Pembukaan Persidangan Majelis Klasis Kota Kupang diselenggarakan di Jemaat Talitakumi Pasir Panjang pada Senin, 14 April 2014. Persidangan yang berlangsung 3 hari ini dibuka dengan kebaktian pembukaan yang dipimpin oleh Pdt. Emr. Jance Nayoan, S.Th.
Dalam khotbah dari Kitab Mazmur 106:6-9, Pdt. Nayoan mengingatkan peserta persidangan tentang seruan Mazmur untuk belajar dari pengalaman masa lalu supaya tidak melakukan kesalahan di masa kini dan masa depan. Sekaligus menjadikan cerita pelayanan Majelis Klasis Kota Kupang sebagai cerita pelayanan yang benar-benar baik dan benar serta menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pelayanan Klasis dan seluruh jemaat serta memberkati umat Tuhan tidak saja sekarang tapi juga untuk generasi selanjutnya.
Kebaktian diisi dengan Paduan Suara Pelita Talitakumi Pasir Panjang, PS Mazmur Coral, PS Jemaat Galed Kelapa Lima, PS Porti Sera Jemaat Betlehem Oesapa Barat.
Di tengah kebaktian, dilaksanakan pembacaan akta pembukaan persidangan oleh KMK Kota Kupang, Pdt. Laazar de Haan, Sm.Th
Hadir dalam kebaktian pembukaan Sekretaris Majelis Sinode, Pdt. Benjamin Naralulu, M.Th, Sekda Kota Kupang, Majelis Klasis Kota Kupang, para pendeta Klasis Kota Kupang, UPP dan BPP.
Rangkaian pembukaan diikuti dengan Laporan Ketua Panitia Penyelenggara Persidangan, Pnt. Yoram Bang. Dalam laporannya ia menyampaikan bahwa semangat kerja Panitia dan Jemaat Talitakumi Pasir Panjang didasarkan pada pesan Firman Tuhan dari Yesaya 49:3 maka pekerjaan persiapan dilakukan dalam semangat demi kemuliaan nama Tuhan.
Sapaan Dilanjutkan oleh tokoh Jemaat Talitakumi Pasir Panjang, Dr. Jeny Eoh. Dalam sapaannya ia menyampaikan harapan agar Sidang Majelis Klasis menghasilkan keputusan yang kreatif dan inovatif untuk menjawab kebutuhan unit-unit pelayanan jemaat.
Rangkaian acara diikuti dengan sambutan-sambutan dari yang dimulai dengan sambutan Sekda kota Kupang, mewakili Walikota Kupang. Dalam sambutannya, ia menyatakan harapan agar gereja lebih perduli dengan pelestarian alam. Ditambah lagi berbagai masalah sosial yang melilit kehidupan masyarakat menjadi tantangan bagi pemerintah dan gereja untuk diperhatikan.
Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Pdt. Benjamin Nara Lulu, M.Th, dalam suara gembalanya mengatakan, dalam pembebasan yang dilakukan Allah melalui penderitaan, kematian dan kebangkitan, kiranya persidangan menghasilkan pembebasan bagi umat manusia, khususnya jemaat. Terlebih untuk 3 hal yang menjadi pergumulan GMIT yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pdt. Benjamin juga menyoroti panca pelayanan dengan berbagai pergumulannya untuk diperhatikan oleh peserta sidang. (Pdt. Leny Mansopu)