
NDAO-ROTE, www.sinodegmit.or.id, Pasca bencana Seroja, 300-an nelayan di Pulau Ndao, Kabupaten Rote-Ndao, kehilangan pekerjaan lantaran perahu-perahu mereka tenggelam.
Marsel Ledoh (64) warga dusun Oli, desa Ndao-Nuse, mengatakan sekitar 25 perahu di Pulau Ndao tenggelam akibat diterjang gelombang tinggi pada Senin, (5/4), termasuk perahu penumpang miliknya.
Jenis perahu yang tenggelam berupa, perahu penumpang, lampara siang, lampara malam dan bodi.
Pasca bencana tersebut, lanjut Marsel, Bupati Rote Ndao, Paulina Haning dan Gubernur NTT, Viktor Laiskodat telah mengunjungi Pulau Ndao pada Sabtu, 17 April 2021 yang lalu.

Pada kunjungan tersebut, mewakili para nelayan yang kehilangan perahu, Marsel mengaku telah menyampaikan keluhan mereka, namun hingga hari ini Minggu, (25/4) belum ada tindak lanjut.
“Waktu Gubernur dan Bupati datang, mewakili para nelayan saya sampaikan bahwa sekitar 300 orang nelayan di Ndao kehilangan pekerjaan karena perahu-perahu tenggelam. Lalu Gubernur bilang nanti setelah kembali ke Kupang akan mengirim satu perahu untuk membantu transportasi tapi sampai hari ini belum ada kabar,” tutur Marsel.
Menurut Marsel, warga di Ndao saat ini kesulitan mendapat sembako dan material bangunan karena hanya tertinggal satu perahu motor penumpang dan barang yang selamat dari bencana Seroja. Perahu ini saja yang beroperasi saat ini.
“Kami di Ndao masih ada uang, tapi transportasi sulit. Saya salah satu pemilik perahu penumpang yang biasa mengangkut sembako dan bahan bangunan untuk kebutuhan di pulau Ndao tapi perahu saya sudah tenggelam. Jadi kami minta sesuai janji Pak Gubernur, kirim kasi kami perahu,” kata Marsel.
Sejauh ini tambah Marsel, bantuan dari Pemda Kabupaten Rote-Ndao pasca bencana hanya berupa beras, terpal, selimut, pakaian dan obat-obatan dalam jumlah yang sangat terbatas. Untuk beras, setiap orang hanya mendapat jatah 1,5 kilogram.

Berdasarkan data dari Ketua Majelis Klasis Rote Barat, Pdt. Ira Radja Pono, terdapat 117 rumah warga GMIT yang rusak. 4 dari jumlah tersebut rusak berat, sisanya rusak sedang dan ringan. Sedangkan untuk perahu warga GMIT yang tenggelam sebanyak 12 buah.
Pdt. Selly Eluama, Ketua Majelis Jemaat GMIT Imanuel Lendeiki-Ndao, mengisahkan rumah pastori yang ia tinggali juga rusak.
“Puncak badai terjadi pada 5 April tengah malam dan muncul lagi pada jam 2 siang. Atap rumah pastori tercabut 10 lembar seng. Jadi malam itu saya berlindung di salah satu kamar yang cukup aman.”
Menurut Pdt. Selly, selain bantuan Pemda yang terbatas, hingga saat ini belum ada bantuan dari pihak manapun sehingga warga bergotong-royong memperbaiki rumah-rumah yang rusak dengan sisa material bangunan seadanya.
“Kebutuhan kami yang mendesak saat ini adalah perahu untuk transportasi,” kata Pdt. Selly.
Untuk diketahui, Pulau Ndao yang terletak di ujung Barat Pulau Rote, berukuran panjang 5,7 kilometer dan lebar sekitar 1 kilometer. Pulau ini dihuni kurang lebih 3000 jiwa atau sekitar 800 kepala keluarga. Perjalanan ke Ndao bisa menggunakan perahu motor atau kapal perintis. Apabila dengan perahu motor dari pantai wisata Nemberala membutuhkan waktu sekitar 2 jam.
Di pulau karang ini hanya ada sedikit areal untuk berkebun sehingga warga di pulau ini hampir semuanya mencari nafkah dengan melaut, menenun dan membuat kerajinan emas dan perak. ***