
“Beritakanlah injil.” Kata ‘Injil’ diterjemahkan dari Alkitab Bahasa Inggris, disebut evangelion dan memberitakan injil disebut evangelizthai/evangelizien yang berarti bahwa suatu usaha meneruskan kabar baik kasih Allah di dalam Yesus Kristus yang mentransformasikan kehidupan, memberitakan, melalui kata dan juga tindakan nyata bahwa Kristus telah menebus dan membebaskan kita. Menurut Kamus Alkitab, Injil berasal dari kata Yunani evanggelion. Yang berarti kabar gembira, berita baik (LAI, 2011). Perintah memberitakan injil ini merupakan Amanat Agung Yesus Kristus sebelum peristiwa kenaikan Yesus ke surga.
Pertama, Perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid sebelum kebangkitan dan sesudah kebangkitan ada perbedaaan, ketika Yesus memanggil murid-murid dan mengutus mereka kepada umat perjanjian yakni Israel (Mat 10:5). Sedangkan perintah Yesus kepada murid-murid setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menyuruh para murid-murid memberitakan injil kepada seluruh bangsa dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. Amanat Agung Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya pada Injil Matius 28:18,20, Yesus perintahkan murid-murid untuk pergidan memberitakan kabar sukacita dan kabar baik kepada bangsa-bangsa dengan melakukan 3 hal; membaptis, memuridkan dan mengajari. Pada Markus 16;15” Yesus memberikan pesan kepada murid-murid untuk “Pergilah keseluruh dunia, beritakanah injil kepada segala mahkluk.” Istilah pergi dalam bahasa Yunani “poreuomai” artinya pergi atau dalam pejalanan. Terjemahan ini dapat dipahami bahwa Tuhan Yesus inginkan para murid-murid-Nya pergi, keluar dari tempat, mencari jiwa-jiwa yang belum mendengar berita injil, atau pergi dan melakukan pemberitaan injil. Murid-murid dalam melaksanakan amanat Agung dengan mereka “pergi” bukan hanya diam ditempat. Pemberitaan injil dilakukan murid-murid itu ke berbagai tempat. Yohanes dari Yerusalem ke Asia kecil, Felipus ke Prancis, Rusia, Turki hingga India, Yakobus ke Spanyol, Petrus ke Asia kecil, Thomas ke India, Aderias ke Yunani dan Rusia, Amanat Agung dikerjakan oleh murid-murid mengatasi batas-batas budaya. Jika perintah Tuhan Yesus sebelum peristiwa kematian dan kebangkitan hanya khusus orang Israel saja tetapi kali ini Yesus memerintahkan pergi kepada bangsa-bangsa lain, kepada mereka yang berbeda bahasa, budaya, dan karakter. Hal yang menarik adalah murid-murid telah dipersiapkan Tuhan Yesus sebelumya dengan melatih dan mengajar mereka untuk pekerjaan misi bagi non-Yahudi, contoh; ketika Yesus ada di Samaria Yesus mengajar cara pemuridan dan Yesus mengajar tentang mengasihi sesama, melalui perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk 10:29). Dalam agama Yahudi orang Samaria adalah musuh, orang-orang Yahudi dilarang menerima karya kasih dari orang-orang bukan Yahudi dan juga dilarang untuk membeli serta menggunakan minyak dari orang Samaria. Dalam Kisah 1:8 Yesus menguraikan bahwa para murid akan menjadi saksi dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi.
Misi kepada Samaria menunjukan suatu keputusan yang dasariah dengan sikap-sikap Yahudi yang tradisional. Sehingga nampak dari pelayanan Yesus menunjukan kasih Allah itu bersifat universal, kepada manusia diseluruh dunia. Prinsip universal keselamatan dan berita injil merupakan dasar hubungan multikultural: keharusan hidup dalam damai dengan orang lain, dan hubungan multikultural merupakan kesempatan dalam memberitakan kabar keselamatan kepada semua orang. Jadi injil mesti diberitakan melalui aspek-aspek budaya orang lain.
Kedua, apa inti pemberitaan injil atau apa isi berita baik itu? Allah pada zaman dulu berfirman melalui perantaraan para nabi, dan kemudian Allah berfirman melalui Yesus Kristus. Firman itu telah menjadi berita baik, berita sukacita, berita gembira, ditengah-tengah umat yang membutuhkan keselamatan. Yesus Kristus menjadi manusia, maka karya Yesus Kristus, mulai dari peristiwa kelahiran, kematian, kebangkitan dan peristiwa kenaikan Yesus ke surga merupakan inti dari berita injil.
Ketiga, sasaran pemberitaan injil menurut Matius 28:19-20, Tuhan Yesus menyampaikan pesan untuk memberitakan injil, membaptis dan mengajar, tujuan utama menjadikan semua murid, membaptis dan mengajar mereka, sedangkan menurut Markus 16:15, bahwa pemberitaan injil bukan hanya ditujukan kepada manusia, tetapi kepada seluruh mahkluk, ini memberikan isyarat bahwa karya keselamatan Allah melampaui batas-batas antropologis, bahwa alam dan manusia adalah sasaran karya keselamatan Allah. Penulis injil Markus menyadari betul bahwa segala mahkluk adalah milik Allah. Karena itu pemberitaan injil kepada hewan di laut, udara dan darat, tumbuh-tumbuhan, ikan-ikan dilaut menjadi sasaran karya keselamatan Allah.
Dari bacaan firman ini beberapa hal penting menjadi perenungan kita :
Pertama, perintah ‘pergilah’ menunjukan bahwa kita harus bergerak dari tempat kita, melakukan sesuatu. Jangan tinggal diam dan mendengar saja, tetapi mesti diingat dimulai dari Yerusalem, Yudea dan selanjutnya ke Samaria. Ini berarti, mari memulai dari dalam rumah tangga kita masing-masing, dari rumah bersama ini, rumah GMIT. Tanggung jawab pemberitaan Injil bukan hanya merupakan tanggung jawab para pendeta, penatua, diaken, pengajar, atau hamba-hamba Tuhan saja, melainkan merupakan tanggung jawab semua orang percaya untuk menjadi saksi injil dalam hidup ditengah-tengah masyarakat, menjadi garam dan terang dunia (Mat:5:13-16). Orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat berkewajiban memberitakan injil sesuai dengan talenta yang dimiliki, karena pemberitaan injil kita tidak hanya dengan kata-kata manis saja, tetapi dengan perbuatan kita. Pemberitaan injil orang percaya melalui lagu-lagu yang indah dari setiap suku, misalnya yang bisa bernyanyi, bernyanyilah dengan tradisi budaya masing-masing, menarilah dengan tarian Lego-lego, cakalele, diiringi musik gong, suling, juk, tambur. Jadi bernyanyikah, menarilah dan mainkanlah musik bagi kemuliaan nama Tuhan.
Kedua,Gereja dalam melaksanakan panggilan pelayanannya secara holistik, maka panggilan kita sebagai orang Kristen mesti memberi perhatian pada relasi antar sesama manusia, relasi sosial, dan relasi dengan ciptaan lain (ekologis). Ada relasi timbal balik manusia, bumi, dan mahkluk ciptaan Tuhan yang lain. Krisis ekologi menjadi isu yang dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia dan mahkluk ciptaan Tuhan yang lain. Wujud tindakan iman manusia mesti memiliki kepedulian terhadap alam yang sedang menderita akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab. Pesan kuat injil Markus 16: 15 tugas panggilan gereja harus menyerukan dan juga dalam tindakan memelihara lingkungan. Pencemaran, polusi harus di cegah agar alam tidak rusak, pemanfaatan sumber alam secara bertanggung jawab (Mat 25:14-30), penghijauan, pembudidayaan, membuang sampah pada tempatnya, baik dirumah, disekolah ditempat kerja di tempat umum. Orang percaya masa kini mesti juga memberikan perhatian terhadap isu pemanasan global, polusi, limbah, kerusakan lingkungan hidup. Memaknai Markus 16: 15-16 maka memberitakan injil kepada seluruh mahkluk dengan tindakan rela, sadar melaksanakan perawatan, pemeliharaan kepada seluruh makhluk.5
Ketiga, Mandat Agung harus diemban oleh setiap orang percaya, yang sudah merasakan anugerah Allah. Dalam mengemban tugas ini orang percaya mesti juga memberi perhatian pada konteks masa kini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan digitalisasi mestinya menjadi sarana pemberitaan injil. Yesus dalam melaksanakan pelayanan juga memberi perhatian pada konteks; berbicara kepada nelayan menjala ikan dalam perumpamaan, Luk 5:1-11, berbicara kepada petani ladang dan benih jadi perumpamaan Mat 13:1-23. Karena itu konteks masa kini menjadi sasaran pemberitaan injil. Perangkat digital memberi kemudahan dan juga menyajikan fitur-fitur menarik dan menyajikan sejumlah informasi, sehingga waktu dihabiskan berjam-jam untuk menikmatinya. Karena itu khabar baik, khabar sukacita tentang Yesus Kristus bisa dilakukan orang percaya masa kini dengan memanfaatkan media sosial melalui Youtube, facebook, Instagram, Tik-tok. Media sosial ini digunakan oleh siapapun, berdasarkan riset yang ditunjukan dalam statistic media sosial tahun 2023, dengan jumlah pengguna Youtube 2,9 miliar, Facebook 2,9 miliar, Instagram 2,5 miliar dan Tik-tok 1.5 miliar. Banyak orang yang tertarik memanfaatkan media sosial untuk buat konten hiburan, promosi barang dagangan, bahkan perdebatan soal agama dan keyakinan.
Keempat, Amanat Agung merupakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan Tuhan Yesus kepada murid-murid, mereka telah melaksanakan dan para murid-murid sebagai saksi mata peristiwa sukacita telah meninggal, tetapi perkataan dan peristiwa tentang Kristus ditulis dan disimpan sebagai dokumen, dari generasi-demi generasi. Kesaksian kita mesti dimulai dari budaya mendengar dan membaca, budaya menulis dan menyimpan dokumen tertulis dengan baik. Banyak peristiwa pelayanan yang bersejarah bisa menjadi cerita bagi generasi, tetapi semua hanya disampaikan secar lisan. Budaya menulis masih sangat minim bahkan dikalangan para pendeta. Dokumen Sejarah gereja saja masih sangat sulit ditemukan, mengapa? karena budaya kita hanya budaya menyampaikan secara lisan.
Kelima. Pemberitaan itu hendaknya tidak hanya dalam perkataan tapi juga dalam perbuatan, merupakan kesaksain nyata. Pemberitaan injil bukan juga berusaha mengemas kata-kata yang menyenangkan pendengar, kesaksian hidup kita merupakan pemberitaan injil yang dapat mengubahkan, memulihkan. Kesaksian orang percaya ketika sembuh dari sakit penyakit, penyertaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, keberhasilan yang diraih, kegagalan menjadi proses bersama dengan Tuhan. Jadi pemberitaan Injil bukan hanya pemberitaan secara verbal. Firman itu tidak boleh dipisahkan dari perbuatan. Injil adalah Firman yang menjadi daging, perbuatan tanpa kata-kata adalah bisu sedangkan kata-kata tanpa perbuatan adalah kosong. Tetapi kita dapat bersaksi dengan keberanian yang rendah hati dan sukacita mencerminkan kasih Allah yang mendamaikan seluruh umat manusia, saling mengasihi dan menghormati, sehingga Roh Kudus menggunakan pelayanan dan kesaksian kita untuk membuat Allah dikenal. Amin.