
KUPANG, www.sinodegmit.or.id, GMIT tetapkan Bulan Agustus sebagai BULAN KEBANGSAAN sebagai tema pelayanannya selama sebulan. Dengan tema ini GMIT hendak mengajak kita semua untuk mengingat bahwa sejarah berdirinya Bangsa Indonesia berdasarkan pada pengakuan akan aneka keberagaman.
Aneka keberagaman itu mengkristal dalam pengakuan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu. Para pendiri bangsa bersepakat bahwa perbedaan itu adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi kekayaan Indonesia sebagai modal berdiri sebuah bangsa.
Aneka perbedaan bukanlah alasan untuk saling memisahkan yang membangun pembenaran aneka ideologi sempit, seperti primordialisme misalnya. Aneka perbedaan Indonesia adalah kekuatan yang menyatukan untuk memberi kesejahteraan untuk semua warganya dimana pun berada. Cita-cita kesejahteraan rakyat itu tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945 dalam semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai harga mati.
Dalam Bulan Kebangsaan ini GMIT mengajak kita untuk berefleksi bahwa sejarah perjalanan Bangsa Indonesia untuk membangun cita-cita persatuan, kemakmuran, kesejahteraan, kemanusiaan yang adil dan beradab, kerap digoda fanatisme sempit yang menawarkan surga semu.
Kita juga wajib berefleksi tentang kiprah perjalanan pelayanan gereja yang harus berkontribusi dalam menegakkan cita-cita berbangsa. Tanggung sosial gereja untuk secara aktif merancang pelayanannya untuk merawat kehidupan berbangsa.
Suara kenabian gereja harus dimulai dengan membenahi institusinya sendiri, bahwa gereja dipanggil untuk dunia, bukan untuk dirinya sendiri. Sebagaimana Yesus bukan saja bersikap kritis terhadap institusi kelompok elit ahli torat, imam besar, kaum farisi, kaum saduki, tetapi juga bertindak kongkrit menyediakan pangan (roti dan ikan), kesehatan (menyembuhkan), pemberdayaan (pengajaran).
Di era Covid 19 saat ini, gereja-gereja, termasuk GMIT, melalui Tim Tanggap Covid di semua Jemaat harus memimpin di depan mencegah penularan virus corona dengan mematuhi protokol kesehatan dalam semua aspek pelayanannya. Bekerja keraslah untuk menghindarkan gereja sebagai baru klaster covid 19. Jangan lengah gegara istilah new normal. Rajin dan setia cuci tangan, selalu pakai masker saat berada di luar rumah, tetap menjaga jarak dan hindari kerumunan, makan makanan bergizi agar imunitas bertambah kuat.
Saat ini, situasi di rumah-rumah duka sangat mengkuatirkan karena kepatuhan pada protokol kesehatan sangat longgar. Jangan muluk-muluk bicara berbusa-busa tentang semangat kebangsaan. Cukup patuhi secara ketat protokol kesehatan. Itu saja. (Paul Bolla)