Yesus Menderita Akibat Dosaku (1 Petrus 2:18-25), Pdt. Jehezkiel Pinat

Jemaat Tuhan sekalian yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus,

Semua orang telah jatuh dalam perbuatan dosa. Entah itu laki-laki mau pun perempuan. Orang dewasa mau pun anak-anak. Dosa adalah perbuatan melanggar perintah Tuhan. Dosa yang manusia lakukan sangat beragam. Terkadang akal sehat kita tidak mampu lagi untuk mencerna sebuah dosa yang dilakukan. Termasuk tidak pernah membayangkan bahwa orang seperti itu juga bisa melakukannya. Jika kita mengikuti berita di media massa cetak maupun elektronik, berita tentang kejahatan itu lebih mendapat perhatian dibandingkan dengan berita positif. Orang bisa menghabiskan waktu berhari-hari hanya untuk mengikuti sejauh mana perkembangan kasus tersebut. Ketika seseorang atau sebuah kelompok berbuat dosa, maka ada orang di sekitarnya yang menjadi korban atau mengalami penderitaan atau menggantikan dirinya menjalani hukuman. Contohnya Michael Morton. Setelah mendekam dalam penjara selama 25 tahun, polisi berhasil menangkap pelaku yang sebenarnya dan membebaskannya dari penjara. Ketika bebas, melalui pengacaranya, ia berkata: “Ia merasa lega dan bisa membangun kembali hidupnya setelah menghabiskan waktu yang penuh penderitaan karena kesalahan orang lain dan lembaga yang tidak teliti sebelum menjatuhkan hukuman.” Kecenderungan manusia setelah berbuat dosa adalah tidak mau bertanggungjawab dengan perbuatannya. Ia akan berusaha dengan keras untuk mencari pembenaran dirinya dan mulai menyalahkan orang lain. Segala macam cara ia pakai untuk dapat meloloskan diri dari hukuman. Namun jika dirasa bahwa tidak bisa meloloskan diri dan harus menerima hukuman, ia justru bangga dengan perbuatannya. Salah satu peristiwa yang memilukan hati yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini.

Jemaat Tuhan sekalian, seorang bapak di Amanatun, menyerang dan menghilangkan nyawa dua orang anaknya. Seorang anaknya berusia empat tahun. Setelah polisi berhasil menangkapnya, pelaku beralasan karena ia curiga isterinya sedang mempunyai niat buruk padanya. Bagaimana sikap kita sebagai orang percaya tentang penderitaan sebagai akibat dari perbuatan manusia dan kecenderungan manusia untuk membenarkan dirinya setelah melakukan dosa? Pembacaan hari ini berbicara beberapa hal untuk kita renungkan bersama. Pertama, menerima anugerah dari Allah itu bukan hanya tentang menerima berkat atas segala yang kita perlukan dalam hidup ini. Tetapi mengalami penderitaan juga adalah sebuah anugerah. Penderitaan itu bukan karena kita berbuat dosa tetapi karena mendapat perlakukan yang tidak adil atau pun, seperti ay. 18, sebagai akibat tunduk kepada tuan yang bengis. Di sini terlihat bahwa orang percaya bisa saja mengalami penderitaan itu bukan hanya karena akibat dari perbuatan seseorang atau sesamanya tetapi bisa juga karena sebuah sistem yang dibangun dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap kita terhadap keadaan ini adalah terus berbuat baik sekali pun mendapat perlakuan yang buruk dan tetap sabar dalam penderitaan tersebut sebab itu adalah anugerah di hadapan Allah (ay. 20). Mengalami atau menjalani hidup dalam penderitaan karena melakukan dosa bukanlah sebuah anugerah di hadapan Allah. Kedua, ay. 21 menjelaskan apa alasannya kita hanya menderita boleh menderita karena perbuatan baik. Kristus telah menderita untuk diri kita dan penderitaan itu adalah sebuah teladan untuk kita ikuti dalam hidup ini. Ay. 22 sampai 25 menyampaikan penderitaan yang Kristus alami karena untuk menyembuhkan diri kita dari dosa. Kristus secara sadar menyerahkan diri-Nya menjalani penderitaan supaya oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Penulis Ibrani 10:10 mengingatkan: Karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh perantaraan tubuh Kristus.

Jemaat Tuhan sekalian, penderitaan yang kita Kristus alami sebagai ganti kita, bagi penebusan dosa-dosa adalah satu kali untuk selama-lamanya. Tuhan Yesus melakukan karena Ia mengasihi dunia ini dan tidak ingin manusia binasa. Kristus memulai itu dengan merendahkan diri-Nya untuk turun dari sorga, lahir dan menjadi sama dengan manusia dalam segala hal kecuali dosa. Yesus merasakan lapar, haus, sakit, takut dan sampai mengalami kematian. Kristus mengorbankan segalanya hanya untuk keselamatan manusia. Pengorbanan Kristus menjadi persembahan yang menyempurnakan, satu kali saja dan untuk selama-lamanya bagi mereka yang Ia kuduskan (Ibr. 10:14). Pengorbanan Kristus, membuat diri kita yang dahulu sesat karena dosa kini beroleh selamat dan hidup dalam kedamaian bersama sang Gembala dan pemelihara jiwa. Dari kedua hal di atas, maka sebagai orang percaya masa kini ada beberapa hal yang perlu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam masa-masa minggu sengsara Kristus. Pertama,penderitaan yang terjadi di dalam hidup ini karena dua faktor yakni kita yang menyebabkan penderitaan dan juga karena tindakan orang lain. Kita bisa ada dalam posisi penyebab tetapi juga sebagai akibat dari perbuatan sesama. Panggilan kita adalah meninggalkan setiap perbuatan dosa dan bila harus menderita, itu menderita karena berbuat baik. Kedua,alasan kita ada dalam pilihan itu karena Kristus telah lebih dahulu menderita untuk menebus kita. Kristus mau mengorbankan diri-Nya menderita karena Ia mengasihi kita. Ketiga,kini Kristus juga memanggil kita untuk ada dalam jalan itu. Panggilan kita adalah turut menderita bersama mereka yang menderita karena ketidakadilan. Gereja yakni orang percaya, tidak boleh diam terhadap setiap pihak yang menyebabkan penderitaan. Sebagaimana Kristus, kita hadir dan mengalami penderitaan tetapi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang hidup dalam penderitaan entah itu karena sesama atau karena perbuatannya sendiri.

Jemaat Tuhan sekalian, hal keempat,setelah hidup dalam penebusan, di mana dosa tidak lagi berkuasa, kini kita hanya melakukan kebenaran dalam hidup. Ini bukan pilihan yang mudah, tetapi itulah panggilan iman sebagai orang percaya. Dengan melakukan hal-hal di atas, maka sebagaimana ayat terakhir dalam pembacaan, kita telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwa. Yesus itulah gembala yang baik. Siapa yang memutuskan untuk menjadi domba gembalaan-Nya, Yesus memberikan segala yang dirinya perlukan dalam hidup ini mau pun setelah dirinya tidak lagi ada dalam dunia. Ini ada sebuah janji manis bagi setiap orang yang mau menerima penderitaan sebagai anugerah. Kelima,panggilan untuk menderita itu kita mulai dari dalam keluarga. Banyak keluarga yang tidak lagi merasa bahwa rumahnya adalah sebuah tempat yang nyaman bagi dirinya. Teladanilah dari Kristus untuk memulai perubahan. Jadilah pribadi yang baik dan peramah serta tidak berlaku bengis. Kasihi semua anggota keluarga secara adil dan merata. Bila ada anggota keluarga yang melakukan kesalahan, bersama-sama mengingatkan dan perbaiki  serta belajar untuk mendengarkan nasihat. Sebisa mungkin tidak melakukan hal-hal yang menyakiti hati sesama dan berkata jujur dalam segala sesuatunya. Menjadi pribadi yang sabar dan rendah hati manakali mendapat perkataan yang menyakitkan. Saat semua anggota keluarga dapat melakukannya, secara perlahan-lahan, penderitaan itu akan berakhir dalam kehidupan bersama. Demikian pula hal yang sama kita lakukan dalam komunitas yang lebih luas yakni dengan tetangga, persekutuan orang percaya di gereja dan di tempat bekerja. Jika dalam pekerjaan sehari-hari atau kehidupan bermasyakarat dan dipercayakan sebagai pemimpin, jadilah pemimpin yang ramah dan baik. Berlaku adil. Di mana ada tempat yang mengorbankan diri untuk mendatangkan kebaikan dan penuh kasih, di situ orang merasakan kasih Kritus. Sehingga terpeliharalah jiwa kita dan semua orang yang menyukuri penderitaan Kristus, amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *