Kupang, www.sinodegmit.or.id, Perayaan Natal Oikumene yang diinisiasi oleh Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Keuskupan Agung Kupang berlangsung di Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, Jumat, (4/1-2019), dihadiri oleh para pimpinan umat lintas agama dan pemerintah (Forkompimda) NTT.
Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, dalam refleksi natal yang mengangkat tema, “Yesus Kristus Hikmat Bagi Kita” (1 Korintus. 1: 30a) mengatakan hikmat Allah ialah ketika Yesus Kristus membuka jalan kembali kepada Allah Bapa. Ia yang adalah Anak Allah menjadi manusia supaya anak-anak manusia belajar hidup sebagai anak-anak Allah, yaitu, membangun peradaban kasih dalam kebhinekaan yang rukun.
Kerukunan itu, kata Turang, bukan hanya tampak dalam ucapan atau upacara melainkan diwujudnyatakan dalam praktik hidup sehari-hari sehingga NTT bisa keluar dari perilaku koruptif.
“Anak Allah Putra Tunggal Bapa telah belajar menjadi manusia, maka kita anak-anak manusia dapat belajar hidup sebagai anak-anak Allah, yaitu, membangun peradaban kasih dalam kebhinekaan yang rukun, artinya sesuatu yang menghadirkan kita sebagai murid-murid-Nya dalam kepublikan. Banyak kali kita menghindar dari publik tapi di sana kita harus membangun harmonisasi hidup. Bukan saja dalam upacara atau ucapan lokakarya, tetapi dalam praktik hidup sehari-hari sehingga perjalanan kita bersama di NTT semakin bebas dari tindakan-tindakan koruptif seperti: kekerasan, perbudakan, diskriminasi dan korupsi,” ujar Turang.
Sementara terkait gerakan oikumene yang telah dan terus dibangun kedua gereja, Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon pada kesempatan yang sama mengajak umat dan para pimpinan Gereja Protestan dan Katolik di NTT untuk memperkuat relasi dan komitmen yang terbuka, merangkul dan saling mengakui sebagai Tubuh Kristus.
Mengevaluasi kehadirannya di NTT, Ketua Majelis Sinode GMIT juga menegaskan pentingnya Gereja melakukan otokritik mengenai perannya selama empat abad melayani di daerah yang kaya sumber daya alam namun rakyatnya miskin dan terbelakang ini.
“Gereja-gereja kita perlu terus melakukan otokritik mengenai perannya dalam perjuangan rakyat bagi kehidupan yang lebih sejahtera dan bermartabat. Kita mesti bertanya, seratus, bahkan empat ratusan tahun kehadiran kekristenan di daerah ini, sejauh mana ajaran dan tindakan kita sebagai Gereja telah turut memberdayakan umat untuk memperjuangkan hidup mereka.”
Oleh karena itu, agenda oikumene menurutnya tidak boleh sebatas merawat relasi antar agama melainkan sebuah agenda yang lebih luas, a wider oikumenism, yang memastikan bumi sebagai rumah yang layak didiami semua manusia dan seluruh ciptaan Allah.
Dengan semangat natal 2018 dan tahun baru 2019, Ketua Majelis Sinode GMIT dalam suara gembalanya juga mengajak semua pihak termasuk pemerintah provinsi NTT untuk bekerja dan berjuang bagi perubahan sosial.
“Natal memberi kita spirit untuk berjuang bagi perubahan. Allah sedang turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi dunia, bagi NTT. Natal adalah bukti bahwa Allah tidak hanya berhenti pada wacana, dia bergerak dan menggerakkan kita untuk perubahan. Untuk itu semua kami Gereja Katolik dan Protestan di daerah ini mendorong pemerintah, semua unsur masyarakat sipil, mari kita berbenah-benah terutama sektor pendidikan, demi memastikan masa depan NTT yang lebih baik di generasi yang akan datang. Mari kita bekerja keras untuk NTT yang lebih cerdas, lebih sejahtera, lebih bermartabat.”
Memasuki pemilihan umum 2019, Pdt. Mery juga mengingatkan umat agar hikmat Kristus menjadi panduan dalam menentukan pilihan politik.
“Moment-moment politik dan demokrasi menjadikan kita makin dewasa untuk Pemilu yang berkualitas dan berintegritas. Pilih pemimpin-pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik, berkapasitas dan berintegritas yang teruji. Kita tolak politik uang, tolak uangnya dan jangan pilih orangnya. Para pemimpin agama juga mesti menjadi contoh. Gereja jangan mau dibeli oleh politik uang apapun bentuknya,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur NTT, Viktor Laiskodat dalam pesan natalnya mengatakan dunia saat ini bergumul dengan 5 P (Planet, People, Poverty, Partnership dan Peace).
Dalam konteks NTT, pihaknya telah berkomitmen mensejahterakan masyarakat NTT. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menaikan APBD 2019 yang telah disetujui DPRD NTT sebesar Rp. 5,4 triliun dari sebelumnya Rp. 4,9 triliun.
“Dalam semangat natal dan tahun baru kami telah menyiapkan anggaran APBD dan telah disetujui 5,4 triliun dari sebelumnya 4,9 triliun atau meningkat sekitar 600 milyar. Mimpi kami di akhir 2023 PAD NTT harus mencapai 3 triliun dan APBD-nya harus mencapai sedikitnya 9 sampai 10 triliun,” kata Laiskodat.
Lebih lanjut, Gubernur NTT juga menegaskan selain anggaran pembangunan yang memadai, hal terpenting lainnya adalah membangun mentalitas dan etos kerja. ***