Jemaat Syalom Nenas terletak di bawah Gunung Mutis, salah satu gunung tertinggi di Timor Tengah Selatan (TTS). Terdapat 7 mata jemaat yang hidup mengelilingi Gunung Mutis. Tidak mudah mencapai daerah ini dikarenakan keadaan infrastruktur jalan yang rusak parah di hampir seluruh perjalanan dari Soe menuju Kapan hingga kaki Gunung Mutis. Beberapa kali mobil yang kami tumpangi harus ditarik atau rame-rame didorong karena tidak bisa melewati jalan yang cenderung mendaki gunung yang terjal dan berbatu atau menuruni gunung dengan kondisi yang sama.
Sulitnya perjalanan terbayar lunas dengan pemandangan alam yang sanat indah. Sepanjang perjalanan, mata kami dimanjakan oleh pepohonan ampupu, dan sejenis pohon yang tumbuh dengan bentuk yang sangat indah seperti sengaja dipahat bak bonsai raksasa. Kicauan burung sepanjang perjalanan menambah indahnya kenikmatan yang kami rasakan.
Tiba di kaki Gunung Mutis, kami disuguhi dinginnya terpaan angin kencang yang menyegarkan sekaligus membuat kami merapatkan jaket. Untung bagi kami karena tidak ada kabut di kaki Gunung Mutis sehingga kami dapat melihat indahnya Mutis tanpa terhalang apapun.
Desa Nenas tidak memiliki listrik dan signal telpon sehingga mereka nyaris tidak memiliki akses dengan dunia luar. Namun Tuhan memberikan hadiah indah bagi orang Nenas dengan tanah yang subur dan beberapa sumber mata air.
Masyarakat Desa Nenas hidup dari berkebun wortel, bawang merah dan putih, daun bawang prey, dan kentang. Beberapa anggota masyarakat memelihara sapi dan babi yang dilepas di alam. Hasil yang didapatkan cukup untuk membiayai kehidupan mereka. “Yang sulit dari kami adalah kesadaran orangtua tentang pentingnya pendidikan. Tidak banyak yang menyekolakan anaknya di perguruan tinggi. Sejak semula Desa Nenas hanya berhasil mengkuliahkan 23 orang anaknya hingga menjadi sarjana. Itupun tidak ada satupun yang tetap tinggal di Nenas. Semuanya bekerja di luar,” cerita Pdt. Rudolf Banunaek, pendeta Jemaat Syalom Nenas.
Kurangnya kesadaran bersama masyarakat untuk menyekolakan anak menyebabkan kebanyakan anak-anak sekolah hanya di SD atau SMP dan ada yang putus sekolah sehingga tidak sampai tamat SMP. Di Desa Nenas, ada Sekolah Menengah Kristen Nenas yang dibangun oleh Pdt. David Erskine dan istrinya, orang Irlandia yang membantu pembangunan sekolah Nenas.
Harapan bersama bahwa berkat Tuhan di kaki Gunung Mutis berupa alam yang memanjakan manusia, diikuti dengan perubahan pola pikir masyarakat sehingga Nenas bisa maju dalam pendidikan karena pendidikan memungkinkan manusia bisa berubah dan keluar dari keterkurungan diri dan masyarakat. ••• Leny