KUPANG, www.sinodegmit.or.id, “Salah satu sebab dari begitu banyak masalah yang terjadi di negara ini adalah orang tidak cukup dewasa menghayati agamanya sendiri.”demikian pernyataan Pdt. Dr. Andreas Yewangoe dalam diskusi bertema Radikalisme di Indonesia yang diselenggarakan oleh Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Teologi Majelis Sinode GMIT.
Irshad Manji, seorang Muslimah keturunan Pakistan yang tinggal di Kanada dan penulis buku “The Trouble With Islam Today”pernah ditanya audiens, kata Yewangoe, “Mengapa anda terus-menerus mengkritik Islam, seolah-olah Islam penuh dengan kekurangan dan Kristen tidak ada kekurangannya, Manji menjawab, Anda masuklah ke perpustakaan-perpustakaan di seluruh dunia dan Anda akan lihat sekian ribu buku yang ditulis oleh orang-orang Kristen untuk mengkritisi imannya sendiri. Kita, kata Manji, baru saja satu orang menggambar karikatur, sudah sekian banyak mall di seluruh dunia terbakar dan sekian banyak kepala hilang.”
Oleh karena itu, lanjut Yewangoe, agama yang tidak mampu mengoreksi dirinya sendiri ia bukan saja melangkah di tempat, tetapi malah meruntuhkan peradaban yang sudah dibangun berabad-abad. Anda bisa lihat di Iran waktu ISIS berkuasa. Bangunan-bangunan kuno yang sangat bernilai dihancurkan begitu saja, dan orang kehilangan jejak peradaban. Ini biadab, kecam Yewangoe dengan nada tinggi.
Ditanyai pendapatnya mengenai kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok, Yewangoe menegaskan bahwa penolakan terhadap Ahok, kalau mau jujur, itu semata-mata karena dia Cina dan Kristen. Tetapi segala sesuatu dicari alasannya. “Ahok dituding bermulut kotor, padahal menurut saya, kalau mau diteliti Ahok hanya keras kepada orang yang menurutnya harus dikerasin. Tapi hal itu diangkat begitu rupa seolah-olah ia begitu buruk dan seluruh kebaikannya dihilangkan. Karena itu, saya berpendapat pada suatu saat, sejarah akan mencatat bahwa ada seorang yang pernah mengingatkan bangsa ini untuk berada pada rel yang benar namun bangsa ini tertelinga tapi tidak mendengar; punya mata tapi tidak melihat.”