
Kupang, www.sinodegmit.or.id, Pesan damai digemakan dalam Prosesi Paskah Pemuda Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Tahun 2025 yang berlangsung pada Senin (21/4/2025).
Kegiatan yang telah vakum setelah enam tahun ini mengusung tema “Damai dari NTT untuk Indonesia, City of Love and Harmony”.
Pesan damai digemakan mulai dari ibadah oikumene dan saat prosesi sepanjang rute dari Bundaran Tirosa, dilanjutkan ke Gereja Anugerah El Tari, lalu ke Gereja Koinonia Kupang, dan berakhir di Gereja Kota Kupang. Para peserta menyuarakan pesan perdamaian, persaudaraan, semangat gotong royong, dan toleransi antarumat beragama di NTT.
“Pesan damai digemakan karena kita ingin menyuarakan bahwa di Kota Kupang dan NTT ada cinta, kasih sayang dan harmonisasi yang turut berdampak bagi Indonesia,” kata Ketua Pemuda Sinode GMIT Erens Blegur, saat menyampaikan sambutannya.
Senada dengan hal diatas, Ketua Sinode GMIT, Pdt. Samuel Benyamin Pandie dalam suara gembalanya mengajak para pemuda dan seluruh umat menyebarkan pesan damai.
“Prosesi Paskah hari ini adalah bukti kami siap menjadi ecclesia (Gereja) baru oleh karena itu saya mengimbau pemuda untuk menyatakan damai dan semangat persaudaraan,” kata Samuel.
Untuk mewujudkan damai itu, berbagai persoalan harus selesaikan. Karena itu ia menegaskan dukungan GMIT terhadap aparat penegak hukum dalam memberantas kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan yang masih marak di NTT.
“Kami juga mengharapkan agar pemerintah bersama lembaga penegak hukum segera mengusut tuntas semua kasus kekerasan terhadap anak, buktikanlah bahwa keadilan ada di NTT,” kata Pdt. Semuel.
Diakhir sambutannya ia menyatakan dukungan GMIT terhadap pemerintah untuk membangun NTT dengan berbagai program yang menyentuh sisi kemanusiaan seperti program Makan Bergizi Gratis, stunting, sampah, perdagangan manusia, dan masalah sosial lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma turut mengapresiasi pelaksanaan prosesi ini dan mengajak umat untuk menjadikan paskah sebagai momen refleksi.
“Prosesi ini bukan sekadar ritual tetapi dimaknai untuk merenungkan dan meneladani hidup Yesus Kristus. Ia adalah tokoh yang hidup untuk melayani, sehingga prosesi ini bukan sekedar sukacita semata tetapi juga untuk merenungkan teladan hidup Yesus Kristus,” kata Johni.
Ia mengajak pemuda/i meneladani Kristus yang berkorban di Kayu Salib dengan berkorban bagi gereja, masyarakat dan Negara melalui karya-karya yang membangun.
Diakhir acara pembukaan, untuk memperkuat toleransi, maka dilakukan deklarasi pesan damai dari NTT untuk Indonesia, yang ditandatangani oleh Ketua Sinode GMIT, Pdt. Semuel B. Pandie, Ketua MUI NTT Drs. Haji Muhammad S. Wongso, perwakilan dari agama Hindu NTT, I Wayan Gede Astawa, S.Sos, MM, dan dari Agama Budha Bp. Indra Efendi. ***