
Kupang, www.sinodegmit.or.id, “Kami minta jemaat-jemaat GMIT menjadi pemasok atau supplierbahan baku yang akan digunakan dalam program makan bergizi gratis. Kita harus menjawab tantangan dari Presiden Prabowo Subianto, 8 miliar per desa/kelurahan per bulan untuk program makan bergizi. Pemerintah Provinsi NTT sangat mendukung hal ini,” demikian disampaikan Anggota DPRD Provinsi NTT, Fernando Soares dalam acara diskusi bersama Majelis Sinode GMIT di Pastori Ketua Sinode GMIT, Tuak Daun Merah, Kupang, Senin (6/1/2024).
Menurut Politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tersebut program makan bergizi gratis ini harus bermanfaat bagi Masyarakat setempat, bukan orang luar daerah.
“Saya sebagai anggota DPR akan sakit hati jika orang luar yang mendapatkan manfaat dari program makan bergizi gratis ini, karena kita tidak siap. Uang tidak akan tinggal di daerah kita. Ayam, telur, ikan, beras, sayur akan datang dari Jawa karena kita tidak siap. Itu hukum pasar. Ketika permintaan tinggi tetapi supply tidak ada, pasti orang akan cari di tempat lain,” lanjut Fernando.
Untuk NTT akan dibangun 749 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Badan Gizi Nasional (BGN) telah memetakan kebutuhan lauk yang akan dijadikan bahan makan anak sekolah untuk program tersebut, antaralain: ayam, telur, sayuran dan susu. Dari hasil percontohan mereka,untuk layanan 3000 siswa setiap hari membutuhkan 200 kg beras, 350 kg ayam, atau 3.000 telur, dan 350 kg sayur, serta susu 600 liter sehari (https://www.cnbcindonesia.com/news/20241008125511-4-577843/makan-bergizi-gratis). Ini bukan kebutuhan yg sedikit. Ketersediaan pangan di Pasar tidak cukup.
Menanggapi hal ini, Ketua Sinode GMIT Pdt. Semuel Benyamin Pandie mengharapkan Jemaat-jemaat bertani, menanam sayur dan beternak ayam. Jemaat dan Klasis dapat berkolaborasi untuk menangkap peluang ini.
Dalam pertemuan tersebut, Majelis Sinode juga memaparkan materi “Diakonia (Ekonomi) Transformatif Majelis Sinode GMIT sebagai Strategi Pemberdayaan Ekonomi Jemaat (Participatory).” Ada lima pilar pembangunan dan pengembangan GMIT yakni pendidikan, revitalisasi dan pengembangan aset, tata Kelola SDM dan digitalisasi, penatalayanan (data dan sarana prasaranan), dan penginjilan holistik.
Hasil diskusi tersebut bersepakat untuk menjadikan Yayasan Alfa Omega (YAO) Kupang sebagai pilot project pemberdayaan ekonomi jemaat, kemudian direplikasi untuk tempat lainnya.
Hadir dalam diskusi tersebut Majelis Sinode Harian GMIT, Ketua Majelis Klasis (KMK) Fatuleu Pdt. Meritz Nenoliu, KMK Amfoang Selatan, Pdt. David Ndolu, Anggota DPRD Provinsi NTT Winston Rondo, Mateus Soares dan Jan Pieter Windy. ***