
Nas ini berkisah bagaimana Paulus dan Silas memberitakan Injil di Berea. Berea adalah salah satu kota yang disinggahi oleh Paulus ketika memberitakan Injil. Pada saat ini Berea disebut Veria, salah satu kota di Makedonia, negara Yunani bagian utara.
Pada awalnya keberadaan Paulus dan Silas di Berea bukanlah sesuatu yang direncanakan. Malahan dapat dikatakan bahwa Paulus dan Silas diselundupkan oleh orang-orang yang telah menerima Injil di Tesalonika ke Berea. Hal itu terjadi karena sebelumnya, ketika mereka memberitakan Injil di Tesalonika, terjadi keributan yang disebabkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak menerima Injil. Sekalipun demikian, Tuhan memakai cara ini supaya Injil diberitakan pula di Berea.
Para ahli memperkirakan Paulus dan Silas ada di Berea sekitar tahun 54 atau 55 ZB. Seperti yang disebutkan dalam nas ini, Paulus dan Silas melakukan perjalanan mereka dari Tesalonika pada malam hari. Selama perjalanan ke Berea, Timotius bergabung dengan Paulus dan Silas. Ketika tiba di Berea, Paulus dan Silas menemukan bahwa sudah ada komunitas orang Yahudi yang memiliki rumah ibadah (sinagoge). Itu sebabnya Paulus dan Silas dapat memberitakan Injil di rumah ibadah orang Yahudi.
Nas ini menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi di Berea lebih baik hatinya dibandingkan dengan orang-orang Yahudi di Tesalonika. Orang-orang Yahudi di Berea disebut baik hatinya, tidak hanya karena menerima Paulus, Silas dan Timotius saja. Mereka disebut baik hati lebih karena mau membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk belajar dan menyelidiki kitab suci setiap hari (ayat 11).
Kata “lebih baik hatinya” diterjemahkan secara berbeda dalam Alkitab Bahasa Inggris. Terjemahan KJV menggunakan kata “more noble” (lebih mulia). Terjemahan NIV menggunakan kata “more noble caracter” (karakter yang lebih mulia). Sedangkan terjemahan NASB menggunakan kata “more noble-minded” (mempunyai pikiran yang lebih mulia). Jadi semua terjemahan Alkitab Bahasa Inggris menggunakan kata “noble” yang berarti “mulia” atau “ningrat”. Hal ini menunjukkan suatu ketekunan dalam menyelidiki Firman Allah merupakan salah satu ciri orang yang berhati mulia. Firman Allah yang mereka dengar dari Paulus di-cross check dengan kitab suci. Yang dimaksudkan dengan kitab suci dalam nas ini adalah Tenak (Torah, Neviim, Ketubim), atau yang kita kenal dengan Alkitab Perjanjian Lama pada masa kini.
Apa yang mereka lakukan ini bertentangan dengan dua sikap ekstrem dalam persekutuan orang percaya pada masa kini. Pada ekstrem yang satu, ada sikap penolakan yang keras terhadap semua ajaran yang baru atau asing. Semua ajaran yang baru dianggap sesat dan karena itu ditolak mentah-mentah. Padahal mungkin saja justru ajaran yang baru itulah yang paling sesuai dengan Firman Allah dalam kitab suci. Sebaliknya pada ekstrem yang lain, ada sikap membeo. Apa pun yang didengar ditelan mentah-mentah tanpa sikap kritis sama sekali. Apalagi kalau apa yang didengar itu keluar dari ucapan pengkhotbah terkenal. Atau mungkin berasal dari tulisan teolog yang dikagumi. Akibatnya bukan sikap penerimaan ajaran karena belajar melainkan karena indoktrinasi. Pada ekstrem ini sikap kritis dianggap dosa dan karena itu dimatikan. Pikiran pendengar pun dibuat menjadi tumpul.
Orang-orang di Berea tidak memiliki dua sikap ekstrem di atas. Baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang biasa maupun orang-orang terkemuka, semuanya mendengar ajaran yang Paulus sampaikan dengan serius sekaligus kritis. Artinya apa yang mereka dengar dari mulut Paulus di-cross checkdengan kitab suci. Lalu ketika perkataan Paulus yang mereka dengar dan tulisan kitab suci yang mereka selidiki ternyata cocok, mereka bersedia mengubah pandangannya. Itu sebabnya dengan penuh kerelaan mereka dapat menerima ajaran yang Paulus sampaikan.
Setelah Paulus, Silas dan kelompoknya memberitakan Injil selama beberapa hari di Berea, mereka dipaksa untuk meninggalkan kota itu. Hal ini terjadi karena beberapa orang Yahudi dari Tesalonika yang tidak menerima Injil ikut ke Berea untuk menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak. Oleh karena itu beberapa orang percaya membantu Paulus untuk berangkat ke Athena. Silas dan Timotius dia tinggalkan di Berea dan di kemudian hari barulah mereka menyusul dan berjumpa lagi dengan dia di Korintus (Kis. 18:5). Tinggalnya Silas dan Timotius di Berea juga merupakan cara yang Paulus pakai untuk menjaga orang-orang yang telah menerima Injil agar terus belajar dengan mendengar dan menyelidiki kitab suci.
Ada setidaknya empat manfaat mendengar dan menyelidiki Firman Allah. Pertama,pengenalan akan Allah dan kehendaknya semakin diperdalam. Kedua,meningkatkan pertumbuhan Rohani dan kedewasaan iman. Ketiga,memberikan bimbingan dan arahan dalam menghadapi tantangan hidup. Keempat,meningkatkan kesadaran dan ketaatan kepada kehendak Allah. Dari penjelasan singkat ini, ada pertanyaan yang dapat kita sharing-kan: Dalam pelayanan selama ini, sikap yang bagaimana yang sering ditemukan ketika memberitakan Firmah Allah? Apakah sikap tolak mentah-mentah? Apakah sikap telan bulat-bulat? Ataukah anggota jemaat sudah mendengar dan menyelidiki Firman Allah baru kemudian digunakan dalam kehidupannya? Selamat berbagi!