![](https://sinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2024/08/SD-GMIT-Tuapukan-1024x683.webp)
Foto: Penyerahan bantuan alat tulis dari Majelis Sinode GMIT kepada Pihak SD GMIT Tuapukan
KUPANG,www.sinodegmit.or.id, “Sekolah ini masih terbatas dalam sarana prasarana, tetapi kami membangun kerja sama dengan lembaga lain untuk memajukan sekolah ini,” kata Dwi Hastuti, S.Pd,SD, Kepala Sekolah Dasar (SD) GMIT Tuapukan, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, saat visitasi Badan Pendidikan Sinode GMIT ke Sekolah tersebut, pada Senin (5/8).
Sejak tahun 2023, SD tersebut berpartisipasi dalam program mewujudkan Kabupaten Kupang yang Humanis, Adaptif, Tangguh dan Inklusif (MATAHATI). Program tersebut dikerjakan bersama Bengkel APPeK (Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung), Yayasan Tanpa Batas (YTB), Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat (JPM), Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL), dan Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi NTT (Garamin NTT) dukungan CBM Global Indonesia.
Anak-anak Sekolah mendapat kesempatan memeriksa kesehatan mata dan kesehatan mental secara rutin. Pihak Sekolah juga diajarkan untuk menciptakan lingkungan aman, inklusif, anti bullyingdan non diskriminasi.
“Untuk Tahun Ajaran 2024/2025, Sekolah ini telah menerima pendaftaran siswa baru dengan disabilitas, karena mereka juga adalah warga Negara yang memiliki hak yang sama untuk mengakses pendidikan,” kata Dwi Hastuti.
Baginya program MATAHTI sangat bermanfaat karena membentuk karakter anak sejak kecil, tidak hanya pengetahuan yang mereka peroleh.
Anak-anak diajarkan untuk mencintai makanan lokal, sebagai bagian dari adaptasi terhadap perubahan iklim. Setiap hari Jumat, anak-anak membawa pisang, ubi dan jagung, kemudian dimakan bersama-sama di Sekolah.
Selain terlibat dalam program MATAHATI, pihak Sekolah juga membangun kerja sama dengan Pemerintah Desa Tuapukan untuk perbaikan beberapa infrastruktur Sekolah yang rusak.
Dalam kesempatan tersebut, Dwi juga menyampaikan sejumlah persoalan yang dihadapi SD GMIT Tuapukan. Mulai dari pembiayaan gaji Guru, kesulitan mengakses seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) oleh para Guru honor, rehab sarana prasarana Sekolah, sampai status tanah Sekolah yang belum selesai.
Untuk sengketa tanah, Sekolah tersebut didampingi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Abdi Damai Sinode GMIT, dan telah memenangkan proses perkara di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Namun pihak penggugat masih mengajukan kasasi untuk melanjutkan perkara.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Badan Pendidikan Sinode GMIT, Pdt. Yulius D. Mau Wadu menyampaikan bahwa Majelis Sinode GMIT akan terus mendampingi pihak Sekolah, membangun jaringan dengan pemerintah dan mencari solusi bersama menanta Pendidikan di GMIT menjadi lebih baik.
“Beberapa langkah yang kita ambil ialah pelatihan peningkatan kapasitas para guru melalui pelatihan-pelatihan, membangun mitra dan berjejaring dengan lembaga Pendidikan lainnya, pengadaan beasiswa bagi calon Guru, bantuan operasional dan intervensi gaji Guru, dan pengembangan ekonomi Sekolah.” kata Pdt. Yulius.
Majelis Sinode GMIT telah membangun mitra dengan Majelis Pendidikan Kristen (MPK) di Indonesia, Pensekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk adanya ruang bagi para Guru honorer ikut dalam seleksi PPPK.
Dalam visitasi tersebut, Majelis Sinode GMIT menyerahkan bantuan alat tulis dan buku bagi anak-anak Sekolah, yang disumbangkan oleh para karyawan kantor Sinode GMIT.
Hadir juga dalam pertemuan tersebut Majelis Jemaat GMIT Zaitun Tuapukan, Pengurus Yayasan Sonaf Honis Kabupaten Kupang dan Pemerintah Desa Tuapukan.
SD GMIT Tuapukan memiliki 172 siswa, 11 orang guru, tenaga Tata Usaha dan Perpustakan Sekolah. ***