Beriman di Tengah Gempuran Budaya Populer (Daniel 1:1-21) – Pdt. Melkisedek Sni’ut

www.sinodegmit.or.id, Apa itu budaya populer? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) budaya populer artinya budaya yang dikenal dan digemari oleh kebanyakan masyarakat pada umumnya, relevan dengan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang serta mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa ciri budaya populer. Satu, menjadi tren atau cenderung diikuti oleh sebagian besar anggota masyarakat. Dua, bersifat seragam. Artinya ditiru oleh banyak orang. Tiga, adaptif. Artinya mudah diterima dalam masyarakat yang berbeda. Empat, duratif. Artinya, berkembang mengikuti pergerakan waktu. Lima, profibilitas. Artinya, menghasilkan keuntungan ekonomi.

Budaya populer tidak terlepas dari peran media. Baik itu media mainstream(arus utama) maupun media sosial. Sebab medialah yang membawa budaya populer ke tengah masyarakat luas. Media juga memproduksi budaya populer dan menyebarkannya ke masyarakat global.

Ada beberapa bentuk budaya populer yaitu televisi, fiksi, film, surat kabar/majalah, musik pop dan media sosial. Sedangkan contoh budaya populer ada banyak. Namun di sini dapat disebutkan tiga di antaranya.

Satu, shoping(berbelanja). Ini merupakan aktivitas paling populer pada masa kini. Ada berbagai macam produk yang menjadi sasaran shoping. Misalnya, makanan, pakaian, sarana hiburan dan sebagainya. Dua, demam Korea (Korean wave). Budaya populer Korea memiliki pengaruh yang besar di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Ini dimulai dengan penayangan beberapa drama Korea pada awal tahun 2000-an dan berlangsung sampai saat ini. Tiga, K-Pop (Korean pop). Setelah drama Korea digandrungi oleh masyarakat Indonesia, musik pop Korea pun mengikutinya. Ada banyak boybandmaupun girlbandyang memikat masyarakat, khususnya remaja dan kaum perempuan, dengan suguhan musik dan aksi panggungnya. Gaya hidup dan penampilan boybanddan girlbanditu pun ditiru oleh masyarakat yang mampu melakukannya.

Inilah gambaran singkat tentang budaya populer. Jika gambaran ini dikaitkan dengan tema “Beriman di Tengah Gempuran Budaya Populer”, maka ada beberapa pertanyaan yang mesti dijawab. Misalnya, bagaimana cara orang Kristen beriman di tengah gempuran budaya populer? Apa sikap orang Kristen terhadap budaya populer? Apakah budaya populer harus dilawan untuk dikalahkan? Ataukah iman Kristen harus pasrah mengikuti arus budaya populer?

Hal ini mesti disikapi secara serius. Sebab kalimat “gempuran budaya populer” memiliki konotasi buruk. Dalam KBBI, kata “gempur” artinya merusak, menghancurkan, menyerang atau membinasakan. Jadi dengan tema ini, terkesan bahwa iman Kristen diserang, dirusak, dihancurkan dan dibinasakan oleh budaya populer. Karena itu penting bagi orang Kristen untuk memiliki pegangan firman Tuhan. Dalam hal ini Daniel 1:1-21 menunjukkan kepada kita bagaimana menyikapi budaya populer.

Nas ini berkisah tentang awal mula empat pemuda bangsawan Yehuda hidup dalam istana raja Babel. Pada tahun ketiga pemerintahan Yoyakhim, raja Yehuda, Nebukadnezar, raja Babel, melumpuhkan kerajaan Yehuda. Kota Yerusalem dihancurkan. Perkakas-perkakas Bait Allah dibawa ke tanah Sinear (nama lain Babel) dan dimasukkan ke dalam kuil Marduk, dewa tertinggi Babel.

Selain harta benda, penduduk Yerusalem pun diangkut ke Babel. Mereka dijadikan orang buangan. Di antara mereka terdapat beberapa pemuda bangsawan. Melalui Aspenas, kepala istana, Nebukadnezar memilih empat orang yang digabungkan dengan banyak pemuda dari bangsa-bangsa lain untuk mempelajari budaya dan bahasa Babel. Pemuda-pemuda ini nantinya akan dipekerjakan di istana atau kantor pemerintah.

Empat pemuda tersebut yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. Tiap nama memiliki artinya masing-masing. Daniel artinya Allah adalah hakimku. Hananya artinya Tuhan menunjukkan rahmat. Misael artinya siapakah gerangan seperti Allah? Dan Azarya artinya Tuhan menolong.

Namun setelah masuk istana Babel, nama-nama ini diganti. Daniel diganti menjadi Beltsazar. Hananya menjadi Sadrakh. Misael menjadi Mesakh. Lalu Azarya menjadi Abednego. Beltsazar artinya Bel (nama lain dari Marduk) melindungi. Sadrakh artinya perintah dari dewa Akhu. Mesakh artinya yang menarik dengan kekuatan. Sedangkan Abednego artinya hamba dewa Nego/Nebo. Jadi nama keempat pemuda Yehuda yang mengandung nama Tuhan Allah diganti dengan nama yang mengandung nama dewa-dewa Babel.

Di istana itu Daniel, Hananya, Misael dan Azarya tunduk pada semua peraturan. Namun dalam hal makan dan minum, mereka berpegang pada ketetapan Allah. Itu sebabnya mereka membuat kesepakatan dengan kepala istana agar diberi menu yang berbeda. Menu raja ditolak dan diganti dengan sayur dan air. Tetapi justru karena itu perawakan mereka menjadi lebih gemuk, segar dan sehat. Akhirnya menu inilah yang disediakan bagi Daniel dan teman-temannya selama tiga tahun masa pendidikan.

Dari kisah ini, apa yang dapat diambil sebagai pelajaran? Ada empat hal. Pertama,produsen budaya populer suka merebut produk budaya lain yang bernilai untuk diperlakukan sebagai miliknya (ayat 1-3). Ketika Yerusalem jatuh, raja Nebukadnezar merampok perkakas-perkakas Bait Allah untuk disimpan di kuil dewa Marduk. Perkakas apa yang dibawanya?

Dalam kitab 1 Raja-raja 6 dan 7 disebutkan bahwa seluruh dinding, lantai dan mezbah di Bait Allah dilapisi dengan emas. Lalu di dalam Bait Allah terdapat berbagai perabotan seperti bejana-bejana pembasuhan dari tembaga, kuali-kuali, penyodok-penyodok dan bokor-bokor penyiraman, kandil-kandil dari emas murni, lampu-lampu, pasu-pasu, pisau-pisau, cawan-cawan dan sebagainya. Semuanya bernilai tinggi dan berharga mahal. Benda-benda berharga inilah yang dibawa oleh Nebukadnezar ke Babel dan disimpan dalam kuil dewa Marduk.

Selain harta benda, Nebukadnezar pun mengambil sumber daya manusia terbaik dari umat Yehuda untuk melayani diri dan bangsanya. Mereka akan dibentuk sesuai standar raja Nebukadnezar. Inilah yang terjadi dengan Daniel dan teman-temannya.

Seperti harta benda lainnya, Daniel dan teman-temannya pun diletakkan di bawah kekuasaan dewa-dewa Babel. Itu sebabnya nama Daniel dan teman-temannya diganti dengan nama baru yang mengandung unsur dewa-dewa Babel. Ciri-ciri Daniel dan teman-temannya sebagai orang Yehuda dihapus untuk diganti dengan ciri-ciri masyarakat Babel. Aksi penghapusan identitas budaya Yehuda dimulai dengan penggantian nama.

Pola yang sama masih terjadi dalam dunia pada masa kini. Kekayaan dan keunggulan budaya tradisional rentan dicaplok oleh penguasa dan pengusaha dengan modal besar untuk diklaim sebagai miliknya. Misalnya, motif pada kain tenun tradisional dari berbagai etnis di NTT.

Dunia mengakui bahwa motif tenunan berbagai etnis di NTT sangat indah. Namun karena keindahannya, motif-motif itu rentan dijiplak oleh pabrik-pabrik besar, diproduksi dan dijual secara massal dengan harga murah. Hal ini akan mematikan kreativitas dan ekonomi penenun tradisional. Untuk itu kita perlu mencegahnya. Salah satu caranya adalah dengan mendaftarkan motif itu ke HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) agar mendapatkan perlindungan. Dengan demikian tidak ada yang dapat menirunya tanpa izin. Cara yang lain adalah mengajarkan keterampilan menenun dengan motif yang indah itu kepada generasi muda.

Selain itu, dominasi budaya populer terhadap pribadi manusia ternyata tidak hanya dialami oleh Daniel dan teman-temannya saja. Banyak orang pada masa kini yang juga mengalaminya. Jika Daniel dan teman-temannya hanya mengalami penggantian nama, saat ini ada banyak orang yang mengganti bagian tubuhnya. Misalnya, ada yang mengganti warna dan jenis rambut. Ada yang mengganti bentuk alisnya. Yang lain mengganti bentuk hidung, bibir, kulit maupun bagian-bagian tubuh lainnya melalui operasi plastik.

Jika itu terjadi karena alasan kesehatan, mungkin masih dapat dimaklumi. Sayangnya, lebih banyak yang menjalani operasi plastik karena alasan kecantikan. Padahal pada dasarnya sudah cantik atau ganteng, tetapi karena ingin lebih maka tetap menjalaninya. Orang-orang seperti ini secara tidak sadar telah menjadi korban budaya populer.

