
Foto: Adi Amtaran
Alor,www.sinodegmit.or.id., Majelis Sinode GMIT melalui Badan Pengurangan Risiko Bencana (BPRB) mengadakan Pelatihan Gereja Tangguh Bencana bagi Klasis se-Teritori Alor, di Jemaat Imanuel Habula-Klasis Alor Barat Daya pada tanggal 22-24 Oktober 2024.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari salah satu aktivitas pra-bencana yang dapat menolong anggota gereja untuk memiliki kemampuan mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Wakil Ketua Sinode GMIT, Pdt. Saneb Y. Ena Blegur dalam suara gembala berbicara tentang tanggung jawab GMIT terhadap warganya.
“Pelatihan tersebut merupakan tanggung jawab GMIT untuk melindungi ciptaan dari kerusakan dan menjaga keseimbangan alam, serta lebih proaktif dalam melindungi jemaat dan lingkungan dari dampak buruk bencana alam. Selain itu, GMIT dapat menegaskan posisinya sebagai gereja yang peduli dan hadir di tengah kesulitan yang dialami jemaat dan masyarakat,” kata Pdt. Saneb.
Ia juga menghimbau agar setiap Jemaat untuk aktif melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja.
Beberapa materi yang diikuti oleh para peserta, yakni Peran GMIT dalam Penanggulangan Bencana (Pdt. Saneb Y. Ena Blegur, Wakil Ketua Sinode GMIT); Strategi dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Alor dalam Pengurangan Risiko Bencana (Obeth Bolang, S. Sos. MAP, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Alor); Peran pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Alor di masa pra bencana, bencana dan pasca bencana (Agusthinus M. S. Mahal, S. Sis, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan-Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Alor).
Dalam rangka partisipasi dan inklusi sebagai upaya memperkuat Jemaat dan Klasis menjadi gereja tangguh bencana, maka para peserta juga dibekali dengan materi lainnya yakni Pendalaman Alkitab dengan tema inklusi; Kesetaraan gender; Disabilitas dan inklusi sosial (GEDSI); Garis waktu dan sejarah bencana; Analisis dan kerentanan; Kesiapsiagaan gereja melalui lumbung pangan; Manajemen kasus kekerasan perempuan dan anak di lokasi bencana; Data terpilah; Dukungan psikososial awal dan pendidikan di lokasi pengungsian; dan Fase manajemen bencana. Materi-materi tersebut disampaikan oleh Pdt. Adi Amtaran, Pdt. Ekawati Lily, Pdt. Loisa Ena Blegur, Therlince Loisa Mau dan Farida Koly, S.Pd, M.Sc.
Pnt. Erodiana Dopong-Sumaa, presbiter Jemaat Moria Pitungbang-Klasis Teluk Kabola bersyukur untuk pelatihan tersebut, sebab daerah mereka rawan bencana alam, tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Misalnya bencana kekeringan. Ia mengeluhkan harga air bersih yang sangat mahal.
“Biaya air bersih Rp. 450.000/tengki di daerah kami,” kata Pnt. Erodiana.
Merespon hal ini, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Alor, Obeth Bolang menyarankan agar jemaat berjejaring untuk mengatasi masalah tersebut. BPBD juga siap untuk mendistribusi air bersih ke Jemaat Moria Pitungbang.
Kegiatan tersebut diakhiri dengan rencana tindak lanjut, yakni para peserta bertekad untuk menerapkan materi-materi yang diperoleh di Jemaat dan Klasis masing-masing.
Hadir dalam kegiatan tersebut 30 orang peserta dari 10 Klasis di Teritori Alor. Ibadah pembukaan dipimpin oleh Pdt. Dina Takalapeta-Meler, S.Th. M.Pd. *** (Pdt. Adi Amtaran)