Hari Ini Telah Terjadi Keselamatan di Bangsa Indonesia (Lukas 19:1-10) – Pdt. Jahja A. Millu

www.sinodegmit.or.id,ÂSaat masih di sekolah minggu, kita dengan riang menyanyikan lagu,

“Hai Zakheus /Âorang pendek,
Kecil benar ia /ÂIa panjat pohon ara
hendak melihat Yesus..dst.

Hari ini, bagian Alkitab tentang Tuhan Yesus dan Zakheus ini akan kita renungkan sebagai warga gereja yang merayakan ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia tahun ini. Menurut para penafsir Alkitab, ada 2 versi tafsir yang mempengaruhi cara kita memahami teks ini. Model tafsir pertama menekankan bahwa perjumpaan dengan Yesus menghasilkan transformasi bagi kehidupan Zakheus, baik itu berkaitan dengan penggunaan otoritasnya sebagai kepala pajak, bahkan juga terhadap sistem pajak dan roda ekonomi di Yerikho.

Narasi ini menyebutkan bahwa perjumpaan dengan Yesus menyebabkan Zakheus melakukan apa yang dalam ilmu hukum biasa disebut sebagai restitusi. Artinya seorang pelaku kejahatan mengembalikan atau membayar kembali kepada korban apapun yang telah diambil dari mereka secara salah. Zakheus mengembalikan setengah kekayaannya untuk orang miskin dan membayar restitusi 4 kali lipat kepada orang yang telah ia peras.

Saat Yesus memutuskan untuk menumpang di rumah Zakheus, orang banyak berpikir bahwa Yesus berpihak pada kelompok pemeras rakyat. Bukannya menggugat mereka, Yesus malah tinggal dan makan bersama kaum pemeras. Dia seolah tidak peduli dengan nasib para korban Zakheus.

Namun rupanya semua dugaan ini salah. Pendekatan Yesus justru menyebabkan Zakheus menyadari kekeliruannya. Ia memutuskan untuk mempertanggungjawabkan penyimpangan otoritasnya sebagai kepala pajak. Ia menyadari kekeliruannya yang menyebabkan rakyat sebangsanya menjadi sengsara. Keputusan yang ia ambil bukan saja berdampak positif bagi para korban, tetapi sekaligus bagi sistem pajak di daerahnya.

Bukan hanya itu. Saat Zakheus memberi setengah dari miliknya kepada orang miskin dan mengembalikan hak-hak orang yang diperas 4 kali lipat, tentu roda ekonomi Yerikho akan bergeliat kembali. Orang miskin mendapat suntikan dana untuk kehidupan mereka. Sementara orang yang diperas bukan hanya mendapatkan kembali hak-haknya, namun terutama bebas dari sistem ekonomi dan pajak yang menindas. Uang selama ini dikuasai Zakheus, kini terdistribusi ke masyarakat sehingga perputaran uang semakin baik. Melalui sistem yang kondusif seperti ini, tentu ekonomi Yerikho akan bertumbuh.

Saat ini kita merayakan dirgahayu bangsa kita. Seturut bacaan ini, maka salah satu evaluasi penting yang perlu dilakukan adalah penggunaan kekuasaan negara. Sejauh mana otoritas yang diberikan negara kepada para pemegang kekuasaan telah dijalankan dengan baik. Ataukah terdapat penyimpangan otoritas yang menyebabkan rakyat sengsara, sebagaimana kasus Zakheus?

Perayaan kemerdekaan, seturut cerita ini, juga adalah momentum bagi rakyat untuk mengembangkan struktur dan sistem akuntabilitas, guna mencapai kebaikan bersama. Para pemimpin membutuhkan etika Zakheus, yang bukan saja menyadari kekeliruan dirinya, namun pada saat yang sama juga melakukan restitusi sehingga berguna bagi para korban.

Melalui struktur dan sistem akuntabilitas yang baik, para pemimpin ditolong untuk segera menyadari kekeliruan mereka dan mengambil langkah yang perlu guna memperbaiki situasi yang buruk. Juga untuk mencegah penyimpangan yang berlarut-larut. Menyadari kesalahan adalah langkah penting bagi sebuah perubahan. Namun perubahan baru dapat terjadi, hanya bila orang itu mengambil langkah-langkah radikal untuk mewujudkan perubahan itu.

Bacaan Zakheus ini juga dapat menolong kita untuk mengevaluasi model ekonomi yang berlaku selama ini. Apakah sistem itu yang terbaik untuk mencapai cita-cita bangsa kita yakni menciptakan masyarakat adil dan makmur? Atau jangan sampai terjadi persekongkolan jahat antara “pepeng” (penguasa-pengusaha) untuk menguasai sumberdaya bangsa ini sehingga rakyat semakin menderita dan miskin? Apakah sistem ekonomi kita berguna untuk memperbaiki hajat hidup orang banyak, atau malah hanya memperkokoh hukum Parreto bahwa kekayaan dunia hanya dinikmati oleh 20 persen manusia?

Kita melihat bahwa selama covid, roda ekonomi mandeg. Banyak orang wait and see, menunggu waktu terbaik untuk mengembangkan usaha. Akibatnya perputaran ekonomi menjadi semakin sulit. Kita membutuhkan para pengusaha yang berani menditribusikan kembali kekayaannya kepada masyarakat sehingga roda ekonomi bisa berputar kembali dengan baik.

Belajar dari Tuhan Yesus, gereja perlu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga kaum kaya seperti Zakheus terdorong untuk mendistribusikan kekayaan mereka.

Sekarang kita beralih ke model tafsir kedua, yang menekankan hal sebaliknya dari model tafsir pertama. Menurut model ini, justru karena Zakheus adalah boss pemungut cukai yang murah hati dan tidak suka memeras rakyat, maka Yesus ingin menumpang di rumahnya.

Tafsir ini bertumpu pada kata kerja didomi (memberi) dan apodidomi (mengembalikan) dalam ayat 8. Dari segi tata bahasa Yunani, kedua kata ini adalah bentuk sekarang, aktif dan indikatif. Ia menunjuk kepada sesuatu yang sedang dilakukan masa sekarang, bukan sesuatu yang akan dilakukan di masa depan. Artinya bahwa tindakan Zakheus memberi setengah hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan kekayaan orang yang diperasnya 4 kali lipat adalah kebiasaan sehari-hari yang dilakukan Zakheus. Tentu ini adalah sesuatu yang amat tidak lazim di kalangan pemungut cukai. Itu sebabnya Yesus merasa perlu bertamu di rumah orang seperti dia. Suatu peragaan iman Zakheus yamg membuat ia diperhitungkan sebagai bagian dari kerajaan mesianis Yesus.

Tetapi rupanya Zakheus bukan tipe orang yang suka mempromosikan kebaikannya. Banyak orang tidak tahu kemurahan hati Zakheus. Karena profesinya sebagai pemungut cukai, masyarakat mencapnya sebagai orang berdosa, bukan anak Abraham dan terhilang (ay. 7,9,10). Cara pandang negatif terhadap pemungut cukai ini memang sudah lazim di zaman itu. Mereka adalah kolaborator penjajah Romawi. Mereka menjadi antek Romawi yang memungut pajak dengan memeras orang sebangsanya sendiri sehingga mereka dibenci orang Yahudi. Secara agama, mereka juga didepak keluar dan tidak dizinkan memasuki sinagoge atau bait Allah karena dianggap najis. Ia dianggap setara dengan pelacur.

Namun di luar dugaan, mereka tidak menyadari bahwa Zakheus adalah pengecualian. Ia berbeda dari orang seprofesinya. Ia punya karakter yang sangat luar biasa. Itu sebabnya Yesus perlu memulihkan apriori orang terhadapnya. Ia makan di rumahnya sambil meneguhkan Zakheus untuk melanjutkan kebaikan hatinya itu.

Berkaitan dengan perayaan ulang tahun kemerdekaan, kita belajar untuk tidak seenaknya menghakimi seseorang atau kelompok lain. Seringkali kepentingan politik tertentu berupaya membangun opini publik untuk menghancurkan lawan politik mereka. Sama seperti orang banyak dalam bacaan kita, mereka seringkali berlindung di balik tameng keberpihakan terhadap rakyat yang sengsara oleh sistem politik dan ekonomi yang korup. Bila kita hanya mengikuti arus pandangan umum seperti ini, bisa jadi kita mudah terseret oleh permainan poilitik kelompok tertentu.

Kita perlu belajar dari pendekatan yang Yesus tempuh. Tindakannya membawa manfaat bagi semua pihak. Yesus memperbaiki persepsi negatif orang banyak terhadap Zakheus. Apresiasi Yesus terhadap Zakheus mendorongnya untuk tetap menjadi orang yang murah hati. Dengan begitu maka kemiskinan dan pemerasan terhadap rakyat dapat diminimalisir.

Kita perlu mengikuti jejak Yesus yang memberi perhatian terhadap kelompok Zakheus, kelompok orang banyak, maupun rakyat sebagai korban, supaya kita dapat mendeklarasikan seperti Yesus: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada bangsa ini.”

Dirgahayu bangsaku tercinta…Merdeka!!!Â

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *