Pentahbisan Gereja Getsemani Sikumana – Berawal dari Perpindahan Warga Musafir

“Dengan ditahbiskannya rumah gereja, jadikan moment untuk menilai dan menata diri ke depan sehingga visi dan misi gereja bisa terlaksana yakni mewujudkan jemaat misioner, mandiri dalam daya dan dana.” Demikian dikatakan oleh Pdt. Benjamin Nara Lulu dalam khotbahnya saat mentahbiskan gedung kebaktian Jemaat Getsemani Sikumana.

Peresmian dan pentahbisan gedung kebaktian Jemaat Getsemani Sikumana, Klasis Kupang Barat ini sekaligus dirayakan ulang tahun jemaat  yang ke-29.

Walikota Kupang dan Sekretaris MS GMIT selaku pendeta pentahbis, memulai rangkaian kegiatan peresmian dengan membuka selubung papan nama lalu menandatangani prasasti peresmian gedung kebaktian.

Sebagai tanda peresmian dilepaskan burung merpati oleh seorang tua jemaat. Dan pelepasan balon oleh walikota Kupang sebagai peringatan 29 tahun Jemaat Getsemani.

Sekretaris MS kemudian menerima kunci ruang kebaktis lalu menyerahnya kepada koster jemaat untuk membuka ruang kebaktian dan mengajak seluruh jemaat memasuki ruang kebaktian.

Kebaktian dipimpin oleh Pdt. Benjamin Nara Lulu selaku pendeta pentahbis bersama Pdt. Alu Kale-Riwu Kaho dan beberapa pendeta Kupang Barat.

Dalam khotbahnya, yang terambil dari Mazmur 78:1-11, Pdt. Benjamin mengatakan, Firman Tuhan berbicara tentang sejarah bangsa umat Tuhan. Ia mengingatkan ungkapan Bung Karno yang terkenal yakni Jasmerah, ‘jangan sekali melupakan sejarah’. Ungkapan jasmerah mengingatkan kecenderungan 2 kelompok yang bertolak belakang yakni kelompok yang tidak menghargai sejarah, dan kelompok yang cenderung nengagungkan sejarah dan masa lalu. Dua kelompok tersebut ada di tengah jemaat. Akibatnya adalah konflik.

Menghadapi 2 kelompok ini, jangan menutup diri terhadap sejarah tapi juga jangan mengabaikan sejarah.

Umat Israel dinilai cenderung tidak mengingat sejarah keselamatan yang Tuhan sudah buat. Mereka lupa sejarah bahwa mereka jadi bangsa bukan karena raja Daud atau Salomo. Akibatnya mereka mengabaikan hukum Tuhan dan menjadikan umat sebagai objek. Israel kemudian terpecah pada masa Rehabeam.

Perjalanan sepanjang 29 tahun penuh pergumulan jemaat Getsemani. Pergumulan yang mesti dipahami bahwa kalau bukan Tuhan maka sejarah gereja tidak mungkin dimulai.

Untuk itu jemaat diajak untuk bekerja keras menata tekad dan mewujudkan tema pelayanan GMIT yakni berbahagialah orang yang membawa damai.

Nama Jemaat Getsemani, taman pergumulan, bukan pemberian nama yang bersifat kebetulan Maknanya adalah di balik pergumulan ada kemenangan. Tuhan selalu bergumul bersama jemaat maka gereja mesti dijadikan sebagai tempat bergumul dan bersekutu dengan Tuhan.

Seusai kebaktian, Pdt. Emr. Zaka Neno, sebagai tokoh jemaat, menggambarkan sekilas pergumulan pelayanan. Ia bertutur bahwa awal terbentuknya Jemaat Getsemani dimulai dari sejumlah warga Gereja Musafir Oepura yang bermukin di daerah Sikumana dan mendirikan gedung gereja di atas gedung kebaktian sekarang sejak tahun 1962. Rumah kebaktian itu diresmikan pada 16 Desember 1962 dengan nama Jemaat Musafir Sikumana.

Jemaat ini kemudian menghadapi persoalan serius yang berhubungan dengan urusan pencatatan sipil beberapa pasangan yang hendak menikah. Persoalan ini berakibat pada kesepakatan seluruh jemaat untuk kembali ke pangkuan GMIT demi kebaikan pelayanan jemaat.

Maka tanggal 31 Oktober 1972 dilaksanakan acara penerimaan jemaat dalam berita acara dan diketahui oleh Sekretaris Majelis Sinode masa itu. Momentum kembali ke pangkuan GMIT ditandai dengan perubahan nama menjadi Jemaat Betania Sikumana.

Oleh karena pertambahan jemaat yang terus berkembang maka maka pada tanggal 28 Juni 1986, Majelis Sinode GMIT menerbitkan surat keputusan tentang pendewasaan jemaat terhitung dengan perubahaban nama jadi menjadi Jemaat Getsemani Sikumana dalam lingkungan pelayanan Kupang Barat.

Saat itu belum ditempatkan pendeta untuk melayani maka pelayanan dilakukan oleh Ketua Klasis Kupang Barat dengan dibantu Pdt. Zaka Neno.

Tanggal 1 Maret 1987 ditempatkan pdt. Tafius Talulangi, S.Th. Setelah itu menyusul ditempatkan Pdt. Ros Funay-Sereh, Pdt. Folkes Pelandou, Pdt A.R.B. Nalle-Adutae, dan saat ini Pdt. Alu Kale-Riwu Kaho.

Mengakhiri rangkaian acara, para pendeta yang pernah melayani di Jemaat Getsemani Sikumana secara bersama memotong kue ulang tahun yang telah disediakan dan memberikanya kepada para tokoh jemaat dan beberapa tamu yang ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *