Pertolongan Tuhan dalam Kegagalan Manusia (Kejadian 20:1-18) – Pdt. Johanis Trianus Salukhfeto

Sdr/iku, pengkhianatan bisa dilakukan oleh siapa saja, tak penting apa latar belakangnya. Mengingkari kesetiaan bisa dilakukan siapa saja, entah beriman ataupun tidak. Dalam kaitan dengan hidup berumah tangga, hal ini pun bisa terjadi, baik itu dilakukan oleh suami, baik oleh istri, maupun ke dua-duanya. Ini nyata dari cerita Alkitab tadi. Abraham sebagai orang beriman, yang sementara berjalan atas petunjuk Tuhan, yang sampai di daerah Gerar, di Tanah Negeb atas perintah Tuhan, secara terang-terangan melakukan pengkhianatan. Bukan saja sepihak oleh Abraham, bahkan Sarah sebagai istrinya juga secara sadar mengiyakan, mengingkari kesetiaan mereka sebagai suami istri. Kita lalu bertanya, mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa mereka tega untuk lakukan demikian? Memang benar, di sisi lain mereka adalah saudara, tapi yang pasti mereka telah menjadi suami-istri, yang pada mereka ada janji Allah yang menyertai. Jawaban atas pertanyaan ini, telah ada dalam cerita tadi pada ayat 11, ia takut kalau-kalau dibunuh karena istrinya Sarah. Ini terkait dengan kebiasaan waktu lalu. Seorang Raja bisa punya banyak istri, sesuai yang ia mau. Sarah bisa saja dijadikan selir oleh Abimelekh dan karena itu jika ternyata ia adalah istri Abraham, maka bukan tidak mungkin Abraham akan dihabisi supaya bisa memuluskan niatnya ini.

            Sdr/iku, mari kita menggali lebih jauh pelajaran penting apa yang kita temukan dari cerita Alkitab ini, hikmah seperti apa yang bisa kita dapatkan. Saya coba uraikan berdasarkan tokoh dan peran yang ada, antara lain:

  1. Abraham dan Sarah istrinya.

Ketakutan Abraham, menutupi rasa percaya dan keyakinannya akan tuntunan Allah. Ia lebih memilih berbohong dan gadaikan kesetiaannya pada Sarah, ketimbang harus mengorbankan diri dan kenyamanan yang sudah ada. Dari pada saya mati, lebih baik saya berbohong; dari pada saya susah, lebih baik saya ingkari kesetiaan untuk sementara; dari pada saya mendapat susah, lebih baik saya menipu walaupun itu salah.

Sdr/iku, kesetiaan itu harus dibayar mahal; Untuk mempertahankan kesetiaan maka harus ada yang dikorbankan, termasuk nyawa sekalipun. Untuk sebuah kesetiaan, kadang kita harus menderita dan jalani kesusahan tertentu. Kondisi ini juga yang harus diperhatikan dalam mempertahankan kesetiaan ketika jalani biduk rumah tangga dan keluarga. Jalani hidup berkeluarga, kadang kita ada dalam “zona yang tidak aman dan nyaman” seperti yang dialami Abraham dan Sarah istrinya. Saat berada di wilayah Abimelekh, mereka ada dalam ketakutan dan zona yang tidak aman. Pilihan diperhadapkan kepada mereka, tetap percaya akan janji Allah dan karena itu akan setia pada janji sebagai suami istri ataukah tunduk pada rasa takut mereka dan karena itu akan menjual kesetiaan mereka seorang akan yang lain? Hari ini “ujian kesetiaan” semakin kompleks seiring perjalanan waktu. Jika yang dialami Abraham kala itu hanya rasa takut, maka yang dialami keluarga masa kini lebih dari sebatas ketakutan. Ujian kesetiaan keluarga hari ini bisa berupa makan minum, bisa berupa bergaya hidup mewah, bisa berupa kedudukan dan jabatan, hingga pada sekedar memuaskan keinginan daging sebagai manusia. Pakai kalimat tema khotbah di atas, maka orang bisa gadaikan kesetiaan karena berbagai factor, apalagi di tengah perkembangan media social yang semakin marak dewasa ini.

Sdr/iku, cerita Abraham dan Sarah hari ini mengingatkan kita untuk lebih berjaga-jaga. Abraham disebut sebagai imam dalam cerita tadi dan kita mengenal Abraham sebagai Bapak segala orang beriman, namun demikian ia bisa jatuh pada kesalahan ini. Pelajaran pentingnya adalah bagi kita hari ini, jangan pernah tunduk pada ketakutan apapun itu, tetapi tetap percaya akan janji penyertaan Tuhan dalam hidup rumah tangga dan keluarga. Dalam peneguhan dan pemberkatan nikah, sudah ada janji setia yang kita ucapkan masing-masing, lanjutannya kita juga mendengar janji penyertaan Tuhan atas hidup rumah tangga dan keluarga kita. Tetaplah di jalur itu karena tangan Tuhan akan tetap menuntun sesuai janji-Nya bagi kita. Jangan gadaikan kesetiaan yang ada, untuk alasan apapun itu.       

2. Sikap Abimelekh

Pembelaan diri dari Abimelekh sehingga terhindar dari malapetaka yang ada jelas. Ia katakan, aku melakukan itu dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci. Ia dan seisi rumahnya akhirnya diberkati karena benar ia tulus. Pahami pernyataan ini, kita harus kembali melihat konteks waktu itu. Adalah benar dan sah jika ia mengambil Sarah menjadi istri atau selirnya, walaupun ia telah beristri karena diijinkan dan dibenarkan oleh hukum waktu lalu. Ini tentu berbeda dengan kondisi hari ini, bercermin dari kesaksian Alkitab, khususnya apa yang diajarkan Yesus. Tidak dibenarkan berpoligami. Namun pelajaran baik dari Abimelekh bagi kita hari ini adalah tentang hati yang tulus dan tangan yang bersih.

            Sdr/iku, hati yang tulus dan tangan yang bersih akan selalu hindarkan kita untuk lakukan yang tidak benar, termasuk mengingkari kesetiaan kita dalam hidup bersama. Abimelekh dalam pandangan Abraham bukan orang yang tahu dan takut akan Tuhan, namun ketulusan dan kesuciannya menyelamatkannya dan membawa berkat bagi banyak orang. Dalam melakukan sesuatu termasuk hidup bersama sebagai suami istri, dibutuhkan hati yang tulus dan tangan yang terjaga bersih. Tulus mencintai dan mengasihi, menjaga tangan untuk tetap bersih, akan selalu melanggengkan kebersamaan sebagai suami istri. Sebaliknya, di saat hati mulai dipenuhi yang jahat, ketulusan mulai diserongkan, keberanian untuk mulai menyentuh yang jahat, di saat itulah benih kebencian dan pengkhianatan akan tumbuh subur. Dalam setiap kekurangan dan kelebihan, jagalah hati dan tangan kita agar tetap tulus dan bersih.   

3. Tindakan Allah

Sdr/iku, 2 pesan kita temukan dari tindakan Allah yakni Allah tak akan pernah mengingkari janji-Nya atau janji-Nya akan selalu dipenuhi dan ke-2, kesetiaan hidup bersama jauh lebih penting dari apapun itu. Pertama, walaupun Abraham menunjukan titik lemahnya, namun Allah tetap bekerja untuk menyatakan janji-Nya kepada Abraham. Mereka telah dituntun hingga daerah Abimelekh dan selangkah lagi mereka akan menerima janji Allah berupa adanya keturunan. Allah sudi mengampuni, Allah berkenan memperbaiki yang telah rusak karena sebuah kelemahan demi janji yang sudah disampaikan. Tindakan Allah ini pun tetap terjadi hingga hari ini. Allah saja sudi mengampuni, Allah saja berkenan memperbaiki, lalu mengapa banyak di antara kita yang tak sudi mengampuni, tak rela memperbaiki yang sudah rusak? Percayalah, di balik semua itu ada janji Allah yang mau dinyatakan. Ke-2, dengan mengingatkan kepada Abimelekh tentang status Sarah, Allah mau nyatakan termasuk kepada Abraham bahwa kesetiaan itu dihargai Allah sebagai hal yang utama dalam relasi bersama sebagai suami dan istri. Kesetiaan adalah kunci merasai berbagai berkat dan kemurahan, dan ini yang sedang Allah ajarkan bagi kita melalui cerita Alkitab hari ini. Peliharalah kesetiaan itu karena di mata Allah, ia sungguh berharga dari apapun yang kita miliki. Orang yang tetap bersandar kepada Allah, pertolongan-Nya selalu nyata. Tuhan Yesus menuntun dan memberkati kita, amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *