www.sinodegmit.or.id, Sidang Raya ke-15 Christian Conference of Asia (CCA), tahun 2023, dilaksanakan di Kottayam, India, dengan tuan dan nyonya rumah adalah National Council Of Churches in India (NCCI).
Majelis Sinode GMIT mengirim lima orang utusan/delegasi mewakili unsur pendeta jemaat dari berbagai wilayah pelayanan GMIT, yakni:
- Pdt. Desiana Rondo Effendi, M.Th (Ketua Majelis Jemaat Maranatha Oebufu, Klasis Kota Kupang Timur)
- Pdt. Silvana V. Mesak Manafe, MTh (Ketua Majelis Jemaat Imanuel Hausisi, Klasis Amarasi Timur)
- Pdt. Gusti Menoh, M.Si (Ketua Majelis Jemaat Oesain Klasis Amarasi Barat)
- Pdt. Marshal D. Faah, S.Th (Ketua Majelis Jemaat Gloria Lotelutun Klasis Rote Barat Daya)
- Mutiara anastasya Ndoek, S. Th (unsur pemuda).
Kami berlima berangkat dari Kupang-Jakarta, pada Minggu, 24 September 2023 dan transit di Bandara Internasional Kuala Lumpur lalu lanjut ke Cochin di Negara bagian Kerala, India Barat Daya. Perjalanan udara menghabiskan waktu sekitar delapan jam, ditambah tiga jam perjalanan darat.
Mengenal Kerala dan Kottayam
Ibukota Thriwvananthapuram, negara bagian Kerala terletak di pantai barat India dengan garis pantai yang biasa disebut pantai Malabar. Wilayah ini terkenal dengan hasil rempah rempah yang berlimpah dan memiliki keragaman keindahan alam, serta keragaman ekologi. Kerala disebut “God’s Own Country” artinya wilayah milik Tuhan sendiri. Ada juga alasan mitologi setempat, bahwa parshurama dengan kampaknya menciptakan Kerala, daerah yang makmur .
Kottayam adalah salah satu kota di negara bagian Kerala, tepatnya di Barat Daya Kerala yang dilintasi oleh sungai Meenachil. Kota ini dijuluki “the city of letters “ oleh karena banyak koran berbahasa Malayalam terbit di sini. Kottayam dikenal sebagai the 3L City; yaitu kota Literacy, Lakes, and Latex. Kottayam adalah kota yang memiliki sejarah panjang dan menjadi pusat dari kekristenan di India yang menurut tradisi berasal dari karya rasul Thomas sekitar tahun 52 Masehi. Gereja tertua di Kottayam adalah Mary’s Orthodix Syrian Church. Gereja sejenisnya adalah gereja dengan tradisi denominasi Malankara Mar Thoma Syrian Church atau disingkat Mar Thoma Church/Reformed Syrian Church yang memiliki tradisi kekristenan Timur yang kuat[2].
Tema Sidang Raya ke-15 CCA adalah “God Renew Us In Your Spirit and Restore the Creation”. Sidang ini dilaksanakan pada 28 September hingga 3 Oktober 2023.
Sub Tema sidang kali ini adalah :
- Renewal and Restoration of Creation : Affirming the Will of God (Roma 15:5-6, mazmur 143:10)
- Renewal and Restoration of Creation : “Dwelling in Harmony “ (Yesaya 65:25)
- Renewal and Restoration of Creation : Attaining life in its Fullness ( Yohanes 10:10).
Pre Assembly CCA
Kegiatan Sidang Raya diawali dengan pre assembly pada 26 – 28 September 2023. Kami berlima terbagi dalam 3 kategori:
- Asian Ecumenical women’s Assembly (AEWA) 2023 (Pdt. Desi dan Pdt. Vandra )
- Asian Ecumenical Youth Assembly (AEYA) 2023. (Pdt. Marshal dan Tasya Doek)
- Asian Ecumenical Migrants Advocacy Network (AEMAN) 2023. (Pdt. Gusti Menoh)
AEWA adalah kegiatan pra sidang yang membahas tema pergumulan perempuan di Asia. Maksud pertemuan ini adalah membangun kesadaran bersama mengenai pergumulan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh perempuan Asia berkaitan dengan perubahan iklim dan keadilan gender. Bagaimana Gereja di Asia membangun kekuatan bersama dalam respon ekumenis terhadap tantangan perubahan iklim dan dampaknya bagi kehidupan.Pertemuan ini merekomendasikan agar gereja melakukan pelayanan secara holistik dengan karya nyata dalam memelihara bumi dan semua ciptaan untuk survive dan memiliki daya juang atau resiliensi lalu bangkit membaharui dan memohon pemulihan dengan spirit Roh Kudus. Kegiatan pemberdayaan ditingkatkan sebagai upaya menggali sumber daya alam dan sumber daya manusia. Memadukan kekuatan menghadapi tantangan dan kesulitan yang berbeda yang dihadapi dengan spirit yang sama dari Allah sang Creator. Sampah dan limbah plastik mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia dan semua ciptaan. Alam dan semesta dirusak oleh rakusnya manusia menguasai bumi sehingga perdamaian, keadilan perlu di pulihkan dalam “metanoia” atau pertobatan oleh pembaharuan Roh Kudus.
AEYAmerupakan kegiatan pra sidang yang membahas pergumulan pemuda dalam konteks gereja di Asia. Pertemuan ini merekomendasikan agar gereja membuka ruang dan memperhatikan pemuda dan remaja dalam pelayanan gereja; mendampingi mereka dalam usaha untuk advokasi isu krisis ekologi dan tantangan perkembangan digital, juga dalam relasi oikumene. Peran keluarga sangat penting bagi pembangunan Gereja dan pelayanannya. Konsep yang ideal bertentangan dengan kenyataan yang dihadapi. Manusia lebih mengikuti kehendaknya dari pada kehendak Allah. Melibatkan atau mengikutsertakan peran pemuda di lingkup pelayanan lokal, nasional, dan global untuk pembangunan sumber daya, dalam kaitan pelayanan pemuda dan remaja sesuai dengan kebutuhan remaja dan pemuda atau antar generasi. Apa yang diinginkan dan dibutuhkan remaja dan pemuda dalam era digital bagi generasi Zilenial dan Alfa.
AEMAN adalah kegiatan pra sidang, yang berfokus pada upaya membangun kesadaran bersama tentang bagaimana gereja di Asia membangun respon bersama secara ekumenis terhadap isu pekerja migran. Pertemuan ini merekomendasikan gereja membangun wadah advokasi pekerja migran dan memberikan perlindungan bagi mereka sebagai bagian dari masyarakat marjinal. Mengembalikan hak dan melihat solidaritas sebagai panggilan kemanusiaan yang membaharui dan memulihkan karya Allah dalam penyelamatan.
Sidang Raya ke-15 Christian Conference of Asia (CCA)
Sidang Raya CCA dimulai pada Kamis, 28 September, bertempat di gereja Jerusalem Mar Thoma di India Selatan. Kegiatan rutin lima tahunan ini diikuti 500-an peserta yang terdiri dari delegasi, peninjau, dan para mitra CCA.
Perjumpaan antar denominasi, budaya dan bangsa ini dibuka di J.M. Hall diawali dengan ibadah yang penuh khidmat dan bernuansa budaya India. Liturgi yang selaras dengan tema sidang raya, “God, Renew Us in Your Spirit and Restore the Creation” . Seusai ibadah, dilanjutkan dengan pembukaan kegiatan oleh para pimpinan gereja dari Dewan Nasional Gereja-gereja India (NCCI), CCA, Dewan Gereja-gereja Dunia (WCC), dan lima gereja yang berkontribusi dalam sidang raya di Kottayam. Pdt. Henriette Lebang-Hutabarat, selaku Presiden WCC, menyampaikan sambutannya di antara para pimpinan pria.
Pada sambutannya, Sekretaris Jendral CCA, Dr. Mathews George Chunakara, menjelaskan kepada forum tentang pentingnya kegiatan ini dalam gerakan oikoumene gereja-gereja di Asia, dan sekaligus juga bagi dunia. Menurut Matthew, sejak gerakan mondial ini terbentuk, sambutan gereja-gereja atas kehadiran CCA dan beragam programnya disambut dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari pelaksanaan sidang-sidang raya CCA yang bergerak dari waktu ke waktu, dari satu negara ke negara lain sebagai tuan rumah penyelenggaraannya. Ia juga menyampaikan, bahwa dengan pemilihan tema serta isu-isu aktual dan krusial di tengah masyarakat, secara nasional dan regional, persidangan CCA telah menggerakkan gereja-gereja dan mitra oikoumenis untuk mengembangkan beragam bentuk aksi profetis yang relevan dengan konteks dan tantangan masing-masing. Setidaknya setiap perjumpaan kita turut memperbarui panggilan kita sebagai gereja-Nya yang dipanggil untuk melayani Tuhan melalui sesama dan ciptaan lainnya.
Di tutup dengan tema sidang raya CCA, yang sampaikan oleh Rev. Prof. Dr. Jerry Pillay, Sekretaris Jendral WCC. Jerry memulai dengan konteks dunia saat ini yang bergumul dengan tantangan nyata, antara lain perubahan iklim, perang, masalah pengungsi, kemiskinan, dan perkembangan teknologi digital. Jerry mengatakan bahwa tema sidang raya ini sangat kuat, mengajak gereja-gereja untuk mengatasi bersama beragam tantangan yang ada secara solid dan berkelanjutan. Ia mengungkapkan bahwa gereja-gereja jangan melupakan panggilannya untuk mentransformasi masyarakat dengan terang kasih Kristus. Membawa terang kasih Kristus di dalam dunia dan menghadirkan Kerajaan Allah. Semua kita lakukan karena itulah tugas kita untuk memuliakan Tuhan dan demi keutuhan ciptaan-Nya. Kita harus berbicara dengan diri kita sendiri, sebelum kita bersuara pada dunia tentang apa yang harus dunia lakukan. Kesalahan berteologi pada masa lalu yang mementingkan kehidupan manusia sebagai yang paling utama telah merusak dunia ini. Bagaimana kita merestorasi ciptaan yang telah rusak oleh ulah kita. Semesta ini adalah anugerah Tuhan. Dalam Kejadian pasal 3, telah mengajarkan kita tentang relasi yang tidak hanya tentang Tuhan dan manusia, tetapi dengan seluruh ciptaan. Kita ada dalam interdependensi, dan itu yang harus kita akui dan hidupkan kembali dengan “metanoia.”
Rangkaian acara persidangan dilakukan dengan metode bible study tentang tema dan sub tema, diskusi group membahas tentang program pelayanan, liturgy, kepemimpinan dan manejerial gereja dan diakhiri dengan memilih nominasi posisi Officers dan anggota Executive Committee (EC) CCA untuk lima tahun ke depan.
Ceramah dan workshop ”churcha”, bicara tentang “Panggilan kita sebagai gereja untuk melayani Tuhan melalui sesama dan seluruh ciptaan“.Dalam Karya Penciptaan ada keteraturan yang dimaksudkan Allah sebagai kehendak Allah (will of God) bagi seluruh ciptaan dalam harmonisasi dan relasi antar ciptaan. Kehancuran terjadi karena dosa yang membuat berantakan karya besar Allah dalam Dunia ciptaannya. Bagaimana memperbaiki relasi alam dan semesta perlu relasi dan harmonisasi. Manusia punya tugas untuk melakukannya dalam mandat yang diberikan oleh sang Creator yaitu Allah sendiri.
Alam semesta menopang semua keberlangsungan hidup. Permasalahan muncul akibat keserakahan manusia untuk menguasai bumi dan seluruh semesta. Harus ada resolusi untuk mengatakan cukup dalam spirit keugaharian, berani berbagi dan bersikap adil kepada semua ciptaan. Kehendak Allah di sini adalah inisiatif Allah sendiri, manusia dituntut untuk belajar memahami kehendak Allah secara aktif dan mengejarnya bagi perdamaian.
Kehidupan yang harmonis adalah kehidupan yang bebas dari kekerasan dan menghasilkan perdamaian. Spiritualitas yang berpusat pada kesadaran bahwa Allah hadir di semua hal yang ada di semesta (merujuk kepada Yeremia 23:23-33). Keunikan manusia hadir di tengah alam ciptaan dan sang Creator itu sendiri yaitu Allah. Manusia harus menjaganya dan dibutuhkan relasi yang baik dengan dunia. Relasi itu dibangun untuk pembaharuan dan pemulihan dengan spirit/karya Roh Allah bagi dunia sebab ketidakadilan sosial dan diskriminasi, perubahan iklim, dan fundamentalisme menjadi tantangan di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi. Gereja terpanggil berdiri bersama dalam kehendak Allah Pencipta dalam relasi yang dipulihkan.
Minggu, 1 Oktober 2023, dalam ibadat minggu, kami dibagi dalam beberapa group kecil untuk mengikuti ibadahminggu, melayani dan belajar bersama dari pelayanan gereja Mar Thoma, Jacobite Syrian, Metropolis Orthodox. Ibadah minggu di gereja-gereja yang tidak hanya berada di Kottayam, tetapi juga di beberapa daerah pedesaan sekitarnya. Mayoritas gereja tempat peribadahan ini adalah gereja Orthodoks Syria. Para peserta mempelajari perbedaan teologi dan liturgi, sekaligus menikmati perjumpaan oikumenis dengan penuh keramahan.
Diakhir persidangan pada tanggal 2 Oktober 2023 dipilih dan ditetapkan pimpinan CCA periode 2024. Dua delegasi dari Indonesia terpilih untuk menduduki posisi dalam kepengurusan di CCA, yakni Pdt. Jacklevyn F. Manuputty (Sekretaris Umum PGI) dan Ibu Tiurida Hutabarat (HKBP) terpilih sebagai anggota EC. Berikut komposisi dari Officers dan anggota EC:
Moderator: Bishop Reuel Norman Marigza (United Church of Christ in the Philippines)
Vice Moderator: Dr. Anna Alisha Mathew Simon (Council of Churches of Malaysia)
Treasurer: Chan Kwok Keung (Hongkong Christian Council)
Executive Committee Members:
- Jacklevyn F. Manuputty (PGI)
- Youngmi Cho (Presbyterian Church of Korea)
- David Nigel Perry Brohier (Church of Ceylon)
- Archbishop Dikran Sebouh Sarikissian (Armenian Orthodox Church of Iran)
- Dethsacda Aphayamath (Laos Evangelical Church)
- Dr. Pradit Takerngrangsarit (Church of Christ in Thailand)
- Levi Vasconcelos Pinto (Igreja Protestante iha Timor Lorosa’e)
- David Anirudha Das (NCC Bangladesh)
- Zion Chung (Korean Christian Church in Japan)
- Basanti Biswas (Methodist Church in India)
- Nant Ruth Shwe Sin Nyein Aye (Myanmar Council of Churches)
- Dymeas Sovy (Kampuchea Christian Council)
- Tiurida Hutabarat (Huria Kristen Batak Protestan)
- Mr. Su-Hong Lim (Presbyterian Church in Taiwan)
- John Gilmore (NCC Australia)
- Hannah Manickyam Cassandra Mesa, MS (Anglican Church in Aotearoa, New Zealand and Polynesia
- Kuriakose Theopilose Metropolitan (Jacobite Syrian Chruch)
GMIT DAN GERAKAN EKUMENIS DI ASIA
GMIT menjadi anggota CCA dan mengambil bagian dalam gerakan ekumenis di lingkup Asia, nasional dan internasional. Isu dan pergumulan pelayanan yang dihadapi mendorong GMIT menjadi bagian dari CCA, mendukung dan mendorong keikutsertaan dalam gerakan pelayanan ekumenis. GMIT memulai kemitraannya dengan gereja di Asia, menjadi anggota WCC (world Council of Churches) dan kemitraan dengan Basel Mission (M21) dan berharap ke depannya lebih banyak bermitra dengan lingkup yang lain.
Demikianlah beberapa catatan kami dalam mengikuti sidang raya ke-15 CCA di Kottayam. Salam dan doa dari Pastori GMIT Maranatha Oebufu. Terimakasih banyak untuk kesempatan belajar dan berbagi bersama. Tuhan Yesus memberkati.
[1] Pdt.Desiana Rondo Effendy, M.Th, Ketua Majelis Jemaat Maranatha Oebufu, Klasis Kota Kupang Timur.
[2] Catatan Pdt. Tongam Adama Sihite tentang Kerala dan Kottayam, 3 Oktober 2023.