Kedua,menyikapi budaya populer secara selektif (ayat 4-8). Berhadapan dengan proses internalisasi budaya Babel, Daniel dan teman-temannya bersikap selektif. Ada tiga sikap yang mereka ambil. Satu, menerima hal-hal positif yang menunjang peningkatan kualitas hidup. Ini terlihat pada sikap mereka yang menerima pelajaran bahasa dan tulisan orang Kasdim. Selain itu latihan kedisiplinan pun mereka terima sehingga siap belajar selama tiga tahun. Sebab dengan menerimanya kualitas hidup mereka meningkat. Dengan demikian pada waktunya kehidupan mereka bermanfaat bagi sesama.

Dua, menolak dengan tegas proses internalisasi budaya yang bertentangan dengan iman. Ini terlihat pada sikap mereka yang menolak makanan dan minuman dari raja. Sebab memang hal-hal yang bertentangan dengan prinsip iman, mesti ditolak dengan tegas. Biar pun demikian, ketegasan tidak harus dengan mengambil posisi frontal untuk melawan. Daniel dan teman-temannya memberikan contoh tentang bagaimana menolak secara persuasif. Mereka membuat kesepakatan dengan Aspenas untuk menganti menunya.

Tiga, mengabaikan proses internalisasi budaya yang tidak membawa keuntungan atau kerugian. Ini terlihat pada sikap Daniel dan teman-temannya ketika namanya diganti. Mereka membiarkan Aspenas dan orang-orang Babel memanggil mereka dengan nama baru yang diberikan. Tetapi mereka tidak menghilangkan nama yang telah mereka miliki. Dengan demikian nama lama dan nama baru digunakan sesuai konteksnya.

Ketiga sikap Daniel dan teman-temannya ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan tentang bagaimana orang Kristen menyikapi gempuran budaya populer pada masa kini. Apabila budaya populer itu sesuai dengan kehendak Tuhan dan dapat meningkatkan kualitas hidup maka mesti diterima. Sebaliknya, apabila budaya populer bertentangan dengan kehendak Tuhan dan menurunkan atau bahkan merusak kualitas hidup maka mesti ditolak dengan tegas namun secara persuasif. Sedangkan apabila budaya populer itu tidak memberi nilai tambah tetapi juga tidak merugikan kita maka cukup diabaikan saja.

Ketiga,keputusan untuk menolak budaya populer mesti dibuktikan dengan aspek manfaat (ayat 9-16). Daniel dan teman-temannya menolak makanan dan minuman raja bukan karena sombong. Bukan untuk gagah-gagahan. Bukan pula untuk sekedar tampil beda. Mereka melakukannya karena taat kepada kehendak Tuhan. Karena itu mereka diberikan kesehatan dan kecerdasan yang melebihi semua peserta didik lainnya. Ini menjadi bukti bagi Aspenas sehingga menuruti permintaan Daniel dan teman-temannya.

Penolakan terhadap bentuk-bentuk budaya populer oleh orang Kristen pada masa kini pun mesti dalam koridor yang demikian. Orang Kristen tidak boleh menolak budaya populer hanya untuk sekadar tampil beda. Apalagi menolak karena ingin menunjukkan kesombongan terhadap budaya lain. Suatu bentuk budaya populer mesti ditolak karena hal itu merugikan diri sendiri, sesama dan membuatnya jauh dari Tuhan.

Keempat,orang yang menyikapi budaya populer secara selektif akan dikaruniai Allah berbagai bentuk berkat melebihi apa yang diupayakannya (ayat 17-21). Inilah yang dialami oleh Daniel dan teman-temannya. Ketaatannya pada kehendak Tuhan membuat mereka dikaruniai kesehatan, pengetahuan, kepandaian dan kecerdasan melebihi semua orang berilmu dan ahli jampi. Disebutkan bahwa kecerdasan Daniel dan teman-temannya sepuluh kali lipat di atas semua cendikiawan Babel pada saat itu. Bahkan secara khusus Daniel memiliki kemampuan untuk menafsirkan mimpi. Hal ini karena mereka taat pada kehendak Tuhan dan menyikapi budaya populer secara selektif.

Orang Kristen pada masa kini pun demikian. Jangan karena takut tidak mendapat tempat dalam masyarakat lalu ikut arus budaya populer saja tanpa bersikap selektif. Pikiran ini mesti dibuang jauh-jauh. Sebab justru dengan mendahulukan kehendak Tuhan maka berkat yang diperoleh akan jauh melebihi usaha yang dilakukan. Hal ini telah dialami oleh Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. Hal ini pula yang akan dialami oleh semua orang Kristen yang tidak membiarkan dirinya dibawa arus budaya populer. Tuhan memberkati kita. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *