
www.sinodegmit.or.id, Setelah lebih dari dua tahun berhenti siaran karena kerusakan perangkat akibat siklon tropis Seroja pada April 2021, Radio Suara Kasih FM 89,3 MHz, kembali mengudara. Acara relaunchingdilaksanakan di sela-sela Persidangan Majelis Sinode (MS) GMIT ke-51, di gedung GMIT Center.
“Ini hari yang sangat bersejarah dan sangat mengharukan bagi saya. Ketika antena patah, dan kami dapat berita bahwa radio disegel, itu sangat berat. Dan kami bertanya, apakah radio bisa kembali mengudara karena kita butuh 400 hingga 500 juta rupiah untuk radio ini bisa berpulih,” ujar Ketua MS GMIT, Pdt. Mery Kolimon, saat menyampaikan suara gembala, yang dihadiri para Ketua Majelis Klasis dari 53 klasis, Badan Pembantu Pelayanan Sinode dan Unit Pembantu Pelayanan MS GMIT, Jumat, (1/9).
Namun, di tengah berbagai tantangan, lanjut Pdt. Mery, Tuhan membuka jalan bagi upaya penyelamatan radio milik GMIT ini, sehingga bisa mengudara kembali.
“Kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada gereja sahabat kami gereja Irlandia terutama kaum perempuan di gereja Irlandia yang setiap hari minggu keliling cari dana untuk kirim kasi kita supaya radio kembali berdiri. Mama Pendeta Elsy Niap, om Barry McCroskery, Bapak Ueli dan teman-teman di gereja Irlandia, thank you so much for believing us dan Pak Daniel Tagu Dedo, Bapak direktur Bank NTT yang membantu kami dengan dana yang dibutuhkankan,” kata Ketua MS GMIT.
Pemulihan Radio Suara Kasih menghabiskan biaya sekitar 450 juta rupiah dengan dukungan dana sekitar 80% berasal dari gereja Irlandia, sedangkan sisanya berasal dari Bank NTT dan Tim Tanggap Siklon Seroja MS GMIT.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Tim Pemulihan Radio antara lain: Pdt. Emil de Fretes, Paul Bolla, Pdt. John Yusuf, Deasy Ratuwalu, Habel Dulah, Jimi Otemusu, Pdt. Irwan Matoneng, Ari Balan, Theny Panie dan Wanto Menda.
“Dengan rasa syukur, haru, dan bangga, kami sampaikan bahwa Radio Suara Kasih sudah mengudara. Untuk para fans, untuk persekutuan pendengar Radio Suara Kasih, terima kasih banyak untuk doa anda semua sehingga radio bisa kembali mengudara. Komitmen kita bahwa radio ini tidak sekedar kembali mengudara tetapi melaksanakan fungsi kesaksian, persekutuan, pelayanan kasih, ibadah, dan penatalayanan,” tutup Pdt. Mery.
Ketua Majelis Klasis Flores, Pdt. Melkisedek Sniut, berharap Radio Suara Kasih menjadi radio yang menjangkau seluruh, atau setidaknya, sebagian besar wilayah pelayanan GMIT. Namun, akibat kemajuan teknologi digital yang mengakibatkan menurunnya minat pendengar radio di seluruh dunia, ia mendorong manejemen radio agar berinovasi dengan menyediakan layanan visual atau streaming sehingga menjangkau lebih banyak pendengar maupun viewer.
“Harapan saya agar Radio Suara Kasih memproduksi siaran-siaran yang tidak saja membangun kehidupan rohani dan iman jemaat melainkan juga seluruh aspek kehidupannya,” ungkap Pdt. Sni’ut.
Direktur Radio Suara Kasih, Pdt. Irwan Matoneng, mengatakan dengan dukungan 11 orang karyawan saat ini, pihaknya akan mengupayakan berbagai program siaran yang akan memperkuat penyebarluasan komunikasi dan informasi pelayanan GMIT di lingkup jemaat, klasis dan sinode. Karena itu, ia mengharapkan adanya dukungan timbal balik antara radio dan jemaat-jemaat di seluruh wilayah pelayanan GMIT. ***