KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) yang berpusat di Kalimantan, berencana mengadopsi sistem Sentralisasi Gaji Pokok (SGP) pendeta yang digunakan oleh GMIT. Rencana ini diutarakan Pdt. Dr. Wardinan S. Lidim, Ketua Majelis Sinode GKE saat bertemu Majelis Sinode Harian (MSH) GMIT di Kupang, Jumat, (9/8).
“Dari sekian banyak sinode gereja di Indonesia, kami memilih belajar sistem penggajian pendeta dan emeritus di GMIT oleh karena GMIT sudah berhasil menerapkannya. Lagi pula dari sisi organisasi serta tantangan pelayanan, GKE dan GMIT hampir sama,” jelas Pdt. Wardinan.
Ketua MS GMIT Pdt. Dr. Mery Kolimon menyambut gembira kunjungan Pdt. Wardinan dan Ketua Badan Pengawas Perbendaharaan (BPP) Sinode GKE Penatua Sarino Garang. Usai pertemuan singkat dengan MSH GMIT, kedua tamu dari GKE ini melanjutkan percakapan teknis terkait sistem perbendaharan GMIT dengan Bendahara MS GMIT Penatua Mariana Rusmono-Rohi Bire didampingi mantan Bendahara MS GMIT Wem Nunuhitu.
Mengingat kesamaan sistem organisasi presbyterial sinodal yang dianut kedua gereja ini, Pdt. Wardinan berharap GKE bisa belajar dari pengalaman pengelolaan SGP di GMIT dan menerapkannya.
“Selama ini gaji pendeta di GKE diatur oleh masing-masing jemaat dengan acuan SK dari sinode. Tapi praktiknya ada banyak jemaat terutama di pedesaan belum mampu memenuhi besaran gaji yang ditetapkan di SK. Kami mau ada keadilan gaji bagi semua pendeta supaya yang melayani di desa tidak perlu kuatir karena ada standar gaji pokok. Dan itu berarti bahwa jemaat di kota wajib menolong jemaat-jemaat di desa,” ungkap Pdt. Wardinan.
Untuk menjelaskan sistem SGP ini kepada jemaat-jemaat GKE, kata Pdt. Wardinan, MS GMIT akan diundang untuk menjelaskan sistem penggajian ini pada Sidang Sinode GKE Juli 2020 mendatang.
GKE merupakan salah satu Gereja Protestan tertua dan terbesar di Kalimantan. Gereja ini berdiri pada tahun 1935 dengan wilayah pelayanan meliputi 5 provinsi di Kalimantan. Memiliki 1.366 jemaat yang tersebar di 100 klasis dengan jumlah pendeta 1.300an orang. Lebih dari 60% pendeta adalah perempuan. ***