Bertekun Dalam Doa (Kolose 4:1-6) – Pdt. Gusti Menoh

www.sinodegmit.or.idÂBarangkali Setiap hari kita berdoa. Tetapi pertanyaannya, apa itu doa? Apa yang biasanya kita doakan? Bagaimana mestinya kita berdoa?

Banyak orang memang berdoa, tetapi kadang-kadang (jarang), dan hanya berdoa bagi dirinya. Mereka berdoa memohon berkat-berkat Tuhan sehingga hidup mereka lebih baik. Doa seperti ini tidak salah, tetapi egois. Doa semacam ini menunjukan bahwa orang itu percaya Tuhan hanya karena ada kebutuhannya. Ia beribadah, dan berdoa hanya agar kebutuhannya terpenuhi oleh Tuhan. Konsekuensinya, ketika kebutuhannya sudah terpenuhi, ia lupa Tuhan dan tak peduli lagi.

Mari kita belajar dari firman Tuhan dalam surat Kolose hari ini. Jemaat Kolose waktu itu sedang bergumul dengan ajaran-ajaran sesat yang bertentangan dengan iman Kristen. Ajaran-ajaran sesat itu merupakan kombinasi dari agama Yahudi dan berbagai agama kafir pada zaman itu. Ajaran sesat itu mengajarkan bahwa keselamatan proviron uk tidak dicapai hanya dengan iman kepada Kristus saja, tetapi perlu ditambah dengan pengetahuan rahasia yang diberikan secara mistik. Pengetahuan seperti itu dapat diperoleh dengan terlibat dalam praktek upacara agama, sunat, tidak makan makanan tertentu, dan memelihara hari-hari raya Yahudi dan sabat. Akibat ajaran sesat ini, sebagian jemaat Kolose merasa bahwa mereka masih membutuhkan pengantara-pengantara lain untuk bisa selamat.

Terhadap ajaran sesat inilah Paulus menulis surat ini untuk meluruskan kesalahpahaman mereka. Paulus menekankan bahwa melalui Kristuslah segala sesuatu dijadikan dan Dialah yang melebihi segala sesuatu. Kristus adalah kepala gereja dan pendamai manusia dengan Allah. Yesus merupakan satu-satunya penebus dan juruslamat manusia. Tidak ada yang lain. Oleh karena itu, Paulus minta supaya jemaat bertekun dalam iman kepada Yesus saja. Tidak perlu mengandalkan pengalaman mistik atau pengantara yang lain.

Salah satu wujud ketekunan dalam iman adalah berdoa. Paulus minta agar jemaat ini bertekun dalam doa. Mengapa berdoa? Berdoa berarti menyerahkan diri kepada Tuhan serta memohon kuasa Tuhan bertindak, karena kita tahu bahwa kita lemah, dan bahwa hanya Tuhanlah sumber kekuatan dan pertolongan kita. Ketika Paulus minta jemaat Kolose berdoa, ia tahu bahwa tantangan yang dihadapi jemaat ini terlalu berat, dan sulit diatasi dengan kekuatan mereka sendiri. Sebab ajaran-ajaran sesat itu berasal dari para pemuka agama dan kalangan orang-orang pintar sehingga tidak mudah dilawan. Oleh karena itu, jemaat mesti berdoa, supaya Tuhan meneguhkan iman mereka, memberi mereka hikmat, dan juga menolong mereka dalam kesulitan yang dihadapi.

Paulus juga minta kepada jemaat untuk mendoakan dirinya dan sahabat sepelayanannya, Epafras. Jemaat perlu berdoa agar Paulus dan Epafras diberi hikmat oleh Allah untuk memahami Kristus dan kebenaran-Nya sehingga diberitakan bagi mereka dengan benar. Selain mereka mesti berdoa, Paulus minta supaya jemaat juga senantiasa menggunakan hikmat Tuhan dalam mengahapi ajaran-ajaran sesat, dan juga mesti berkata-kata dengan penuh kasih kepada orang luar. Ini harus menjadi perilaku hidup orang percaya.

Ada dua hal yang bisa dipelajari dari bacaan ini. Pertama, iman kepada Tuhan Yesus mesti dijaga. Bagaimana menjaganya? Bertekun dalam doa, agar kita diberi kekuatan untuk setia percaya kepada Kristus sebagai juruslamat kita. Doa adalah nafas hidup orang percaya. Kalau kita tekun berdoa, berarti kita senantiasa ada dalam relasi dengan Allah. Semakin kita tekun berdoa, semakin kita dekat dengan Allah, dan semakin kita menyerahkan diri kepada Allah. Semakin kita menyerahkan diri kepada Allah, semakin Allah bertindak atas hidup kita. Sebaliknya, makin jarang kita berdoa, makin jauh hubungan kita dengan Tuhan, maka makin jarang pula kita mengandalkan Tuhan. Makin jarang mengandalkan Tuhan, kita akan mudah terjatuh dalam pencobaan dan kesesatan, karena kita lemah.

Kedua, berdoalah tidak untuk diri semata, tetapi untuk orang lain. Tuhan tidak berkenan atas doa yang egois, yang hanya mementingkan diri sendiri. Iman sejati itu bersifat persekutuan. Maka berdoalah bagi para pemimpin gereja, para hamba Tuhan, para majelis, pemerintah, janda, duda, anak yatim piatu, orang-orang sakit, dan lain sebagainya. Pergumulan sesama mestinya menjadi beban doa kita. Bukti bahwa kita mengasihi orang lain, harus terwujud dalam doa kita bagi mereka. Kalau kita belum berdoa bagi sesama, berarti kita belum sungguh-sungguh mengasihi mereka.

Dalam massa wabah corona ini, kita perlu berdoa bagi para dokter, tim medis, relawan, agar mereka dikaruniai hikmat untuk dapat menolong para pasien. Kita perlu berdoa bagi para pasien, agar disembuhkan. Kita berdoa bagi pemerintah, agar dikaruniai hikmat dan kebijaksanaan untuk dapat mengatasi berbagai persoalan yang muncul. Kita berdoa bagi para pemimpin gereja, agar dikarunia hikmat sehingga mampu menata pelayanan dengan baik dan benar. Kita berdoa agar wabah ini segera berlalu dari bumi ini. Kita berdoa bagi para peneliti dan ilmuan agar segera menemukan vaksin pembunuh virus corona. Kita berdoa bagi warga masyarakat yang kehilangan pekerjaan agar senantiasa dipelihara oleh Tuhan. GMIT menetapkan 10 hari untuk berdoa sungguh-sungguh. Ini sesuatu yang perlu dilakukan serius.

Berdoalah senantiasa, karena dengan doa kita memperkuat hubungan kita dengan Allah dan sesama. Sebab dengan tekun berdoa, kita makin dekat dengan Allah, dan dengan senantiasa mendoakan sesama, kita pun makin mengasihi mereka. Sebab kalau kita mendoakan sesama, pertanda bahwa mereka ada dalam hati kita, sehingga beban dan pergumulan mereka pun menjadi milik kita. Bertekunlah dalam doa, agar Tuhan menolong kita dalam masa-masa sulit ini.

Apa arti bertekun dalam doa? Kisah nyata ini memberi pengertian. Waktu melayani di Sabu, saya mendapat kesaksian bahwa ada seorang nenek di sana setiap hari bangun jam 3 subuh. Nenek itu bangun pagi untuk berdoa dari jam 3-5 pagi. Apa yang didoakan? Nenek itu mendoakan semua orang di kampungnya. Dalam doanya, nenek itu menyebut satu persatu warga masyarakat di situ, tua mau pun muda, besar mau pun kecil. Nenek itu membuktikan diri sebagai orang beriman. Inilah contoh tekun berdoa, yang dapat kita lakukan dari rumah kita masing-masing, setiap hari. Kita perlu berdoa bagi keluarga kita, bagi tetangga kita, bagi masyarakat, bangsa dan negara, pemerintah, bagi para hamba Tuhan, dan siapapun yang ada dalam hati kita, agar Tuhan mengasihi mereka senantiasa. Selamat berdoa. Roh Kudus menolong kita. Amin. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *