Foto: Fransiskus S. Nahak
Oe Ekam,www.sinodegmit.or.id., Majelis Sinode Harian (MSH) GMIT berkantor selama dua hari di Klasis Amanuban Timur, di Oe Ekam, Timor Tengah Selatan (TTS), sejak Jumat sampai Sabtu (18-19/10/ 2024).
MSH yang berkantor yakni Wakil Ketua, Pdt. Saneb Y. E. Blegur, Wakil Sekretaris, Pdt. Zimrat M.S. Karmany dan Bendahara, Pnt. Yefta Sanam. Hadir juga Ketua Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Sinode (BP4S) GMIT, Pdt. Yulian Widodo.
Menurut Pdt. Saneb Y.E. Blegur, kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melihat secara dekat pergumulan pelayanan di Klasis Amanuban Timur.
“Gereja adalah ibu, Kantor Sinode adalah rumah bersama kita. Rumah itu tidak cukup menampung ‘anak-anaknya’ karena ada 57 Klasis. Oleh karena itu kami MSH periode ini bersepakat untuk bertemu dengan Jemaat-jemaat dan melihat kondisi mereka secara dekat. Hari ini kami berkantor di sini dan ada kesempatan untuk bercerita tentang pergumulan jemaat,” kata Pdt. Saneb kepada seluruh pendeta dan MJH yang hadir.
Agenda hari pertama yakni bertemu dengan para Pendeta se-Klasis Amanuban Timur dan perwakilan Majelis Jemaat Harian (MJH). Karena ruangan kantor Klasis tidak mampu menampung seluruh peserta, maka pertemuan tersebut dilaksanakan di gedung Gereja Betania Hanomaten.
Dalam pertemuan tersebut, Ketua Majelis Klasis (KMK) Amanuban Timur, Pdt. Thimotius E.P. Makunimau menyampaikan gambaran tentang kondisi Jemaat-jemaat yang ada di Klasis Amanuban Timur.
“Wilayah pelayanan Klasis Amanuban Timur berada di 3 Kecamatan yaitu Fatumolo, Amanuban Timur dan Fatukopa. Medannya agak sulit untuk dijangkau, apalagi pada musim hujan. Hasil bumi yang ada diantaranya asam, kacang-kacangan, jagung, kelapa dan kemiri, bahkan di Jemaat tertentu ada padi, namun akses transportasi yang tidak lancar menyulitkan para petani memasarkan hasil bumi tersebut,” ungkap Pdt. Makunimau.
Ia juga menyampaikan rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang program pelayanan di Klasis Amanuban Timur, salah satunya ialah kebutuhan Pendeta dan mutasi. Ia optimis bahwa ke depan persoalan-persoalan yang dialami oleh Jemaat-jemaat di Klasis ini bisa diatasi.
Sementara itu Pdt. Zimrat Karmany berbicara tentang pentingnya sikap solidaritas antar Jemaat untuk mengatasi tantangan pelayanan dalam konteks yang berbeda.
“Setiap klasis memiliki pergumulan tersendiri, ada yang sama dengan Klasis yang lain namun ada juga yang berbeda karena konteksnya. Namun kalau kita bilang Gereja sebagai keluarga Allah, maka mari kita bergandengan tangan menyelesaikannya,” kata Pdt. Zimrat.
Selanjutnya Pnt. Yefta Sanam menyampaikan langkah-langkah yang dilakukan MSH untuk mencapai kemandirian GMIT secara dana melalui pemberdayaan ekonomi jemaat. GMIT memiliki Sumber Daya Alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Ia optimis bahwa beberapa tahun ke depan Jemaat-jemaat GMIT akan menuju kepada kemandirian secara dana.
Hal lain yang digumuli oleh Klasis Klasis Amanuban Timur ialah wilayah pelayanan yang cukup luas, sehingga beberapa peserta meminta untuk pemekaran Klasis, Klasis khusus dan Jemaat. Usulan pemekaran Klasis sudah direkomendasikan dalam Persidangan Sinode ke XXXV di Sabu. Untuk menindaklanjutinya, Pdt. Yulian Widodo meminta untuk Majelis Klasis melakukan pengkajian yang sungguh-sungguh terhadap pemekaran klasis Amanuban Timur. Sedangkan untuk Klasis khusus, BP4S sementara melakukan pengkajian dan menyiapkan draftnya untuk dibawa ke Persidangan Majelis Sinode terdekat.
Tentang Sekolah-sekolah GMIT, Pdt. Saneb menyampaikan bahwa MSH melalui Badan Pendidikan bekerja dengan sungguh-sungguh menata sekolah GMIT.
“Kita sementara membenahi Sekolah-sekolah GMIT. Kita baru selesai restrukturisasi organ Yayasan untuk Kabupaten TTS. Kita berupaya untuk memajukan sekolah-sekolah GMIT mampu bersaing dan memiliki mutu yang tinggi. Selama ini media hanya mempublikasikan sekolah GMIT yang bermasalah, namun tidak mempublikasikan prestasi sekolah-sekolah GMIT. Kami juga menghimbau, jangan karena 1 atau 2 sekolah GMIT yang bermasalah lalu kita mengatakan bahwa semua sekolah GMIT bermasalah dan tidak bermutu. Tidak benar. Sampai saat ini Sekolah-sekolah GMIT di tempat lain mampu bersaing dan memiliki mutu yang tinggi,” kata Pdt. Saneb.
Ia juga menyampaikan bahwa dalam waktu dekat GMIT akan launching sekolah unggul. Ada upaya untuk meningkatkan sumber daya para pengajar, dengan menyediakan beasiswa untuk studi lanjut. Selain itu, bekerja sama dengan Pemerintah pusat dan daerah agar guru-guru yang mengajar di sekolah GMIT bisa memperoleh akses untuk mengikuti seleksi ASN.
Pada hari kedua, MSH berkunjung ke beberapa Jemaat, diantaranya Jemaat Horeb Fatukopa, Jemaat El Shaddai dan Jemaat Tebes, khususnya Mata Jemaat Lus Besteke. Mata Jemaat ini berada di destinasi wisata bukit Fatukopa.
Hadir dalam kunjungan tersebut KMK Amanuban Timur dan Pdt. Fransiskus S. Nahak. ***