Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Imanuel Matepu Ditahbiskan: Perkuat “Mimbar” Kehidupan

SABU, www.sinodegmit.or.id, Gereja harus berani untuk mengembangkan konsep dan praktik pelayanan dari “mimbar sentris” kepada “mimbar kehidupan”. Demikian ungkapan Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Samuel B. Pandie, saat ibadah penahbisan Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Imanuel Matepu, Klasis Sabu Barat, pada Minggu (19/5).

Acara penahbisan tersebut dipadukan dengan perayaan Bulan Budaya GMIT dan hari Pentakosta.

Menurut Pdt. Samuel, praktik perayaan Pentakosta dalam tradisi kekristenan saat ini, berakar pada konsep perayaan Pentakosta dalam konteks Perjanjian Lama.

“Perayaan Pentakosta sebenarnya berakar dalam tradisi Yahudi, yakni syukur panen. Syukur ini dilakukan setelah melewati 7 pintu Sabat dan pada hari ke-50. Orang Yahudi akan merayakan syukur panen, dengan saling berbagi hasil panen tersebut. Saat ini, oleh kekristenan, Pentakosta dirayakan dalam konteks hari pencurahan Roh Kudus yang terkait erat dengan hari kelahiran gereja,” ungkap Pdt. Samuel.

Gereja masa kini menghadapi banyak tantangan, yang menuntut kita bergerak dari pelayanan yang bersifat mimbar sentris kepada mimbar dengan berbagai konteks kehidupan.

“Saat ini GMIT menghadapi banyak tantangan, di antaranya penatalayanan pendidikan GMIT, persoalan sosial, krisis ekologis, dan lainnya. Gereja harus mengembangkan mimbarnya juga ke dalam konteks pendidikan, ekologi, dan lainnya. Bangun persekutuan terlebih dahulu, barulah kemudian bangun gedungnya. Jangan terbalik,” ujar Pdt. Samuel.

Acara Penahbisan tersebut dihadiri juga oleh Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke, M.Si, para pendeta se-Klasis Sabu Barat Raijua, pendeta denominasi, para pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua, paduan suara dan vocal group dari jemaat-jemaat di Klasis Sabu Barat Raijua, dan seluruh anggota Jemaat Imanuel Matepu.

Pdt. Semuel bertindak sebagai pendeta penahbis, dan Nikodemus Rihi Heke sebagai saksi, sekaligus menandatangani prasasti penahbisan.

Pdt. Frans Dillak berkhotbah berdasarkan bacaan Alkitab Kisah Para Rasul 2: 1-21, dengan tema “Bukan Aku, Kamu atau Kita, tetapi Tuhan”.  Dalam khotbahnya dikatakan bahwa perayaan Pentakosta sebagai hari pencurahan Roh Kudus; oleh Roh Kudus itu sendiri memungkinkan gereja untuk terus bertumbuh di tengah tantangan yang dihadapinya.

“Ketika kita merayakan Pentakosta, kita merayakan penyertaan dan tuntunan Roh Kudus yang memampukan gereja untuk bersatu di atas berbagai perbedaan, berani untuk bersaksi, terus bertumbuh dan menghasilkan buah,” ujar Pdt. Frans.

Pdt. Frans juga memberi catatan reflektif bagi perjalanan Jemaat Imanuel Matepu dalam rentang sejarah.

“Jika kita melihat perjalanan pembangunan di Jemaat Imanuel Matepu, penahbisan hari ini merupakan mimpi besar yang terwujud. Dalam perspektif manusia tentu pembangunan fisik di Jemaat Imanuel Matepu sangatlah berat, bagi 166 kepala keluarga saat itu (peletakan batu pertama). Tetapi apakah mustahil untuk digapai? Tentu tidak mustahil. Jika sebuah jemaat yang dibentuk Roh Kudus bersatu, maka apapun bisa dihadapi sebagai sebuah persekutuan. Mimpi yang sangat besar akan dapat digapai oleh persekutuan yang bersatu dan bersandar pada kemurahan hati Allah,” lanjut Pdt. Frans.

Sementara itu, Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam membangun Sabu Raijua dibutuhkan kolaborasi dari tiga pilar pembentuk good governance; yakni pemerintah, masyarakat sipil dan pelaku industri.

“Di Sabu ada sebuah filosofi mengenai hidup bersama, yakni mira kaddi. Ada unsur kebersamaan dan persatuan untuk bangkit. Ini menandakan kolaborasi yang perlu dibentuk dalam membangun Sabu Raijua,” ujar Nikodemus.

Ketua Majelis Klasis (KMK) Sabu Barat Raijua, Pdt. Femy S. Nassa-Neno menyampaikan isi hati mewakili jemaat Imanuel Matepu. Pdt Femy berbicara tentang gereja sebagai Ammu Kepue.

“Sejak awal saya selalu sampaikan bahwa gereja ini merupakan ammu kepue bagi seluruh anggota Jemaat Imanuel Matepu. Rumah tua kita. Jadi sejauh apapun kita berjalan, ingatlah untuk kembali ke sini, sebab inilah rumah tua kita,” ungkap Pdt. Femy.

Sebagai informasi bahwa Jemaat Imanuel Matepu saat ini beranggotakan 349 kepala keluarga, yang tersebar pada 16 rayon pelayanan.

Kebaktian penahbisan tersebut dipimpin oleh Pdt. Nony S. Sayuna, Pdt. Emr. Karel Lobo, Pdt. Frans A. Dillak, dan Pdt. Sarah E. Bani. *** (Pdt. Frans Dillak)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *