KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT) bekerja sama dengan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) menggelar Workshop Bimbingan Teknis (Bimtek) dalam rangka pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat desa tahap dua.
Kegiatan ini dibuka oleh Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian PDTT Drs. Priyono. Dalam sambutannya ia mengatakan workshop ini bertujuan meningkatkan kapasitas SDM masyarakat di desa-desa tertinggal terutama di bidang menejemen usaha kemasan komoditas pertanian, perkebunan, perikanan dan industri rumah tangga. Selain itu juga untuk mendorong semangat kewirausahaan masyarakat.
Sebelumnya pada bulan Juli lalu workshop yang sama melibatkan peserta dari Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Pada workshop pertama, peserta diberi pelatihan pembuatan sepatu dan sabun. Sedangkan pada pelatihan kedua ini, peserta dibekali teknik merancang kemasan dan logo serta pengenalan aplikasi pemasaran produk melalui media sosial.
“Untuk tahap kedua ini kami berbagi pengetahuan mengenai desain packaging dan cara membuat branding. Idenya kami gali dari wawasan peserta yang hasilnya dalam bentuk logo produk. Selain itu peserta juga diperkenalkan dengan aplikasi android yang memudahkan peserta dalam menjual produk di media sosial,” jelas Andreas Syah Pahlevi, instruktur Bimtek yang juga adalah dosen di Universitas Negeri Malang, Rabu, (15/8) di Swiss-Belinn Hotel, Kupang.
Lebih lanjut Ketua Asosiasi Desainer Grafis Indonesia Cabang Malang ini mengatakan bahwa sebetulnya produk-produk lokal (home industri) tidak kalah kualitasnya dengan produk pabrik, hanya saja kalah bersaing karena kemasannya kurang menarik.
Pada pelatihan tahap kedua ini para peserta membawa hasil kerajinan berupa sepatu bermotif tenun NTT. Norci Nomleni (25), peserta asal TTS mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini karena membuka wawasannya dalam hal pengemasan dan pemasaran produk.
“Ini pelatihan yang bagus. Saya senang, pelatihan ini memberi pengetahuan yang cukup bagi saya untuk mengembangkan kreasi sepatu. Dari sepatu bekas menjadi sepatu dengan desain motif tenun. Untuk pelatihan kedua ini sangat menarik karena kalau sebelumnya kami hanya terima pengerjaan sepatu yang mau dimodifikasi tapi dengan pelatihan kedua ini saya termotivasi untuk membuat branding produk sendiri,” ujar Norci.
Sukacita yang sama juga diungkapkan Sikri Lado (22), pemuda jemaat GMIT Imanuel Hausisi Amarasi Timur. Dalam pelatihan kedua ini ia membawa hasil kerajinan sepatu motif tenun yang dikerjakan bersama 4 orang teman lainnya usai mengikuti pelatihan sepatu pada bulan Juli lalu.
“Ini sepatu yang kami hasilkan, kata Sikri sambil menunjukan sepatu motif tenun Amarasi. “Dalam sehari kami bisa mengerjakan 5 pasang sepatu. Rata-rata untuk satu pasang dibutuhkan modal sekitar 75 ribu rupiah. Tergantung jenis kain motiv yang digunakan,” ujarnya.
Paulus Nitbani, ketua panitia workshop area Kupang berharap workshop ini menjadi bekal bagi peserta dalam pengembangan usaha. ***