken atau pengajar).

Setiap anggota presbiter mesti sadar bahwa jika Tuhan memilih dan mengutusnya untuk menjadi saksi kemuliaan-Nya, itu bukan karena dirinya layak dan pantas. Kita dipilih hanya karena anugerah-Nya. Karena itu kita mesti menjalankan semua tugas dan tangggung jawab dengan rendah hati, setia, rajin dan taat.

Anggota jemaat yang dilayani juga mesti sadar akan hal ini. Sebab ada anggota jemaat yang ingin agar presbiter yang melayaninya hanya orang-orang yang menurutnya pantas. Padahal para presbiter bukanlah orang-orang yang sempurna. Mereka yang terpilih dan ditahbiskan menjadi presbiter adalah orang-orang yang masih bergumul dengan berbagai bentuk kelemahan. Karena itu wajar saja kalau ada kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan. Apalagi kalau yang bersangkutan adalah orang yang baru pertama kali menjadi presbiter sehingga minim pengalaman.

Untuk itu setiap presbiter mesti berdoa agar Tuhan mengaruniakan kemampuan baginya. Dengan demikian dirinya akan sanggup menjadi saksi kemuliaan Tuhan Yesus. Anggota jemaat pun mesti mendoakan, mendorong dan menolong presbiter sebagai saksi kemuliaan Tuhan Yesus untuk semakin disempurnakan dari waktu ke waktu.

Namun saksi kemuliaan Tuhan Yesus tidak hanya para pesbiter saja. Para Caleg maupun Timses dan pendukungnya yang berpartisipasi dalam Pemilu tanggal 14 Pebruari 2024 juga adalah saksi kemuliaan Tuhan Yesus. Dengan demikian, entah terpilih atau tidak, mesti tetap menjaga pikiran, kata-kata, sikap dan tindakan agar mencerminkan jati diri sebagai pengikut Kristus. Hal yang sama juga yang mesti diwujudkan oleh semua orang Kristen di rumah, sawah, kebun, kantor, sekolah, jalan, pasar, tempat pesta dan tempat duka serta di mana pun berada.

Kedua,berdoalah dalam keadaan sadar dan sesuai kehendak Tuhan sambil tetap membuka telinga dan hati untuk mendengarkan suara-Nya (ay. 4-8). Ketika melihat kemuliaan Tuhan Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes menjadi sangat ketakutan. Dalam ketakutannya, Petrus berdoa sembarangan. Dia minta ijin kepada Yesus untuk membuat tiga kemah bagi Yesus, Musa dan Elia. Dia tidak sadar bahwa Yesus, Musa dan Elia tidak butuh kemah. Itu sebabnya permintaan Petrus tidak ditanggapi. Justru Allahlah yang berbicara kepada mereka dari dalam awan untuk menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang mesti didengarkan.

Hal ini menunjukkan bahwa ada kalanya tanpa sadar orang Kristen berdoa atau minta didoakan, bukan menurut kehendak Tuhan, melainkan hanya untuk memuaskan diri sendiri. Misalnya, saya mendengar cerita dari pendeta yang melayani di jemaat yang punya siaran streamingdi youtube. Katanya ada anggota jemaat yang apabila berulang tahun, hanya mau didoakan dalam doa syafaat di ibadah yang ada siaran streaming­-nya. Kalau pendetanya berdoa di jam ibadah yang tidak ada siaran streaming, anggota jemaat itu akan marah.

Anggota jemaat seperti ini minta didoakan, bukan supaya mendapat berkat dari Tuhan melainkan untuk mendapat kado ulang tahun. Setidak-tidaknya dia mengharapkan ucapan selamat. Syukur-syukur dapat traktiran. Tetapi doa dengan motivasi seperti ini akan diabaikan Tuhan. Karena itu periksalah kembali doa-doa kita. Serentak dengan itu kita mesti selalu pasang telinga dan hati untuk mendengarkan firman Tuhan.

Ketiga,rahasia jabatan mesti dijaga (ay. 9-10). Setelah menunjukkan kemuliaannya-Nya, Yesus berpesan kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes agar merahasiakannya untuk sementara waktu. Setelah kebangkitan Yesus, barulah rahasia itu dibuka. Sekalipun Petrus, Yakobus dan Yohanes tidak memahami maksudnya, mereka tetap taat menjaga rahasia.

Mesti diakui bahwa GMIT tidak terbiasa dengan rahasia dalam persekutuan bergereja. Setiap orang dapat berbicara apa pun dengan bebas. Sekali pun demikian, dalam konteks badan pelayanan, ada juga yang dapat dikategorikan sebagai rahasia jabatan. Jika hal ini ditemukan dalam karya pelayanan maka semua pihak mesti menjaganya dengan taat.

Keempat,informasi dari mana pun mesti diuji dengan firman Tuhan (ay. 11-13). Pada bagian ini murid-murid meminta pandangan Yesus terhadap ajaran ahli-ahli Taurat tentang Elia. Di sini Yesus tidak membantahnya. Namun Yesus juga menjelaskan bahwa apa yang diajarkan itu telah tergenapi. Hanya saja ahli-ahli Taurat tidak menyadari dan menolaknya.

Pada masa kini pun kita selalu disuguhi informasi beragam. Agar tidak tersesat dan terjebak hoaks, kita mesti menguji semua informasi itu. Ada banyak informasi yang berkaitan dengan politik, khususnya pemilu. Ada banyak informasi yang berkaitan dengan kesehatan. Ada banyak informasi yang berkaitan kondisi ekonomi. Ada banyak informasi yang berkaitan dengan pendidikan. Ada banyak informasi yang berkaitan dengan peristiwa aktual tertentu. Bahkan ada banyak informasi yang berkaitan dengan kehidupan beriman dan lembaga keagamaan.

Tidak jarang semua informasi itu diterima dalam bentuk gambar atau potongan video yang disertai captiontertentu. Padahal apa yang disuguhkan bukanlah informasi yang utuh. Akibatnya kita disesatkan. Apalagi caption-nya bersifat tendensius, berupa provokasi atau tuduhan.

Oleh karena itu kita mesti berhati-hati terhadap informasi apapun. Jangan telan bulat-bulat. Jangan langsung di-share pula. Saring dulu baru sharing. Caranya saringnya adalah dengan cross checkke berbagai sumber lainnya. Dan yang paling utama, saring dengan cara cross checkdengan firman Tuhan. Sebab hanya dengan demikian kita tidak tersesat dan juga tidak menyesatkan orang lain. Tuhan menolong dan memberkati kita. Amin.

One thought on “Kemuliaan Kristus Dalam Penderitaan-Nya (Markus 9:2-13) – Pdt. Melkisedek Sni’ut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *