SUARA GEMBALAHUT KE 71 GMIT DAN HUT 501 REFORMASI GEREJA
Anggota GMIT di mana pun berada, bersyukurlah kepada Allah atas kebaikanNya. Dalam tuntunan kasih Allah Tritunggal kita dapat merayakan lagi HUT GMIT ke 71 dan HUT Gereja Reformasi yang ke 501. Dengan rasa syukur atas penyertaan Tritunggal Maha Kudus: Bapa Pencipta, Kristus Penebus dan Roh Kudus Pembaru, marilah berdoa agar GMIT terus dibaharui dalam karya bersama Allah di tengah dunia.
Sebagai sebuah lembaga gereja Protestan di Indonesia, khususnya melayani di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), kita telah melewati begitu banyak kesulitan dan keprihatinan. Tidak hanya di masa awal ketika gereja bertumbuh dalam kesulitan akibat Perang Dunia II. Sejarah GMIT juga menceritakan tidak sedikit kesulitan ketika gereja ini menjadi mandiri dari Indische Kerk. Harus diakui bahwa gereja turut terluka ketika bangsa ini mengalami berbagai dinamika berbangsa, dan hingga kini masih mencari penyembuhan bersama rakyat dan bangsanya.
Betapa kita patut bersyukur bahwa diusia 71 tahun ini kehidupan gereja terus bertumbuh. Kita memiliki lebih dari 2000 jemaat, yang tersebar di 46 klasis, dilayani oleh lebih dari 1300 pendeta sebagai karyawan GMIT. Jemaat-jemaat kita, bahkan di daerah terpencil, berbakti dalam gedung-gedung kebaktian yang dibangun dengan penuh perjuangan. Dibanyak kampung, seringkali gedung gereja adalah bangunan termegah yang ada di sana. Dalam segala kelebihan dan kekurangan, jemaat bersatu padu untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Di masa lalu, tidak semua pendeta dapat dibayar gajinya dengan baik. Di masa kini, sistem yang kita bangun sebagai lembaga memungkinkan para pendeta hidup lebih sejahtera. Masih ada sejumlah jemaat, di sejumlah tempat, sulit membangun tempat ibadah mereka. Namun umumnya jemaat-jemaat GMIT dapat beribadah dan membangun tempat ibadah dalam damai. Relasi antaragama teranyam kuat dengan relasi kebudayaan yang menenun solidaritas dan persatuan lintas agama. Kita bersyukur bahwa secara lembaga GMIT memiliki tata gereja yang didasarkan pada dasar-dasar eklesiologi yang kuat, yang dihasilkan melalui sebuah proses yang partisipatif. Tata dasar, peraturan-peraturan pokok, serta peraturan-peraturan pelaksana menuntun kita untuk hidup sebagai keluarga Allah (familia Dei). Meskipun kita beragam dalam suku, budaya, bahasa, dan kebiasaan, Tuhan menyatukan kita sebagai keluarga-Nya sendiri dan mengutus kita untuk melaksanakan amanat kerasulan di tengah-tengah dunia.
Setiap masa memiliki tantangannya sendiri, dan kita percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian di tengah kompleksitas permasalahan masyarakat dan lingkungan. Propinsi NTT dan beberapa daerah kabupaten sedang mengalami transisi kepemimpinan melalui mekanisme pilkada langsung dengan sejumlah konsekwensi. Tugas negara (pemerintah) untuk menyejahterakan masyarakat bersesuaian dengan panggilan gereja untuk mewujudkan syalom Allah. Di daerah-daerah, kita bergumul dengan masalah kemiskinan, kekeringan, rawan pangan, gizi buruk, fasilitas pendidikan yang minim, tingginya angka perpindahan tenaga kerja keluar dari desa-desa, dan perdagangan orang. Masalah-masalah itu membutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk memperjuangan perbaikan masyarakat. Kerjasama itu sangat diperlukan ketika kita sedang mengalami geliat pembangunan desa sebagai akibat dari penerapan Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa yang memberi ruang seluas-luasnya kepada rakyat untuk membangun dari desa.
Tuhan tidak memanggil kita untuk tinggal dalam rasa nyaman tapi untuk terlibat dalam pergumulan rakyat dan berjuang bersama. Dalam hal ini GMIT terpanggil untuk merawat hubungan dengan agama-agama lain sebagai wujud komitmen untuk menjaga kerukunan dan kelestarian kehidupan. Terkait dengan panggilan itu, momen merayakan 71 tahun usia persekutuan kita hendaklah menjadi kesempatan untuk memperkuat komitmen iman dan mempertegas karya pelayanan yang berdampak bagi perbaikan masyarakat dan lingkungan. Kiranya bentuk-bentuk perayaan kita berkaitan dengan sekian banyak permasalahan mendasar yang membutuhkan kontribusi iman dari semua penganut agama lainnya. Untuk itu kami menganjurkan seluruh jemaat GMIT mengedepankan semangat keugaharian. Perayaan HUT GMIT dan HUT Reformasi ini bisa menjadi kesempatan untuk mengupayakan karya terbaik kita menanggulangi dampak perubahan iklim, dengan cara mendidik diri dan persekutuan kita tentang perilaku yang kembali berdamai dan bersahabat dengan alam. Perayaan semacam itu merupakan wujud dari komitmen menjadikan GMIT sebagai bagian dari bangsa dan daerah yang sedang berjuang untuk kemanusiaan dan lingkungan yang beriman, sehat, adil dan damai.
Di tengah dunia yang begitu sibuk karena dukungan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin canggih, bisa saja ada bagian dari persekutuan kita yang merasa diabaikan. Orang-orang yang sedang mengalami berbagai tantangan hidup, seperti kelompok lanjut usia, orang-orang yang sakit, yang berduka karena kehilangan orang-orang yang mereka kasihi, terlilit hutang, bangkrut dalam usaha, dan lain-lain. Komitmen ulang tahun kita mestinya termasuk merawat persekutuan-persekutuan kita agar jangan ada yang merasa terabaikan dan tak dipedulikan dalam gereja kita. Di samping itu kita perlu juga mencari cara terbaik untuk memperkuat pengajaran Kristiani untuk semua kelompok usia dalam gereja. Dengan cara itu perayaan kita memperkuat pelayanan dengan cara yang kreatif dan penuh integritas untuk menjawab kebutuhan umat dalam tantangan yang kompleks. Melalui semua itu kita memelihara komitmen untuk menjadi gereja Reformasi yang terus memperbaharui diri dan pelayanan kita.
Dalam rangka HUT Reformasi ke 501 kita mengingat tentang pentingnya mengupayakan pembaruan pada seluruh lingkup kehidupan. Pembaruan diri ditandai dengan pertobatan pribadi, yakni keputusan untuk mengikuti jalan kebaikan yang dikehendaki Tuhan. Pembaruan diri itu mestinya berdampak pada komitmen pembaruan dalam gereja untuk makin menata diri dan menata tugas/misi, sehingga gereja makin terlibat dalam upaya pembaruan masyarakat pada semua lingkup: desa, kecamatan, propinsi, bangsa, dan semesta. Perayaan HUT Reformasi gereja terutama harus diarahkan kepada upaya melawan kesewenangan-wenangan yang melahirkan korupsi, kolusi, nepotisme, sebaliknya mendorong kesederajatan antar sesama manusia dan pelestarian lingkungan hidup.
Akhirnya, kiranya perayaan HUT GMIT ke 71 dan HUT Reformasi ke 501 mempertegas pangggilan utama gereja sebagai pelaksana misi Allah di dunia. Kiranya perayaan kita memperlihatkan gereja sebagai persekutuan yang setia dalam beribadah dan berdoa, melakukan dengan tekun dan gembira karya pemberitaan dan pengajaran kehendak Allah, aktif melayani kaum miskin dan tertindas, bersekutu dalam saling peduli dan menopang, menata kehidupan bergereja dengan teratur, jujur, dan bertanggung-jawab, serta memelihara alam semesta sebagai penata rumah Allah. Kiranya dalam perayaan ini kita tetap setia kepada Allah, pencipta dan pemelihara semesta yang kita imani di dalam Yesus Kristus Putera-Nya.
Selamat HUT GMIT yang ke 71 dan selamat HUT Reformasi yang ke 501. Kiranya Tuhan Yesus memberkati perayaan kita bagi kebaikan sesama dan semesta!
Majelis Sinode GMIT
Ketua Sekretaris
PDT. DR. MERY L.Y. KOLIMON PDT. YUSUF NAKMOFA, M.Th