Pdt. Prof. Dr. Samuel B. Hakh: Teologi Hikmat Dalam Surat Yakobus

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Bagi sebagian pembaca modern tidak gampang memahami bentuk sastra dalam kitab-kitab hikmat dalam Alkitab seperti Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Akan tetapi ada juga kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran hikmat yang bersifat praktis untuk menjawab persoalan sehari-hari. Salah satunya adalah kitab Yakobus.

Demikian penjelasan Pdt. Prof. Dr. Samuel Hakh, saat menyampaikan materi pada seminar bertajuk “Teologi Hikmat Dalam Surat Yakobus” pada kegiatan seminar dan ibadah pembukaan semester ganjil, tahun ajaran 2019/2020 program pasca sarjana teologi, Universitas Kristen Artha Wacana-Kupang.

Konteks yang dihadapi oleh jemaat penerima surat Yakobus, kata dosen biblika dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) ini, sedang mengalami kemunduran iman dan moral.

“Mereka biasanya bersekutu bersama untuk beribadah (2:2), namun ibadah mereka hanya bersifat formalitas, sebab ibadah itu tidak berpengaruh terhadap sikap dan tindakan mereka sehari-hari dalam masyarakat. Dalam interaksi mereka di tengah jemaat dan masyarakat, mereka cepat marah (1:19-20), iri hari satu kepada yang lain dan saling bertengkar (4:1-2), saling fitnah dan saling menghakimi (4:11-12). Mereka cepat menyombongkan diri sebagai orang berhikmat tetapi sesungguhnya perbuatan mereka membuktikan bahwa mereka bebal (2:2). Mereka lebih menghormati orang kaya, sementara orang miskin diabaikan (band. Yak 2:1-4), padahal orang kaya yang menindas mereka dan menyeret mereka ke pengadilan (2:6). Ketika mereka menghadapi penganiayaan maka mereka cepat bimbang (band. Yak. 1:5-8). Karena iman yang mereka akui, hanya bersifat teoritis dan doktriner. Iman itu tidak disertai dengan tindakan konkrit,” ujarnya.

Oleh karena itu, dalam bentuk pertanyaan retoris, Yakobus bertanya, adakah satu sumber mata air dapat memancarkan air tawar dan air pahit? Atau apakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan pokok anggur dapat menghasilkan buah arah? Melalui cara bertanya seperti itu, Yakobus bermaksud menggiring warga jemaat kepada klimaks dari nasihatnya yaitu menjadi warga jemaat yang memiliki pribadi dan kehidupan rohani yang utuh. Bagi maksud itu, mereka perlu memiliki hikmat. Untuk mendukung nasihatnya ini, Yakobus mengambil bahan-bahan hikmat itu dari litertur Yahudi yang bersifat pribahasa, kemudian ia meramunya dalam berbagai topik nasihat kepada para pembacanya. Menurut Yakobus ada dua macam hikmat, yakni hikmat dari dunia dan hikmat dari atas. Tetapi Yakobus menegaskan bahwa hikmat yang dari atas itulah yang diberikan kepada orang Kristen pada waktu baptisan (1:17) untuk membaharui dan memampukan mereka mewujudkan iman mereka dalam perbuatan.

Menurut Yakobus, iman itu mesti dinyatakan dalam perbuatan mereka sehari-hari di tengah persekutuan jemaat dan masyarakat. Untuk itu, Yakobus menasihati jemaat agar mereka tidak hanya menyebut diri sebagai orang beriman melainkan juga mewujudkan iman itu dalam tindakan konkrit. Iman dan perbuatan bisa dibedakan tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Rektor UKAW, Dr. Ir. Ayub Urbanus Imanuel Meko saat membuka seminar ini, Kamis (19/9), menyampaikan apresiasi kepada Program Pasca Sarjana yang telah menyelenggarakan diskusi ilmiah ini. Ia berharap fakultas-fakultas di UKAW juga melaksanakan kegiatan yang demikian secara berkala sebagaimana tradisi dalam dunia kampus.

“Saya kira diskusi-diskusi ilmiah seperti ini perlu dilakukan terus menerus. Di tempat lain, ikut seminar ilmiah seperti ini harus bayar. Kita di sini orang Kupang bilang musti fafudi (bhs. Kupang: bujuk) orang untuk ikut.” ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *