KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Indonesia memperingati Hari Lingkungan Hidup setiap tanggal 10 Januari. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mengajak satu juta lebih jemaatnya untuk peduli lingkungan pada setiap bulan November dan ditetapkan menjadi “Bulan Lingkungan.” Selama sebulan penuh semua aktivitas pelayanan termasuk pemberitaan firman bertema lingkungan.
Mencintai lingkungan adalah salah satu cara mencintai diri sendiri, terutama mencintai Tuhan, Sang Pencipta. Apakah kita sudah menjaga lingkungan sekitar sebagaimana mencintai diri sendiri dan orang tersayang, serta Allah, Sang Pencipta?
Kita tahu bahwa masalah lingkungan bukan hal baru lagi. Pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang diadakan awal bulan Juli 2017 lalu, lingkungan dan perubahan iklim berada pada urutan teratas masalah yang harus segera ditangani.
Masalah lingkungan pun bermacam-macam. Mulai dari Global Warming, pencemaran sampah dan polusi hingga pemakaian bahan kimia yang semakin marak digunakan. Panasnya suhu udara Kota Kupang sepanjang Bulan Oktober hingga November tahun ini sudah membuat kita semua gerah. Kita makin menderita oleh menurunnya debit air. Sumur-sumur mengering, tanaman layu dan mati, kita kesulitan air bersih. Sedih sekali melihat foto-foto yang ditampilkan di linimasa teman-teman di media sosial yang memperlihatkan kesulitan warga mendapatkan air bersih akibat sumur dan sungai kering.
Pemakaian bahan plastik dan kertas juga menjadi perbincangan beberapa waktu belakangan. GMIT pun terus meminta perhatian umatnya soal sampah yang dihasilkan dari bahan plastik, yang tidak mudah terurai hingga ratusan tahun. Sidang-sidang gereja pun mulai menyediakan botol-botol air.
Satu lagi soal yang mungkin kita lupa, bahwa kertas yang kita gunakan berbahan baku kayu dari pohon. Berapa banyak pohon yang hilang sia-sia untuk memproduksi kertas yang kita pakai setiap hari. Kertas-kertas bekas yang masih bersih satu sisi bisa dipakai lagi untuk mencetak materi yang masih bersifat draf.
GMIT terus menyuarakan betapa pentingnya menjaga lingkungan hidup. Gerakan menanam pohon, tanam air, buang sampah pada tempatnya, kurangi sampah plastik dan hemat energi.
Bagaimana kalau kita melakukan program cinta lingkungan dimulai dari diri sendiri. Banyak cara sederhana yang dapat kita lakukan untuk mulai menjaga lingkungan. Apapun caranya harus berawal dari kesadaran dari kita sendiri untuk berbenah dan mulai menjaga lingkungan.
Mari kita tiru dengan melakukan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Cara ini akan efektif untuk mengurangi limbah sampah dan sampah barang yang tak terpakai di sekitar kita.
R-1. “Reduce”. Mengurangi penggunaan bahan yang bisa merusak lingkungan. Misalnya, memakai sapu tangan untuk mengurangi penggunaan tissue. Mengurangi penggunaan sedotan plastik, menggantinya dengan membeli sedotan bambu, metal atau kaca yang sudah banyak dijual. Saat pergi ke restoran atau cafe, tinggal membawanya saja dan cuci bersih setelah dipakai. Sediakan botol minuman sendiri yang bisa diisi ulang, dan mengurangi konsumsi air kemasan dari bahan plastik.
R-2. “Reuse”. Bisa memakai kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Memberikan pakaian yang sudah kekecilan kepada korban bencana alam atau sanak saudara bisa jadi yang paling mudah dilakukan. Saat berbelanja, sebaiknya memakai tas belanja sendiri berbahan kain dibandingkan kantong plastik. Memakai sisi kertas yang masih kosong bisa jadi langkah mengurangi penggunaan kertas. Ke pasar membawa tas belanja untuk menghindari pemakaian tas kresek.
R-3. “Recycle”. Caranya adalah mendaur-ulang sampah atau barang bekas di rumahmu menjadi kompos. Ada botol plastik atau kaleng yang tak terpakai? Gunakan saja sebagai pot tanaman dan wadah minyak goreng, atau dimanfaatkan sebagai bahan baku ketrampilan membuat aneka kreasi seni, hiasan atau kebutuhan lainnya. Kertas yang sudah tidak dipakai juga bisa didaur ulang menjadi karya seni atau dibentuk sesuai kebutuhan masing-masing.
Program 3R ini tidak sulit kita lakukan dan tidak membutuhkan banyak biaya. Hanya berbekal kemauan mengubah kebiasaan, kita bisa mencintai diri sendiri, orang yang kita sayang, lingkungan dan Tuhan Sang Pencipta alam semesta.
Jika GMIT dengan 2500-an gereja, 1.500-an pendeta, serta jutaan pengikut mau melakukan program 3R, tentu akan memberi dampak yang positif pada persoalan lingkungan di NTT.
Hai GMIT Lovers…!! Yuk, mulai sekarang coba kita lakukan 3R di rumah masing-masing. Jangan lupa ajak anggota keluarga, sahabat dan kenalan kita. Siapa lagi kalau bukan kita yang harus menjaga dan merawat di lingkungan sekitar kita? Sayangi lingkungan kita seperti kita menyayangi diri sendiri dan orang tercinta, serta Tuhan, Sang Pencipta! (Paul Bolla)