TIDAK PERNAH TUHAN PERMALUKAN
(Yohanes 2 : 1 – 11 )
Anda pernah diundang hadiri resepsi pernikahan saudara atau kerabat? Atau anda yang saat menikah mengundang para sahabat dan tetangga hadiri resepsi pernikahan anda? Bagaimana perasaan anda bila saat jamuan makan berlangsung terdengar berita dari dapur bahwa persediaan makanan dan meniman sudah habis? Sebagai orang yang diundang mulai bisik-bisik mencibir pemilik pesta? Atau sebagai mempelai yang sedang duduk di tempat pelaminan bagaimana perasaan dan ekspresi wajah bila terdengar kabar persediaan makanan dan minuman habis sementara ada begitu banyak tamu yang diundang belum dipersilahkan mengambil makan dan minum? Ah sungguh memalukan kalau itu terjadi dan kita alami dalam hidup. Kalau Yesus tidak diundang di peristiwa perkawinan di Kana sukacita pesta bisa berubah jadi peristiwa yang memalukan. Kisah dari Kana seperti yang disaksikan dalam Injil Yohanes 2:1-11 memberi pelajaran penting.
Pertama, Kita jalani kehidupan di dunia yang tidak mungkin bebas dari masalah (Ay 3)
Penulis Injil Yohanes mengisahkan ada masalah yang sedang di hadapi sepasang mempelai yang baru saja melangsungkan perkawinan di negeri Kana. Ini masa bulan madu dan hal yang pasti sukacita dan kebahagiaan sedang melanda kehidupan mempelai ini. Kendati demikian sukacita dan kebahagiaan pesta dapat berubah menjadi rasa malu karena masalah yang tidak dapat mereka duga terjadi dalam hidup. Masalah tersebut adalah mereka kehabisan anggur untuk menjamu para tamu yang hadir.
Mengapa mereka kehabisan anggur?
Penulis Injil Yohanes tidak mencatat faktor penyebab. Kendati demikian beberapa kemungkinan dapat kita kedepankan sebagai faktor penyebab mereka kehabisan anggur: Pertama, Mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan dan menyelenggarakan pesta, dari segi ekonomi adalah kaum miskin. Sebagai orang miskin persediaan anggur mereka sangat terbatas sementara yang hadir dalam pesta melebihi persiapan.
Kedua, Dapat saja mempelai secara ekonomi merupakan orang kaya tapi kurang cermat melakukan perhitungan terhadap peserta yang akan hadir berdasarkan undangan yang diedarkan. Hal ini tentu dapat saja terjadi mengingat masyarakat Yahudi adalah masyarakat paternalistis. Undangan mungkin diberikan kepada kepala rumah tangga dalam hal ini bapak. Bapak mungkin undang istri dan anak ikut pesta, Anak mungkin ajak teman-teman sesama orang muda untuk ambil bagian dalam pesta pernikahan itu. Jadi ada rombongan yang tidak diundang secara resmi turut serta dan masuk mengambil bagian dalam sukacita dan kebahaagiaan perkawinan itu. Semestinya yang tidak diundang resmi tidak boleh diperkenankan masuk dan ambil bagiaan dalam pesta itu. Kalau aspek ini yang terjadi, hal inilah yang amat berbahaya dan merusak hidup suatu rumah tangga.
Bukankah kebahagiaan dan sukacita hidup suatu rumah tangga jadi hancur dan mendatangkan aib karena kebanyakan suami-istri mempersilahkan tamu-tamu yang tidak diundang ambil bagian dalam kehidupan rumah tangga yang dibangun dalam komitmen bersama? Tamu yang tidak diundang bila dibiarkan dan dipersilahkan ambil bagian dalam hidup rumah tangga, kehadirannya biasanya hanya untuk merampok dan menghancurkan sukacita serta kebahagiaan hidup. Tamu-tamu yang tidak diundang itu zaman sekarang hadir dalam bentuk Pria Idaman Lain (PIL) dan Wanita Idaman Lain (WIL). Mereka biasanya dibiarkan masuk dan mengambil bagian dalam kenikmatan hidup melalui perzinahan dan perselingkuhan. Kondisi obyektip ini yang menghadirkan keprihatinan di mana pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian dalam rumah-tangga semakin meningkat. Banyak rumah tangga hancur-berantakan karena memberi tempat bagi orang lain mengambil tempat dalam rumah tangganya.
Ketiga, Orang-orang yang dipercayakan mempersiapkan jamuan pesta dapat saja jadi faktor penyebab kurangnya persediaan. Mereka mungkin saja mengkonsumsi anggur yang ada yang oleh tuan pesta tidak cermat memperhitungkan jumlah orang-orang yang mendapat tugas untuk hal itu selain pelayan-pelayan pesta. Ini wajar sebab mereka dapat saja bekerja sejak pagi hari dan pesta baru berlangsung malam hari sehingga paling tidak mereka telah dua kali mengkonsumsi anggur yang ada pada pagi dan siang hari sebelum tiba waktu perhelatan pesta itu. Kendati demikian dapat saja mereka mengkonsumsi anggur-anggur yang disediakan sangat banyak sehingga persediaan berkurang pada malam berlangsungnya pesta itu.
Apapun faktor penyebabnya, hal yang pasti adalah mempelai ini ada dalam masalah. Mereka baru saja melangsungkan pernikahan. Dan masalah ini terjadi di awal pernikahan mereka. Mereka tidak menduga sama sekali hal ini terjadi. Ternyata tidak menikah juga ada soal dan menikah juga ada soal. Ya…jalani hidup di dunia ini tidak mungkin bebas dari masalah. Memilih membujang atau memutuskan menikah dan hidup bersama sebagai suami-isteri dalam rumah tangga ternyata sama rumitnya: ada masalah yang selalu datang menerpa hidup.
Kedua, Alamat yang tepat dan benar untuk kita datang dalam masalah hidup dan dapat keluar dari masalah adalah datang dan berbicara kepada Yesus (Ay 3)
Penulis Injil Yohanes mencatat ketika peristiwa itu (Kehabisan anggur) melanda, datanglah Maria dan berbicara kepada Yesus, ”Mereka kehabisan anggur”. Ada dua kemungkinan yang bisa kita kedepankan mengapa Maria mengetahui peristiwa kehabisan anggur di tengah-tengah semarak dan sukacita perayaan pesta pernikahan di Kana itu.
1) Maria merupakan pemimpin yang mempersiapkan hidangan. Semacam ketua seksi konsumsi. Peran yang demikian membuat ia mengetahui dari bahwa persediaan sudah habis sementara informasi yang ia dapatkan dari para pelayan masih banyak orang belum mendapat pelayanan. Sikap yang diambil adalah pergi ke tempat para undangan di mana Yesus dan para murid-Nya duduk dan menyampaikan permasalahan itu pada Yesus.
2) Maria sebagai ibu Yesus merupakan orang yang juga turut diundang oleh pemilik pesta bersama Yesus dan para murid. Maria dapat saja mengetahui peristiwa habisnya anggur karena informasi yang beredar dari mulut undangan yang satu ke undangan yang lain. Semacam kata bersambung yang terjadi dari para undangan yang belum mendapat giliran mengecap hidangan. Informasi dari mulut yang satu ke mulut yang lain itu sampai juga ke Maria. Sikap yang diambil Maria bukan meneruskan informasi itu kepada para undangan yang lain. Sebab kalau sikap itu diambil Maria, hal yang pasti pemilik pesta akan dipermalukan. Sikap yang Maria lakukan adalah datang dan berbicara kepada Yesus. Maria tau alamat yang tepat dan benar di kala masalah datang melanda hidup adalah datang dan berbicara kepada Yesus. Sikap Maria yang demikian semestinya dilakukan oleh setiap orang percaya yang menghadapi masalah atau yang melihat sesamanya ada dalam masalah hidup. Membawa masalahnya atau masalah sesamanya yang didengar dalam doa kepada Yesus.
Ketiga, Sikap yang tepat dan benar dari orang percaya setelah menyatakan permohonannya kepada Yesus adalah menanti dalam kepercayaan bahwa Yesus pasti bertindak untuk menolong kehidupan ini yang dilanda masalah seturut cara dan waktu-Nya (Ay 4)
Maria setelah menyampaikan peristiwa kehabisan anggur itu pada Yesus dan mendengarkan jawaban Yesus : ”Mau apa engkau dari pada-Ku ibu, saat-Ku belum tiba” tidak banyak berbantah ataupun bersikap memaksa agar Yesus segera bertindak. Sebagai ibu sebenarnya Maria dapat mendesak Yesus sebagai anak agar segera bertindak menolong pemilik pesta itu; Atau Maria pantas menyatakan kekecewaannya manakala mendengarkan jawaban Yesus itu. Namun Maria melakukan suatu cara yang tidak lasim dilakukan banyak orang: Maria menyuruh pelayan pesta itu mendengarkan dan melakukan apa yang hendak Yesus katakan untuk mereka lakukan. “Apa yang dikatakan kepadamu buatlah itu”. Inilah sikap percaya seorang Maria. Ia percaya pada perkataan Yesus bahwa akan tiba waktu-Nya Yesus bertindak untuk menolong. Ia percaya bahwaYesus tidak akan mempermalukan dan membuat kecewa orang-orang yang hidup dalam masalah dan yang menyerahkan permasalahannya kepada Dia.
Ya…Setiap orang yang datang kepada Yesus di tengah-tengah masalah hidup tidak akan dipermalukan dan dikecewakan. Sikap yang tepat dan benar dari orang-orang yang mengalami masalah hidup dan membawa masalahnya pada Yesus adalah percaya penuh pada Yesus sambil menanti saat dan waktu Tuhan bertindak menolong hidup ini. Jangan mengatur atau memaksa Tuhan bertindak menolong hidup ini berdasarkan cara dan waktu kita. Bukankah ini yang sulit kita lakukan dalam hidup selaku orang percaya manakala masalah datang melanda? Kita berseru dalam doa membawa permasalahan hidup kita pada Tuhan tapi kita mau supaya Tuhan cepat jawab doa kita agar keluar dari masalah. Kita mau mengatur Tuhan dalam doa-doa permohonan kita agar Tuhan bertindak menolong hidup kita seturut cara dan waktu kita. Itu sebabnya kita jadi orang-orang yang kecewa, putus-asa, hilang pengharapan bahkan marah kepada Tuhan karena kita merasakan Tuhan tidak dengar dan jawab doa-doa kita. Lalu kita berhenti berdoa dan mulai bertindak mengatasi permasalahan hidup yang kita alami seturut kehendak dan cara kita. Akibatnya, sering kita mengatasi masalah dengan menimbulkan masalah atau keluar dari satu masalah dan masuk lagi pada masalah yang lain. Singkirkan ego kita, belajar hidup dengan selalu berserah diri pada Tuhan di tengah-tengah masalah hidup dan menantikan pertolongan Tuhan untuk bawa hidup ini keluar dari masalah seturut cara dan waktu Tuhan.
Empat, Kunci terjadinya mujizat Tuhan dalam hidup adalah lakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan dalam hidup (Ay 5-8)
Ketika tiba waktu-Nya, Yesus menyuruh para pelayan untuk mengisi tempayan-tempayan yang ada penuh dengar air dan mencedok lalu membawa pada pemimpin pesta. Ini suatu permintaan yang tidak lasim dalam hidup. Bila saja saya dan anda yang diminta Yesus untuk ambil tempayan, isi air, cedok dan bawa pada tamu yang lagi duduk di pesta, mungkin saya dan anda akan menolak. Apa sebab? Sebab tempayan merupakan alat yang diisi air untuk membasuh kaki. Lalu tempayan yang hendak disisi juga bukanlah anggur tapi air. Mencedok air dan membawa pada pemimpin pesta adalah perbuatan yang penuh resiko. Mereka dapat menerima hukuman bila yang dikecap pemimpin pesta itu adalah air yang ada dalam tempayan. Sebab itu bentuk penghinaan pada pemimpin pesta dan para undangan. Namun para pelayan itu tanpa banyak bicara dan mempertimbangkan akal sehat taat untuk melakukan apa yang Yesus minta untuk dilakukan. Ini tidak berarti akal itu tidak penting. Terkadang akal juga harus tunduk pada otoritas kemahakuasaan Allah. Di dalam Yesus apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Apa yang tidak dapat diterima secara akal sehat di dalam Yesus bukanlah perkara yang mustahil. Yesus dapat dengan cara yang tidak lasim, tidak masuk akal sehat kita, membawa kita keluar dari masalah hidup yang melanda.
Mujizat Yesus atau perkara besar Allah dinyatakan karena ketaatan para pelayan ini melakukan apa yang Yesus kehendaki untuk dilakukan. Kataatan mendengarkan dan melakukanapa yang Yesus kehendaki saat hidup dilanda masalah itu penting. Jangan lakukan apa yang kita anggap masuk akal kita dan sudah lasim kita lakukan dalam hidupketika kita dilanda masalah. Dengar Tuhan Yesus berbicara, lakukan kehendak Yesus, engkau akan menyaksikan dan mengalami perbuatan besar Yesus bawa engkau keluar dari masalah. Ya…ketika hidup ini dilanda masalah dan rasanya tidak lagi memberi harapan, saat itulah kita harus mendengarkan suara Tuhan yang berfirman, percaya sepenuhnya pada Firman Tuhan, lalu bertindak sesuai kehendak-Nya dan lihatlah betapa ajaibnya Tuhan Yesus bawa hidup ini keluar dari masalah yang dapat saja tak tercerna akal. Ingat, Allah di dalam Yesus, menolong hidup ini tidak berdasarkan apa yang dapat kita terima secara akal tapi pertolongan-Nya terjadi karena anugerah-Nya semata. Ya… Hanya oleh anugerah-Nya kita ditolong bukan oleh apa yang dapat kita terima dengan akal budi.
Lima, Jangan lupakan kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidup. Pertolongan Tuhan dalam hidup ini harus tetap diingat supaya kita semakin dekat dengan Dia dan percaya kepada-Nya (Ay 11)
Penulis Injil Yohanes mengakhiri kisah mujizat Yesus di Kana dengan kata-kata: Hal itu dibuat Yesus dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya. Pertolongan Tuhan dalam hidup mesti membuat hidup ini memuliakan Dia dan semakin percaya kepada Dia. Itulah tujuan yang Yesus kehendaki dari perbuatan besar yang ia lakukan dalam menyelamatkan hidup ini dari berbagai masalah: Memuliakan Allah dan makin percaya kepada-Nya. Jangan lupa diri sebagai orang-orang yang pernah ditolong oleh Tuhan.
Soli Deo Gloria