Mendoakan Kehidupan, Menghidupi Doa (Lukas 11:1-13) – Pdt. Adi Amtaran

Hal berdoa dapat dikategorikan sebagai upaya membangun relasi yang akrab dengan Tuhan. Secara sederhana kita katakan bahwa berdoa sebagai cara manusia bicara dengan Tuhan maka ada waktu dimana Tuhan juga bicara dengan manusia melalui firmanNya. Sejak kecil kita sudah diajarkan berdoa oleh orangtua kita bahkan kita kenal bahwa doa itu nafas hidup orang percaya. Seiring dengan tarikan dan hembusan nafas, demikianlah doa dilantunkan. Doa yang tak pernah dibatasi ruang dan waktu. Sebagaimana kita menggumuli kehidupan ini, demikian pula kita menghidupi doa. Semisal ketika kita sakit, kita berdoa dengan keyakinan bahwa Yesus adalah dokter atau tabib yang agung. Ketika kita ditimpa duka baik karena kematian ataupun rupa kehilangan lainnya, kita yakini Yesus sebagai penopang hidup ini. Ketika kita ada dalam situasi dilematis, kita yakini Yesus sebagai sumber hikmat yang mampu menuntun kita dalam pertimbangan yang berhikmat. Demikianlah kita mendoakan kehidupan sambil menghidupi doa dengan keyakinan iman yang kuat akan arti kehadiran Yesus dalam hidup kita.

Kita belajar dari Yesus, ketika Yesus ada di tengah-tengah dunia, Ia juga berdoa. Injil Lukas memperlihatkan bahwa bagi Yesus, doa sangat penting.  Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa (Luk 3:21); Yesus berdoa semalam-malaman kepada Allah di bukit (Luk 6:12); Yesus berdoa seorang diri (Luk 9:18); Yesus berdoa di kayu salib (Luk 23:34).  Selain Injil Lukas yang katakan bahwa Yesus berdoa. Injil Markus dan Yohanes juga punya kesaksian tentang Yesus yang berdoa. Markus 1:35 (pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia (Yesus) bangun dan pergi keluar. Ia pergi ketempat yang sunyi  dan berdoa disana.  Yohanes 17:1 “Yesus menengadah ke langit dan berkata….Doa yang Yesus lantunkan sebelum Ia ditangkap untuk diadili dalam penderitaan dan kematianNya. Yesus menunjukan ketaladanan dalam berdoa.

Bacaan Alkitab saat ini berkisah tentang Yesus berhenti berdoa dan seorang muridNya berkata kepadaNya: Tuhan, ajarkan kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya. Permintaan murid Yesus ini ditindaklanjuti oleh Yesus dengan mengajarkan mereka hal berdoa. Yesus menyadarkan para murid bahwa hubungan yang benar dengan Allah Bapa dan Yesus harus dibina melalui doa. Sekalipun sang murid membandingkan dengan murid-murid Yohanes yang sudah terlebih dahulu diajarkan berdoa oleh Yohanes, tetapi Yesus kembali meneguhkan kebenaran berdoa yang sudah diajarkan oleh Yohanes kepada mereka. Yesus tidak hanya mengajarkan tetapi Ia sudah terlebih dahulu melakukan hal tersebut.

Yesus mengajarkan murid-muridNya hal berdoa yang kita kenal dengan Doa Bapa Kami. Baik dalam Injil Matius maupun Injil Lukas doa Bapa kami memiliki struktur dan isi yang pada dasarnya sama, meskipun keduanya terbentuk oleh tradisi jemaat yang berbeda. Teks Matius disesuaikan dengan kebutuhan liturgi maka lebih panjang dan teks Lukas lebih pendek.

Isi doa Bapa kami dimulai dengan: “Bapa, dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu”.  Kedua teks ini, dimulai dengan menyebut Allah sebagai Bapa (Abba dalam Bahasa Ibrani). Doa terlebih dulu memuliakan nama Allah di bumi dan pemenuhan kerajaanNya. Jadi doa Bapa kami mengajak kita untuk mengarahkan doa kita kepada Allah sebagai Bapa yang dekat, bukan Allah yang jauh. Murid-muridNya diajak untuk lebih dulu memuji kekudusan nama Allah. Dan Kerajaan Allah sajalah yang hadir di tengah-tengah dunia bukan Kerajaan lainnya.

Doa selanjutnya berisikan 3 permohonan: 1) Makanan yang secukupnya; 2) Pengampunan dosa; 3) perlindungan dari pencobaan. Ketiga permohonan ini dapat dimengerti dengan melihat latar belakang penulisan Injil Lukas. Tema utamanya adalah perhatian Yesus kepada orang-orang miskin. Ia mewartakan Injil bagi mereka (4;18; 7:22); Orang-orang miskin diberkati Allah (6:20); diundang masuk dalam perjamuan sorgawi (14:13,21). Kisah tentang Lazarus yang miskin yang diangkat ke surga oleh para malaikat (16:20,22). Yesus juga memerintahkan murid-murid untuk menjual apapun yang mereka miliki dan memberi sedekah kepada orang-orang miskin (12:33).

Dengan latar belakang ini, mengertilah kita bahwa permohonan untuk makanan yang secukupnya dikaitkan dengan kesulitan hidup karena kemiskinan tersebut dan keberpihakan Yesus kepada orang-orang miskin. Apalagi kemiskinan itu karena praktik ketidakadilan yang terjadi dan melanggengkan kemiskinan tersebut. Persis seperti tema kita yakni mendoakan kehidupan, menghidupi doa.  

Teks ini diakhiri dengan Yesus memakai perumpamaan seorang sahabat yang meminta roti tengah malam pada sahabatnya karena seorang sahabatnya singgah di rumahnya. Bagi Yesus pasti sahabat itu akan memberi kepada orang yang meminta. Dari perumpamaan itu, Yesus mengajarkan: Mintalah maka akan diberikan kepadamu; Carilah maka kamu akan mendapat; Ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Dalam Bahasa Kupang “Bagitu ju deng sambayang, minta tarus sang Tuhan nanti Dia kasi. Cari tarus nanti Dia kasi tunju jalan. Eki tarus nanti Dia buka pintu”. (Alkitab Bahasa Kupang). Yesus memastikan setiap orang yang meminta menerima, setiap orang yang mencari mendapat dan setiap orang yang mengetok baginya pintu dibukakan. Roh Kudus diberikan kepada mereka yang meminta kepadaNya.

Saya teringat penggalan tulisan Henri Nouwen dalam buku: Peacework-Mengakarkan budaya damai. Dia katakan: “Doa bukanlah sekedar persiapan untuk memperjuangkan damai atau pendukung saat memperjuangkan damai, atau ucapan syukur setelah memperjuangkan damai. Doa sesungguhnya merupakan perjuangan untuk mewujudkan damai. Kehidupan yang kita jalani sangatlah kompleks dan sarat makna. Mendoakan kehidupan sebagai panggilan mulia yang dijalankan di tengah-tengah dunia ini. Sambil menghidupi doa sebagai sebuah perjuangan sampai jawaban doa itu nyata dalam hidup sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *