KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Empat menteri kabinet kerja Presiden Jokowi ambil bagian dalam perayaan HUT Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) ke-70 dan HUT Reformasi Gereja ke-500 di Kupang, NTT.
Keempat menteri itu antara lain, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mentri Desa PDTT), Eko Putro Sanjoyo, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menteri Kemaritiman, Jend. (purn.) Luhut Panjaitan dan Menteri ESDM, Ignasius Jonan. Selasa sore, 31/10 Mentri Desa PDTT menyempatkan diri mengunjungi ekspo dan pameran yang berlokasi di halaman Gereja GMIT Syalom-Kupang dan berdialog dengan para pemilik stand terkait barang-barang yang dipamerkan.
Di stand Komunitas Pendeta GMIT Suka Tani (Kompastani) misalnya, Menteri Eko mengapresiasi aneka produk holtikultura organik seperti buah dan sayuran yang dipamerkan. Begitu pula dengan produk industri rumah tangga seperti tenun ikat NTT dan aneka kerajinan tangan lainnya. Ia bahkan memborong sejumlah produk makanan ringan lokal, termasuk jus asam (tamarin) yang diproduksi oleh Yayasan Alfa Omega GMIT.
Usai mengunjungi stand pameran, didampingi ketua komisi V DPR RI, Anggota DPR RI, Syahrulan, anggota DPD NTT, Paul Liyanto, Wakil Gubernur NTT, Beny Litelnoni, Direktur BPR TLM Robert Fanggidae dan Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon, rombongan menuju gereja GMIT Eden Kisbaki guna mengikuti malam penggalangan dana (fundraising) “Mama GMIT Panggil Pulang Peduli Pendidikan”.
Kegiatan ini sebelumnya digelar di Jakarta yang difasilitasi oleh kemetrian desa PDTT, di mana pihak kementrian desa menyediakan aula mereka untuk kegiatan dimaksud.
Sekitar pukul 19:00, rombongan menteri kemaritiman didampingi gubernur NTT, Frans Leburaya dan sejumlah anggota DPRD ikut bergabung dalam acara fundraisingtersebut.
Sementara itu Menteri ESDM Ignasius Jonan yang sebelumnya hadir dalam acara penggalangan dana di Jakarta, mendadak batal berkunjung. Namun, ia mengutus perwakilannya untuk hadir dan menyampaikan komitmen dan dukungan Jonan terhadap upaya pembenahan pendidikan di GMIT tetapi juga terkait pemberdayaan masyarakat desa melalui program listrik tenaga surya.
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Topik Perbincangan Dua Menteri
“Tadi saya dan Pak Gubernur lihat garam. Kita ingin NTT menjadi provinsi garam, karena kita punya studi dan kita ingin menjadi swasembada garam nasional pada tahun 2020,” kata, Luhut dalam sambutannya.
Mantan mentri Polhukam ini juga sempat mengunjungi bendungan Raknamo di kabupaten Kupang dan memastikan pada Desember nanti akan selesai dan diresmikan oleh presiden Jokowi. Bendungan tersebut diperkirakan mampu mengairi sawah sebanyak 1.250 hektar, dengan daya tampung air sebanyak 14 juta meter kubik.
“Tadi saya juga sempat lihat bendungan Raknamo, itu bendungan 1,5 tahun lalu belum apa-apa. Tadi saya lihat sudah jadi. Presiden, Desember akan resmikan. Dan tadi saya jalan di sana Pak Eko (mentri Desa, Eko, red.) jalannya lebih bagus dari jalan di Jakarta. Bendungan itu ditata sedemikian bagus dan itu bisa menjadi tempat pariwisata dan bisa mengairi sawah 1250 hektar. Ini baru namanya Kristus datang. Kristus datang itu kalau orang sejahtera,” kata Luhut.
Selain menyinggung potensi pertanian, Luhut juga memuji potensi pariwisata NTT. Ia mengatakan, “Pariwisata di NTT ini bagus sekali. Jadi Bapak-Ibu jangan bikin kotor. Gereja harus menyampaikan kepada jemaat harus bersih, harus disiplin. Jangan buang sampah di laut karena laut adalah tempat kita hidup. Karena banyak sumber alam di laut,” pintanya.
Demi mencapai kesejahteraan masyarakat NTT, Luhut meminta peran Gereja dalam memajukan pendidikan.
“Bapak ibu Pendeta GMIT, saya kira harus lihat ini, bagaimana membuat rakyat sejahtera. Sekarang, saya minta gereja berperan satu: bagaimana pendidikan anak-anak bapak-ibu? Sejauhmana kontribusi bapak-ibu bagi NTT ini? Kalau mau maju mesti melalui pendidikan,” tandasnya.
Sementara itu Menteri Desa PDTT dalam talk show bersama Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon, mengatakan bahwa NTT merupakan daerah yang sangat diberkati oleh Tuhan. Tanahnya bagus hanya sumber airnya kurang karena itu dibuatkan tujuh buah bendungan besar. Empat diantaranya segera diselesaikan dalam waktu dekat.
Selain itu melalui program dana desa yang dalam tiga tahun ini mencapai 127 triliun diharapkan bisa mempercepat proses pembangunan di daerah-daerah tertinggal termasuk NTT. Oleh karena itu peran Gereja dalam pengelolaan dana desa sangat penting.
“Dana desa sebesar itu menjadi tidak ada gunanya kalau keterlibatan masyarakat tidak terjadi. Kalau pengawasannya rendah sehingga dana desa tersebut menjadi tidak tepat sasaran dan besar kemungkinan diselewengkan. Karenanya melalui Gereja Masehi Injili di Timor ini, melalui ibu ketua sinode, saya mohon bantuannya supaya gereja ikut bersama-sama membantu melakukan sosialisasi dana desa, membantu masyarakat desa dalam menggunakan dana desanya untuk pembangunan,” kata menteri Eko.
Sebelumnya, Ketua MS GMIT telah menandatangi nota kesepahaman terkait kerjasama GMIT dengan kementrian desa PDTT terkait pengelolaan dana desa di Jakarta. Melalui nota kesepahaman tersebut, Ketua MS GMIT berharap para pendeta terutama di desa-desa ikut terlibat dalam proses perencanaan, pelaksaan, pengawasan, evaluasi hingga pelaporan.***