Berakar dan Bertumbuh di Dalam Kristus (Kolose 2:6-15) – Pdt. Melkisedek Sniut

ilustrasi: remakehidupan.com

www.sinodegmit.or.id, Saya dan Rosi, istri saya, dikaruniai Tuhan dua orang anak. Yang pertama laki-laki. Namanya Sabar Satyawan atau Awan. Dia lahir pada tahun 2014. Sedangkan yang kedua perempuan. Namanya Intan Permata. Intan lahir pada tahun 2016.

Sejak empat tahun lalu, keduanya sudah kami biasakan untuk tidak bermain HPdan menonton televisi setiap saat. Awalnya mereka hanya boleh bermain HP pada hari yang dimulai dengan huruf S yaitu Senin, Selasa dan Sabtu. Lalu beberapa bulan kemudian diganti dengan hari Senin, Rabu dan Jumat. Tahun berikutnya diganti lagi menjadi hari Sabtu dan Minggu saja. Inilah yang berlaku sampai sekarang.

Sedangkan untuk televisi, mereka boleh menonton setiap hari, kecuali pada jam sekolah dan jam belajar. Jam belajar mereka setiap hari pada pukul 18.00 s/d 20.00 WITA. Di jam ini televisi dan HP dimatikan.

Karena sudah berjalan empat tahun, mereka pun terbiasa. Kebetulan pastori kami bersebelahan dengan masjid. Karena itu suara Azan Magrib sudah menjadi “panggilan belajar” bagi mereka. Setiap kali Azan Magrib berkumandang, dengan sendirinya mereka mematikan televisi. Kalau hari Sabtu dan Minggu, HP yang disimpan. Sedangkan Azan Isya adalah “pemberitahuan” bahwa jam belajar tersisa 1 jam lagi.

Sampai kapan kebiasaan ini akan bertahan? Entahlah. Yang jelas mereka adalah anak-anak dari generasi Alpha. Karena itu mereka bagian dari masyarakat asli digital. Sedangkan kami sebagai orang tua adalah masyarakat pendatang di dunia digital. Dengan kata lain, kalau kami baru mengenal HP dan internet sewaktu di bangku kuliah, mereka sudah kenal sejak lahir. Itu sebabnya dunia digital dan internet tidak bisa dipisahkan dari diri mereka.

Generasi Alpha adalah anak-anak yang lahir antara tahun 2011 – 2025. Berikut ini adalah ciri-cirinya. Mereka lahir dari orang tua yang mampu membeli gadget. Di rumahnya pasti ada peralatan elektronik dan perangkat digital. Mereka cerdas dan terbiasa dalam menggunakan internet dan tekhnologi digital, termasuk sekolah online. Mereka juga cepat memahami situasi serta suatu hal dengan baik. Mereka bisa membaca dan menghafal alphabet sejak kecil. Mereka punya kemampuan bahasa yang baik. Mereka berpikir lebih kritis dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka sangat tergantung pada tekhnologi. Akibatnya mereka sulit bersosialisasi dengan lingkungan.

Seringnya orang tua memposting aktivitas keluarga di media sosial membuat mereka beranggapan bahwa aktivitas di media sosial sama nyatanya dengan aktivitas di dunia nyata. Ada ahli yang memprediksi bahwa generasi Alpha juga akan membuat penggunaan uang tunai punah sebab perbayaran akan dilakukan secara digital. Mereka pun lebih beresiko mengalami penyakit mental.

Hal-hal ini membuat orang tua dituntut memiliki kemampuan ekstra, lebih kreatif dan menggunakan banyak pendekatan dalam membimbing mereka. Menurut sebuah artikel di situs www.ruangguru.com, ada lima tipe belajar generasi Alpha. Pertama,berikan visualisasi yang menarik. Kedua,tahu apa yang diinginkan oleh anak. Ketiga,sangat aktif dan suka bereksperimen. Keempat,kritis dan logis. Kelima,mesti dengan aturan yang jelas.

Sampai di sini mungkin ada yang bertanya: Apa hubungan informasi di atas dengan firman Tuhan ini? Hubungannya terletak pada tema kita: Berakar dan Bertumbuh di Dalam Kristus.Sebatang pohon hanya akan bertumbuh dengan kokoh apabila sejak kecil ditanam di tanah dan iklim yang tepat (sesuai jenis pohonnya) sehingga memiliki akar yang kuat.

Misalnya, pohon cengkeh, durian dan rambutan bisa tumbuh subur di pulau Flores tetapi tidak di sebagian besar pulau Timor. Atau pohon cendana bisa tumbuh dan menghasilkan aroma wangi yang kuat di pulau Timor tetapi tidak di sebagian besar pulau Flores. Namun entah itu cengkeh, durian, rambutan, cendana, jati atau apapun, hanya akan dianggap penting apabila memberi manfaat.

Manfaat tersebut tidak mesti berupa buah saja. Manfaat bisa dalam bentuk apapun. Misalnya, pohon cendana tidak punya buah yang bisa dinikmati oleh manusia. Tetapi minyak wangi yang dihasilkan oleh batang dan akarnya lebih mahal dari semua jenis buah-buahan. Atau manfaat pohon jati bukan pada buah melainkan kekuatan dan keindahan motif kayunya.

Dengan demikian melalui tema ini kita diarahkan untuk memperhatikan akar dan pertumbuhan. Apabila akar dan pertumbuhan sudah ideal maka apapun manfaat yang diberikan mesti diterima. Jadi manfaat pohon atau tumbuhan apapun yang memiliki akar dan pertumbuhan tidak semata-mata pada buahnya saja.

Inilah yang mesti dipahami oleh orang Kristen pada masa kini. Sebab bagi orang Kristen yang berasal dari generasi baby boomers(lahir antara tahun 1946 – 1964),Gen X (lahir antara tahun 1965 – 1980) dan Gen Y (lahir antara tahun 1981 – 1995), orang Kristen yang baik adalah yang bisa menghasilkan buah.

Padahal bagi orang Kristen yang berasal dari Gen Z (lahir antara tahun 1996 – 2010) dan Gen Alpha, yang masih berusia pemuda, remaja maupun anak-anak, orang Kristen yang baik tidak semata-mata yang menghasilkan buah saja. Manfaat apapun yang dihasilkan, tetap penting. Bahkan dalam hal-hal tertentu, apa yang mereka hasilkan lebih bermanfaat dari yang dihasilkan oleh orang Kristen dari generasi-generasi sebelumnya.

Oleh karena dalam hal buah dan manfaat dapat terjadi perbedaan bahkan pertentangan antar generasi, baiklah kita arahkan perhatian pada akar dan pertumbuhan iman. Dalam hal ini semua orang Kristen sama. Akar dan pertumbuhan orang Kristen mesti di dalam Kristus saja. Sebab ketika ada orang yang akar dan pertumbuhan imannya yang terjadi di luar Kristus maka sejak saat itu dia sudah berhenti menjadi orang Kristen. Lalu apa yang mesti kita ketahui terkait hal ini? Kolose 2:6-15 menunjukkan lima pelajaran penting.

Pertama,hidup dalam Kristus berarti berakar dan dibangun di atas Dia (ayat 6-7a). Fungsi akar adalah mencari sumber air dan makanan bagi seluruh bagian tumbuhan. Jadi kalau dikatakan orang Kristen mesti berakar pada Kristus artinya orang Kristen mesti mencari sumber kehidupan hanya di dalam Kristus saja. Sebab di luar Kristus tidak ada kehidupan yang kekal. Di luar Kristus pula hidup orang Kristen tidak bermanfaat apa-apa bagi sesamanya dan dunia ini.

Sedangkan kalimat “dibangun di atas Kristus” berarti orang Kristen mesti menjadikan Kristus sebagai dasar dari seluruh bangunan imannya. Kristuslah yang membuat orang Kristen tangguh dalam menghadapi berbagai bentuk cobaan, tantangan dan penderitaan. Kristus jugalah yang membuat orang Kristen melewati pergumulan hidup yang paling berat sekalipun. Di atas Kristus, Sang Batu Penjuru, orang Kristen pasti dimampukan untuk melewati berbagai rintangan yang menghadang.

Kedua,hidup di dalam Kristus berarti iman semakin teguh dan hati melimpah dengan syukur (ayat 7b). Orang Kristen hanya bisa memiliki iman yang teguh apabila mengenal Kristus dengan benar. Dalam konteks Flores, orang Kristen bisa mengenal dan beriman kepada Kristus dengan tiga cara.

Cara pertama,lahir dari orang tua Kristen yang taat dan karena itu sudah mengenal dan beriman kepada Kristus sejak masih kecil. Orang seperti ini ibarat pohon yang tumbuh subur sejak kecil dari benih yang ditanam di tempat tertentu. Dia akan bertumbuh tinggi, kuat dan kokoh serta memberi manfaat sesuai talentanya.

Cara kedua,berpindah agama dari non Kristen menjadi Kristen lalu kemudian beriman dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus. Orang seperti ini ibarat pohon hasil cangkok. Awalnya pohon itu hanyalah salah satu ranting kecil dari pohon yang lain. Tetapi kemudian dipisahkan dan memiliki hidupnya sendiri melalui akar yang ditumbuhkan. Pohon seperti ini pun dapat tumbuh subur dan memberi manfaat sesuai jenisnya. Seperti itulah orang yang beralih agama dari non Kristen menjadi Kristen. Mereka pun dapat memiliki akar di dalam Kristus sehingga memiliki hidup kekal dan memberi manfaat bagi sesamanya.

Cara ketiga,orang yang memang lahir dari keluarga Kristen tetapi sejak kecil tidak mengenal Kristus dengan benar. Setelah dewasa barulah dia lahir baru dan beriman dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Orang seperti ini ibarat pohon yang tumbuh besar di suatu tempat tetapi kemudian dipindahkan ke tempat lain dengan peralatan tertentu. Dia masih dapat tumbuh subur tetapi melalui penderitaan karena akar-akar lamanya dipangkas. Setelah ditanam di tempat yang baru, dia menumbuhkan akar baru untuk menunjang hidupnya.

Begitulah orang Kristen yang lahir baru setelah dewasa. Dia melewati penderitaan yang hebat ketika akar-akar lamanya dipangkas. Setelah itu dia mesti berjuang melewati situasi dan suasana yang baru. Namun setelah melewati itu semua, akar baru akan tumbuh di dalam Kristus dan kehidupan kekal pun akan diperoleh. Apapun cara kita menjadi Kristen, milikilah hati yang melimpah dengan syukur karena itu merupakan kasih karunia Kristus.

Ketiga,mesti berhati-hati terhadap berbagai ajaran tradisional dan konservatif (ayat 8). Pada umumnya ayat ini dipahami sebagai peringatan untuk berhati-hati terhadap cerita-cerita imajinatif. Misalnya, dongeng, legenda, totem, dan yang sejenisnya. Inilah yang diketahui oleh orang Kristen dari generasi baby boomers,Gen X dan Gen Y.

Sedangkan bagi mereka yang berasal dari Gen Z dan Alpha, cerita-cerita rakyat itu tidak banyak yang diketahui. Yang Gen Z ketahui misalnya, adalah tokoh-tokoh dalam kisah-kisah Avatar, Transformer, Avangersdan yang sejenisnya. Atau bagi Gen Alpha, mereka telah masuk lebih jauh ke dunia metaverseatau metamesta (semesta dalam realitas maya). Misalnya, anak kami, Awan, suka sekali dengan narasi tentang berbagai tokoh animeJepang dan selalu ikut dalam petualangan di minecraft.

Semua yang disebutkan ini dapat saja dikategorikan sebagai kisah-kisah yang didasarkan pada filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia. Mungkin ada orang Kristen yang beranggapan demikian. Tetapi sebenarnya ini semua hanya hiburan. Bahayanya memang ada, tetapi masih dalam kategori rendah. Hal ini karena seiring berjalannya waktu, mereka yang menggemarinya akan sadar bahwa semuanya hanyalah ciptaan imajinasi manusia.

Yang lebih berbahaya justru adalah yang ada dalam ranah keyakinan. Misalnya, ajaran, teologi dan dogma yang sudah usang karena ketinggalan zaman atau terbukti salah. Bisa juga metode pengajaran dengan cara indoktrinasi atau cuci otak. Hal-hal inilah yang berbahaya. Sebab ketika sesuatu yang bukan Tuhan dimutlakkan, saat itulah sesuatu tersebut berubah menjadi berhala.

Jadi semua orang Kristen lintas generasi mesti terus belajar. Anak-anak dan generasi muda belajar dengan cara mengingat. Sedangkan orang dewasa dan yang lanjut usia belajar dengan cara melupakan. Yang dilupakan adalah pengetahuan, metode dan ajaran-ajaran lama agar diisi kembali dengan hal-hal baru yang lebih segar. Di sinilah motto gereja Protestan “ecclesia reformata semper reformanda secundum verbum Dei”atau “gereja yang telah tereformasi harus terus bereformasi sesuai firman Tuhan” dapat terus dihidupi.

Keempat,Yesus Kristus adalah Allah sejati dan manusia sejati (ayat 9-10). Jadi Yesus Kristus 100% Allah dan 100% manusia. Secara matematika hal ini mustahil. Tetapi iman kepada Kristus bukan matematika. Ini adalah keyakinan bahwa Allah berinkarnasi menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus untuk menebus dunia dari kuasa dosa. Karena itu orang Kristen mesti berusaha setiap hari untuk hidup dalam kekudusan Tuhan.

Kelima,Kristus adalah pembaharu yang sempurna (ayat 11-15). Yang Kristus baharui adalah manusia dan seluruh ciptaan. Melalui pembaharuan-Nya, orang yang menerima Dia menjadi bagian dari tubuh-Nya. Dengan demikian di dalam Kristus, manusia dan Allah kembali menjadi dekat. Manusia dapat menyebut-Nya Bapa. Sebaliknya, Allah dapat menyebut manusia yang menerima-Nya sebagai anak.

Pembaharuan yang dilakukan oleh Kristus ini mesti menjadi teladan bagi setiap orang Kristen agar terus memperbaharui diri dan persekutuannya. Seperti akar yang mengambil dan memberi makanan kepada tumbuhan sehingga memiliki tunas yang baru setiap hari, orang Kristen yang berakar dalam Kristus pun mesti memiliki pembaharuan setiap hari. Tuhan memberkati kita. Amin.

One thought on “Berakar dan Bertumbuh di Dalam Kristus (Kolose 2:6-15) – Pdt. Melkisedek Sniut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *