
Kupang, www.sinodegmit.or.id., “Sudah saatnya GMIT berpikir tentang kemandirian dana di semua lingkup pelayanan, bukan mencari donor, atau hanya mengharapkan persembahan dari jemaat.” Demikian disampaikan Marthen Malo, Direktur Yayasan Pengembangan dan Pelayanan Masyarakat Alfa Omega (YAO) GMIT, dalam acara pengresmian kandang ayam broiler (pedaging) di Tarus, Kupang Tengah, pada Kamis (31/10).
“Bukan kita tidak mau bekerja sama dengan lembaga donor tetapi uang yang kita terima itu sesuai dengan visi-misi kita atau tidak? Jikalau visi-misi pemberi donor tidak sesuai dengan visi-misi kita tidak perlu diterima, meskipun uangnya banyak. Tujuan kita ialah untuk memberdayakan apa yang ada pada kita” lanjut Marthen.
Menurut Direktur yang baru memimpin YAO 4 bulan, lahan yang ada selama ini dibiarkan ‘tidur’ dan sebahagian disewakan kepada pihak lain. Sementara itu lembaga sibuk mencari donor yang programnya bukan untuk memberdayakan aset-aset yang ada. Baginya ini keliru sebab akan menyebabkan ketergantungan untuk waktu yang panjang.
Salah satu langkah yang dilakukan YAO menuju kemandirian dana ialah peternakan ayam broiler, hasil kerja sama dengan Badan Diakonia GMIT. Kandang ayam tersebut menggunakan sistem closed houseyakni model kandang tertutup yang dirancang untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi ayam. System ini akan menjamin keamanan ayam secara biologi, terhindar dari virus yang dating dari luar, mengurangi stres pada ayam, menstabilkan suhu, kelembapan dan kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata 320dan pemberian vitamin dan air secara otomatis. Tingkat kepadatannya 1m2 berisi 12-13 ekor. Sebagai Langkah awal kendang tersebut diisi 4000 ekor, dan jika umurnya mencapai 4 minggu sudah bisa panen, dengan berat 1,8-2 kg/ekor. Sedangkan sisa kotoran ayam dipakai sebagai pupuk tanaman.
“Jika usaha tersebut berhasil, kita akan kembangkan lagi di beberapa lokasi yang lain. Hasilnya bisa menopang dana dikonia GMIT dan Badan Pendidikan Sinode untuk kemajuan sekolah-sekolah GMIT, seperti yang BDG lakukan di Yayasan Pingdoling Alor,” kata Pdt. Lukman S. Bahan, Ketua Badan Diakonia GMIT.

Selain peternakan, YAO juga menghidupkan kembali lahan pertanian yang ada dengan tanaman organik, diantaranya padi, sawi, tomat, cabe dan pepaya. Lahan yang sebelumnya dibiarkan tertidur kini terlihat menjadi hijau dengan berbagai tanaman. Untuk program jangka panjang, lahan tersebut akan difungsikan untuk pertanian agrowisata.
Kontribusi YAO untuk jemaat-jemaat tentang kemandirian dana juga dilaksanakan melalui program pendampingan pemberdayaan ekonomi dan pengembangan lahan pertanian. YAO sedang mendampingi beberapa jemaat GMIT dengan mengadakan pelatihan dan penyediaan bibit hortikultura, pembuatan pupuk organik sampai pendampingan penanaman.
Jemaat yang memiliki Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bisa belajar secara langsung tentang pertanian di YAO, mulai dari olah tanah sampai pasca panen. Sekarang ada 4 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang belajar di YAO yakni SMK Sasitamean Malaka, SMK 2 Belu, SMK Polen dan SMK Kualin. Ada juga mahasiswa Program Studi Agri Bisnis Politani Undana dan Pertanian UKAW yang sedang melaksanakan Program Kerja Lapangan (PKL) selama 3 bulan.
YAO juga memiliki Balai pengolahan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh jemaat untuk mengolah hasil panen menjadi produk yang bisa dipasarkan. Selain itu ada program bengkel pertanian yang dilaksanakan setiap hari minggu. Para pengurus YAO bersama anak-anak yang sedang belajar mengunjungi gereja-gereja dan melakukan repotting,atau mengganti tanah pada tanaman pot dengan tanah segar dan diberi pupuk bokasi agar tanaman menjadi sehat. Program ini diberikan secara gratis kepada gereja yang mereka kunjungi. ***