Kupang, www.sinodegmit.or.id, Tidak lama lagi akan hadir wihara (tempat ibadah umat Budha) pertama di kota Kupang. Dengan hadirnya wihara tersebut lengkap sudah tempat ibadah 5 agama besar di kota ini, minus Konghucu. Wihara rencananya akan dibangun di kelurahan Sikumana berdekatan dengan gereja GMIT Jemaat Anak Sulung. Hal ini terungkap saat tatap muka beberapa pimpinan tokoh agama Budha wilayah NTT bersama Bhiksu Atthapiyo dari wihara Mendut-Borobudur, Jawa Tengah dengan Majelis Sinode Harian (MSH) GMIT di kantor sinode, Rabu 5 Januari 2017. Tokoh umat Budha yang hadir antara lain, ketua Magabudhi NTT Indra Efendi, kepala Bimas Budha Kementrian Agama Provinsi NTT dan Kota Kupang masing-masing Aryadisatwira dan Imah, S.Ag. Para tokoh agama Budha ini didampingi, Sarniel Woleka, ketua Komunitas Peace Maker Kupang (KOMPAK).
Ketua Majelis Sinode GMIT Pdt. Dr. Mery Kolimon, menyambut dengan sukacita kunjungan Bhiksu Atthapiyo bersama tokoh-tokoh umat Budha, demikian juga rencana pembangunan wihara di kota Kupang. “Kami memandang kehadiran Bhiksu dan teman-teman sebagai bagian dari komitmen kita bersama untuk merawat kehidupan karunia Allah yang kita sebut dengan nama yang berbeda-beda tapi Dia mencintai kita dengan kasih yang sama. Kami pikir kehadiran umat Budha juga pasti akan menyumbangkan nilai-nilai yang luhur dalam agama Budha bagi hidup masyarakat di NTT. Karena itu, dengan sukacita kami mau mendukung pembangunan rumah ibadah supaya itu tidak hanya menjadi rumah ibadah tetapi juga tempat menanam dan memperkuat nilai-nilai kebaikan bagi hidup bermasyarakat di kota ini,” kata Pdt. Mery Kolimon.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 1 jam tersebut, kedua pimpinan agama saling bertukar pikiran mengenai keunikan dan kekayaan spiritual dalam kedua agama yang dapat memperkuat nilai-nilai kedamaian dan kebaikan bagi umat beragama di NTT. GMIT kata ketua sinode, memiliki visi membawa damai bagi semua umat dan kota kupang harus menjadi rumah bersama lintas agama, iman dan etnis.
Ditanyai soal jumlah pemeluk agama Budha di NTT dan Kota Kupang, kata Aryadisatwira, berkisar 300 orang di seluruh NTT dan 200 diantaranya berdomisili di Kota Kupang. Bhiksu Atthapiyo yang juga orang asli NTT asal Larantuka-Flores, berterimakasih kepada GMIT yang dengan tulus mendukung pembangunan wihara di Kupang.