Kupang, www.sinodegmit.or.id, Mensyukuri pemeliharaan dan penyertaan Allah di tahun 2016 dan memasuki tahun baru 2017, Jumat, 13/1 Majelis Sinode GMIT mengadakan ibadah syukur natal, tahun baru dan pastori ketua majelis sinode GMIT yang telah selesai pembangunannya. Hadir dalam ibadah syukur ini sekitar 300 tamu undangan terdiri dari karyawan kantor sinode dan keluarga, para pendeta dan emeritus di dalam dan dari luar kota Kupang, para mantan Majelis Sinode, tamu lintas agama, panitia pembangunan pastori, mitra-mitra GMIT, dan juga turut hadir untuk pertama kalinya para korban perdagangan orang dan korban tragedi 65.
Pdt. Emeritus Lorens Djumetan dalam refleksi yang didasarkan pada Kejadian 1, mengajak jemaat untuk dua hal: Pertama, hidup dalam terang sebagaimana dikehendaki Allah sejak permulaan dunia diciptakan. Pekerjaan gereja, kata Pdt. Djumetan, perlu diletakkan di atas fondasi terang Allah supaya tidak tersembunyi, tertutup dan terbungkus. Pekerjaan gereja juga harus dilakukan dengan mata terang, bukan mata gelap. Kedua, terkait dengan relasi manusia dengan lingkungan, beliau mengkritisi program pemerintah yang tidak sejalan dengan upaya gereja menjaga dan merawat alam, yang mana di satu sisi GMIT mengkampanyekan program gerakan tanam air namun pada saat yang sama ada juga muncul gerakan lain yang tidak digerakan tapi bergerak sendiri yaitu gerakan mengeruk air dan merebut air di mana-mana,” keluh Opa Pdt. Djumetan.
Dalam suara gembalanya, Ketua sinode GMIT Pdt. Mery kolimon mengingatkan beberapa isu yang perlu mendapat perhatian gereja diantaranya predikat NTT provinsi termiski, trafficking, gisi buruk, kerusakan lingkungan dan banjir bandang di Bima-NTB. Selain itu, dalam rangka menyambut 70 tahun GMIT dan 500 tahun gerakan Reformasi Gereja, Ketua sinode GMIT mengharapkan semua organ di berbagai lingkup pelayanan baik Majelis Sinode, Majelis Klasis dan Majelis Jemaat agar bergerak cepat dan tepat dalam pimpinan Tuhan untuk melakukan transformasi, pembebasan dan pembaharuan sesuai dengan tema pelayanan tahun 2017 yakni “Berdasarkan karya Kristus yang memperbaharui kita berkarya untuk perubahan dan pembaruan diri, gereja dan masyarakat.”
Sebagai tanda kepedulian terhadap sesama dan alam, dalam kegiatan ini juga digelar pelayanan diakonia kepada para janda emeritus dan penanaman anakan pohon di halaman pastori.