
Jemaat Tuhan sekalian yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus,
Saya sudah beberapa kali mengikuti serah terima pendeta. Kita akan melihat reaksi jemaat yang biasa saja, menangis atau senang sekali melepaskan dan cindera mata sebagai salah satu ukuran rasa cinta jemaat. Ada seorang pendeta melayani sekitar 6 tahun. Jemaat beri cincin, selendang yang lebarnya tiga jari dan tidak ada tangisan. Ada yang melayani belasan tahun. Jemaat beri cincin, satu sarung, satu selimut, ada yang menangis tetapi ada yang biasa-biasa saja. Tetapi ceritanya berbeda pada hari Selasa, 6 Januari 2025. Bapa Pdt. Saneb membawa suara gembala, saya memimpin ibadah dan Rio Kuman sebagai sopir. Semua presbiter dan jemaat ada dalam ibadah perhadapan dan serah terima pelayan. Banyak tamu hadir dan cuaca cukup cerah. Tetapi sepanjang ibadah, jemaat dan presbiter terus menitikan air mata. Selesai kebaktian, ketika pdt. Simeon berbicara, mereka penuh perhatian menyimak. Saat pemberian tanda kasih bagi Pdt. Simeon Liubana dan isteri, selain cincin, ada begitu banyak selimut dan sarung dengan motif-motif terbaik. Paling sedikit 40 lembar. Belum terhitung selendang dari masing-masing pribadi. Ini adalah pertama kalinya saya melihat ada begitu besar rasa cinta dan bukti cinta untuk jemaat dengan range Rp. 2.550.000. Beberapa hal yang membuat jemaat mengasihi pdt. Simeon. Pertama,ia selalu punya waktu untuk melayani. Sejak penempatan, setiap Minggu, ia memimpin ibadah di dua mata jemaat. Jam 8 dan jam 10 pagi. Kunjung setia rumah tangga. Kedua, sangat kuat dalam pemberdayaan ekonomi jemaat dengan membuat kebun untuk mengurangi tanggungan bagi jemaat bagi kebutuhan pembangunan. Mendorong kesadaran pendidikan. Ketiga,bangun relasi yang kuat dengan lembaga mitra untuk menopang pelayanan.
Jemaat Tuhan sekalian,
Dalam pembacaan Alkitab hari ini berbicara tentang Yohanes membaptis Yesus dan pencobaan di padang gurun. Hari Minggu adalah juga Minggu Perayaan Baptisan Yesus. Yohanes Pembaptis adalah suara yang berseru-seru di padang gurun menyerukan pertobatan dengan menyerahkan diri dibaptis supaya mendapat pengampunan dosa dari Allah. Itu berarti bahwa baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan. Pertobatan adalah kembali berbalik kepada Allah dan hidup menurut perintah Allah dengan meninggalkan cara hidup yang selama ini bertentangan dengan kehendak Allah. Pertanyaan sederhananya adalah mengapa Yesus memberi diri untuk Yohanes membaptis-Nya? Jika kita membaca perikop sebelumnya (ay. 1-8), Yohanes menegaskan statusnya dengan Yesus. Yesus lebih berkuasa dari dirinya, ia tidak layak di hadapan Yesus sekali pun hanya membuka tali kasut Yesus dan Yohanes hanya membaptis dengan air, tetapi Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Dari beberapa hal ini, maka akan menuntun kita untuk memahami pembacaan hari ini. Pertama, bila kita bandingkan dengan penulis Injil Matius, bahwa baptisan itu terjadi supaya menggenapkan seluruh kehendak Allah (3:15). Yesus tidak berdosa tetapi pembaptisan itu terjadi sebagai wujud solidaritas terhadap manusia yang berdosa. Sebagai Anak Allah, Yesus taat kepada semua kehendak Bapa-Nya. Yohanes sendiri melakukan apa yang menjadi panggilannya. Setiap orang yang datang kepadanya menjadi tugas dan tanggungjawabnya untuk mengajarkan mereka kehendak Allah dan membaptis. Yesus adalah yang mengutus Yohanes tetapi bagian dari tugas pengutusan itu adalah dibaptis Yohanes. Kedua, setelah Yesus menerima baptisan, ada dua peristiwa yang terjadi. langit terkoyak dan Roh seperti burung merpati turun atas Yesus. Langit adalah tempat Allah Bapa bersemayam. Kini melalui Yesus, tidak ada lagi yang menghalangi antara langit dan bumi sebagai tempat kediaman Allah dan manusia.
Allah telah tinggal di antara manusia, Jemaat Tuhan sekalian,
Dan menjalani semua hal yang manusia lakukan. Roh Allah pun telah turun atas Yesus. Allah telah berada dan tinggal di antara manusia. Ketiga, bila kita perhatikan dengan baik, maka ada sedikit perbedaan antara kesaksian penulis Injil Markus dan Injil Matius tentang pencobaan Yesus padang gurun. Perlu kita ketahui bahwa Injil tertua adalah Markus. Jika pada Matius, setelah berpuasa 40 hari barulah iblis datang mencobai Yesus, maka dalam kesaksian Markus selama 40 hari itulah iblis mencobai Yesus, tinggal di antara binatang-binatang liar dan diakhiri denhhan malaikat-malaikat melayani Yesus. Dari sinilah maka kita dapat menemukan dua hal penting supaya menjadi pribadi yang Allah kasihi dan Allah berkenan. Yesus menjadi Anak terkasih sampai menjadi berkenan di hadapan Allah. Untuk kata berkenan, teks asli memakai kata eudokesayang diterjemahkan Aku berkenan.Berkenan berarti merasa senang, dengan segala senang hati, merasa cocok atau merasa dapat diterima. Tindakan Yesus yang merendahkan diri-Nya itulah yang membuat Yesus mendapat pengakuan sebagai Anak yang Allah kasihi dan kepada Yesus sajalah Allah berkenan. Dari peristiwa pembaptisan Yesus kita dapat belajar beberapa hal. Pertama,Yesus adalah Anak Allah. Tetapi Yesus tidak meninggikan diri di hadapan Yohanes yang diutus mendahului diri-Nya. Yesus tidak melakukan hal itu di hadapan orang banyak saat Yohanes sedang melakukan panggilan pelayanannya. Semua Injil mencatat bahwa baptisan dari Yohanes menandai dimulainya pelayanan Yesus di tengah-tengah dunia. Baptisan Yohanes menunjukan Yesus merendahkan diri sebagai Pribadi yang taat pada kehendak Bapa. Kedua,merendahkan diri itulah yang menjadikan Yesus menjadi pribadi yang Allah kasihi dan Allah berkenan kepada-Nya. Hal ketiga,berhadapan dengan Yesus, Yohanes tetap melakukan panggilannya. Keempat, adalah tentang perikop kedua yakni pencobaan. Justru dengan Allah telah mengasihi, Yesus tidak berhenti sampai di situ.
Yesus menunjukkan diri-Nya, jemaat Tuhan sekalian,
Layak untuk menjadi anak terkasih dan Allah berkenan. Pengakuan terhadap dirinya tidak mengakhiri kualitas diri–Nya. Ini bukan hanya soal menggenapkan firman Tuhan dan merendahkan diri tetapi juga tentang mengalahkan cobaan. Yesus mempertahankan diri-Nya supaya Allah Bapa tetap merasa senang dengan diri-Nya. Dari hal-hal di atas, maka ada dua pertanyaan untuk kita renungkan bersama. Pertama,apakah yang harus kita lakukan supaya menjadi pribadi yang berkenan kepada Allah di dalam kehidupan setiap hari? Kedua,kita mulai memasuki tahun yang baru. Seperti Yesus, pelayanan-pelayanan kita telah mendapat pengakuan akan keberhasilan-keberhasilan yang sudah kita capai pada tahun sebelumnya. Dalam keberhasilan itu, kita mulai masuk ke tahun yang baru dengan pencobaan-pencobaan lainnya termasuk untuk meninggikan diri. Pertanyaannya adalah apa saja bentuk dari pencobaan-pencobaan itu dalam kehidupan kita sehingga menjadi tidak fokus pada tujuan Allah mengutus kita di dalam dunia dan tetap mempertahankan diri sebagai pribadi yang berkenan kepada Allah? Pertama,dalam posisi apa pun, sebagai orang percaya, kita belajar untuk tetap merendahkan diri supaya tetap hidup sesuai kehendak Allah. Allah Bapa yang utus kita ke dalam dunia ini. Kita tidak perlu memberitahukan siapa kita, tetapi kerjakanlah sepenuh hati tugas kita. Kedua,supaya Allah juga tetap mengasihi dan berkenan kepada kita, jadilah pribadi seperti Yesus. Tetap konsisten dalam mempertahankan kualitas diri dan pelayanan. Fokus pada yang kita kerjakan. Ketiga,dari Yohaneskita belajar untuk melakukan apa yang menjadi tanggungjawab kita. Ada saat di mana kita memiliki pikiran tersendiri, tetapi apa pun yang kita pikiran dan lakukan, harus sejalan dengan kehendak Tuhan. Mari hidup berkenan kepada Allah. Jika Allah mengasihi kita dan kita berkenan kepada-Nya, lihatlah, seperti pada Yesus, Allah mengutus malaikat-malaikat, untuk melayani yang kita butuhkan, amin.