
Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus…
Dahulu dalam ibadah di GMIT orang belum mengenal yang namanya pemandu lagu. Semua jemaat dan pendeta harus berusaha untuk dapat bernyanyi dengan baik dalam setiap ibadah. Meskipun ada banyak kekurangan tetapi semua berusaha untuk memberikan nyanyian dan pujian yang baik. Dalam perjalanan waktu di GMIT mulai dikenal pemandu lagu untuk menolong jemaat dapat bernyanyi dengan baik, sukacita dan damai sejahtera. Namun harus diakui bahwa masih ada banyak persoalan dengan nyanyian kita, cara keterlibatan kita dalam komunitas, entah menimbulkan ketidaknyamanan, perselisihan, dll. Seringkali talenta yang ada pada kita tidak lagi digunakan sebagai sarana persekutuan dan penyembahan tetapi justru demi kepentingan pribadi, menonjolkan diri dan sangat eksklusif terhadap orang lain.
Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus…
Jemaat Efesus penerima surat ini merupakan komunitas beragam dari Yahudi dan non Yahudi. Tentu tidak mudah untuk dua komunitas ini hidup bersama. Sebab ada perbedaan latar belakang budaya, politik dan agama. Bagi orang Yahudi yang menjadi Kristen, mereka cenderung menuntut agar praktek iman Kristen harus tetap berbasiskan pada kebiasaan agama Yahudi. Hal ini sangat mustahil bagi orang Kristen non Yahudi. Dari segi politik, kecurigaan orang non-Yahudi terhadap orang Yahudi sangat kuat. Bahwa kehadiran mereka akan membahayakan eksistensi kekristenan didalam kekuasaan Romawi karena gerakan perlawanan kaum Zelot. Jadi kendati komunitas Kristen Yahudi dan non Yahudi sama-sama menghindari pemerintah Romawi tetapi dalam persekutuan mereka sendiri cenderung saling mencurigai. Dua catatan ini menjadi salah satu dasar dari sekian referensi betapa sulitnya hidup harmonis dalam sebuah persekutuan.
Meskipun demikian Paulus bersyukur karena dalam Kristus, Allah mendamaikan manusia dengan diriNya dan manusia dengan sesamanya. Penerimaan dan hidup bersama berjemaat sebagai pengikut Kristus merupakan salah satu keunikan yang patut disyukuri dan dijaga. Karena itu Paulus menganjurkan bahwa kebersamaan itu harus ditandai dengan sebuah sikap hidup yang baru yaitu sebagai anak-anak terang yang dipenuhi dengan Roh Kudus. Mereka bukan lagi hidup oleh tradisi suku atau kepercayaan lama. Tetapi sekarang mereka ada dalam sebuah realitas baru, yaitu sebagai pengikut Kristus, maka mereka harus hidup oleh Roh. Sebab hanya oleh Roh Kudus dimungkinkan untuk hidup saling mengasihi, menopang dan melengkapi satu dengan yang lain. Jika kita melihat catatan Kisah Para Rasul, Roh Kudus sumber karunia, sumber kehidupan dan kesatuan. Roh Kudus juga menjadi sumber pengampunan, penerimaan dan kerendahan hati. Dengan demikian keterlibatan kita dalam komunitas harus menopang pertumbuhan dan kesatuan bukan sebaliknya sebagai pemecah belah dan saling menyudutkan. Paulus kemudian mengajak jemaat Efesus untuk memulai dalam ibadah, bermazmur bersama-sama dengan segenap hati.
Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus…
Mazmur dan nyanyian adalah jenis sastra yang paling indah. Teman-teman Orthodox masih mempertahankan tradisi Chant, keindahan bahasa disuarakan dengan nada yang indah dan harmonis. Pada umumnya orang menyanyi dengan suara, tetapi Paulus katakan itu belum cukup. Menyanyi di gereja hanya menggunakan suara itu sama dengan mengikuti lomba saja. Bahkan dalam lomba, penilaian bukan pada suara saja, tetapi pendalaman dan penjiwaan terhadap pujian tersebut. Karena itu setiap nyanyian harus penuh dengan kesungguhan hati. Keindahan suara itu sangat penting, harmoni itu penting. Tetapi pertanyaannya untuk apa? Hal ini juga perlu dipikirkan.
Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus…
Bagi Paulus, ibadah dan persekutuan itu bukan sebuah show talent, menyanyi untuk menonjolkan diri tetapi harus dalam harmoni. Artinya kita menyanyi seirama bersama dengan sesama kita meskipun ada pembagian suara. Latihan seperti ini sangat penting. Untuk mendapatkan hasil yang baik, kita harus belajar untuk hidupi dari hati, melayani dengan hati. karena kita melayani dan hidup tidak sendirian. Hidup dari hati itu bukan soal kehadiran fisik, tetapi adanya pengertian dan penerimaan satu terhadap yang lain, saling meragukan, saling mengarahkan, saling menopang dan saling melengkapi. Jika menggunakan analisis SWOT, apa kekuatan dan kesempatan, apa kelemahan dan hambatan. Kesempatan itu kita akan mampu memanfaatkan jika kita saling mengapresiasi potensi masing-masing. Hambatan itu akan mampu kita atasi jika kita belajar untuk saling melengkapi. Hal itu hanya mungkin terjadi jika kita bekerja dengan hati bukan hanya dengan otak dan keinginan. Socrates, seorang filsuf Yunani mengatakan, kunci pendidikan adalah didiklah hatimu. Karena itu sumber kebaikan dan kasih sayang. KArena itu tidak cukup hanya mendidik otak saja, tetapi juga harus mendidik hati.
Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus…
Dalam ayat 21, Paulus juga ingatkan dalam komunitas selain kita syukuri akan kekayaan keberagaman dan belajar saling melengkapi tetapi kita juga harus belajar kerendahan hati. Kata yang dipakai adalah rendahkanlah dirimu. Artinya cara pandang kita terhadap sesama harus saling hormat dan tidak menempatkan diri lebih tinggi dari yang lain. Dalam menyanyi itu sangat penting untuk menjaga ego. Orang yang ego sangat tinggi tidak bisa ada dalam sebuah paduan suara, karena dia akan eror sendiri. Orang yang merasa diri suara paling indah susah untuk bergabung dengan orang lain. Karena itu belajarlah menyanyi dari hati, jangan hanya asal bersuara agar dikenal, karena ini hakikat dari pelayanan yang sesungguhnya. Ciri dari jemaat di Efesus menurut para ahli adalah bersifat universal karena semua orang dirangkul dan bervariasi dari berbagai suku bangsa/The Nations menjadi ciri surat efesus yang berbeda dengan catatan surat yang lain.
Hari ini kita juga akan melaksanakan rapat koordinasi di rumah bersama. Marilah kita bernyanyi bersama bagi Tuhan melalui setiap program yang kita rencanakan dan rancangkan. Sehingga setiap program yang dikerjakan di Tahun 2025 ini semuanya hanya untuk memuliakan Tuhan. Adalah sangat bijak jika setiap program yang kita kerjakan baiknya bukan untuk ego bpp/upp yang ada. Sebaliknya harus menjadi sebuah kolaborasi yang baik sehingga menjadi sebuah paduan suara yang indah dalam gerak bersama GMIT demi kemuliaan nama Tuhan. Hendaknya setiap program kerja kita bukan hanya untuk mempertajam sekat dan perbedaan. NAmun juga untuk saling menopang, memperkuat dan mengapresiasi setiap pelayanan yang dikerjakan. Kadangkala kita merasa sangat berhasil dengan pekerjaan-pekerjaan kita dan mempostingnya di medsos sebagai sebuah ungkapan syukur Hal ini tidak salah. itu sangat baik sebagai bentuk motivasi untuk orang lain juga. . Namun tidak jarang kita juga terjebak dalam sikap menganggap remeh orang lain. Nyanyian kita seolah-olah hanya kita yang bernyanyi dan bekerja dengan sungguh-sungguh sedangkan orang lain yang bekerja dalam diam dianggap tidak bekerja. Tema renungan kita mengingatkan kita Bernyanyilah Dengan Segenap Hati untuk Tuhan tidak hanya melalui suara kita dalam ibadah gereja tetapi juga melalui ibadah kehidupan kita setiap hari melalui tutur kata dan perbuatan kita. Dengan demikian kita semua akan hidup sebagai anak-anak terang. Karena itu, marilah kita bertanya pada diri kita masing-masing, sudahkan kita Bernyanyi dengan Segenap hati untuk Tuhan dalam kehidupan kita ataukah belum? Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.