Jemaat Tuhan sekalian yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus,
Integritas adalah sebuah kata yang sering kita dengar dan ucapkan. Beberapa orang membuat dan menandatangani pakta integritas. Apa itu integritas? Integritas adalah tentang mutu atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampun yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Ippho Santoso mengartikan sebagai menyatunya pikiran, perkataan dan perbuatan untuk melahirkan reputasi dan kepercayaan. Andreas Harefa berpendapat bahwa integritas ditunjukan lewat tiga hal yakni menunjukkan kejujuran, memenuhi komitmen dan mengerjakan sesuatu dengan konsisten. Dengan demikian seseorang dapat memiliki intergritas, karena lahir dari proses yang panjang. Sederhananya intergritas adalah sebuah pengakuan tentang reputasi, mutu dan kualitas diri.
Dalam pembacaan hari ini, Yesus menetapkan standar jika seseorang mau disebut memiliki integritas. Pembacaan hari ini tidak bisa kita lepaskan mulai dari ay. 1-32 yang berbicara tentang apa yang harus pengikut Yesus perbuat, baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Sedangkan ay. 33-37 tentang mengukur atau sebuah evaluasi tentang sejauhmana hidup berdasarkan firman Tuhan. Pada saat mengukur itulah dapat terlihat integritas yakni kejujuran, komitmen melakukan dan konsistensi hidup sesuai firman Tuhan.
Beberapa pokok perenungan dalam bacaan hari ini. Pertama,nenek moyang Israel telah mendengar agar tidak bersumpah palsu melainkan memegang sumpah. Bersumpah berarti membuat sebuah pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap suci untuk menguatkan perkataan atau keyakinanannya. Kedua,Yesus melarang semua pengikut-Nya untuk bersumpah demi apa pun dengan alasan dan penjelasan seperti diuraikan dalam ay. 34-36. Langit adalah takhta Allah, bumi adalah tumpuan kaki Allah, Yerusalem adalah kota Raja Besar dan demi kepala sendiri karena manusia tidak memiliki kuasa atas kepalanya sendiri. Ketiga, pembuktian perkataan cukup mengatakan ya pada ya dan tidak untuk tidak. Jika lebih, maka berasal dari si jahat. Bagaimana menjaga integritas dalam perkataan?
Dari perkataan Yesus ini secara jelas katakan, jemaat Tuhan sekalian,
Bahwa dalam hidup ini tidak perlu dengan bersumpah dan sebagainya. Bila sampai menandatangani dokumen pakta integritasi, bukan tentang publikasi penandatangannya. Tetapi bagaimana berlaku sesuai dengan apa yang ditandatangani. Maka menjadi penting untuk menjaga sikap hidup agar sesuai perkataan. Perkataan kita adalah sebuah kebenaran mutlak. Orang mengenal dan menjadikan kita sebagai teladan karena hal tersebut. Bicara sesuai fakta dan bukan membangun opini karena apa yang lebih dari yang kita ketahui tetapi mau membicarakannya, berasal dari si jahat. Mungkin juga yang kita katakan, orang tidak menyukainya, tetapi itu yang harus kita katakan. Di rumah bersama, tiap kita memiliki tugas dan tanggungjawab. Ketika diperhadapan sebagai majelis sinode mau pun BPPS dan UPPMS, sebagai staf, kita mengucapkan janji untuk bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai firman Tuhan. Kita bisa mengukur diri masing-masing apakah selama ini berintegritas dalam perkataan itu? Hendaklah kita menjaganya karena telah melakukan dengan baik atau orang percaya bahwa pekerjaan itu, pasti kita kerjakan.
Di Rumah Bersama, Kantor Sinode GMIT, mulai hari Senin (23/9) sampai Rabu (25/9), kita sedang mempersiapkan diri untuk rapat koordinasi bersama Majelis Sinode Harian di hari Kamis dan Jumat (26-27/9). Kita mengevaluasi dan dievaluasi terhadap Program Pelayanan Tahunan (PPT) 2024. Jika PPT yang menjadi bagian kita sudah dituntaskan, katakan ya. Jika sedang atau belum, katakan apa adanya. Supaya apa yang kita sampaikan, memang sejalan dengan progres pelaksanaan PPT. Menjaga integritas dalam perkataan tentang tiap tanggungjawab kita itulah, yang akan menolong sehingga menemukan bagaimana PPT telah berhasil sekian persen, mendorong supaya yang sedang berproses bisa berhasil dan mengapa serta bagaimana caranya supaya kegiatan yang belum tersentuh bisa terselesaikan. Siapa berlaku seperti perkataan Yesus, ia menunjukkan kualitas diri sebagai pelayan Tuhan. Diri kita berbeda dengan mereka yang ada di luar komunitas orang percaya. Yesus panggil kita tidak saja untuk mendengar dan berkata tetapi melakukan firman-Nya. Dengan hidup sesuai firman-Nya, penuh kejujuran, berkomitmen dan konsisten melakukannya, Tuhan memberkati kita, kita menjadi berkat bagi sesama dan nama Tuhan dipermuliakan, amin. Â