Busalangga-Rote, www.sinodegmit.or.id, Jumlah pendeta GMIT sekitar 1.500 orang saat ini, memberi pekerjaan rumah bagi Majelis Sinode (MS) GMIT. Di satu sisi jumlah ini memberi sumbangan bagi kekuatan persekutuan namun tantangannya adalah bagaimana merawat relasi di antara sesama pelayan.
Dalam diskusi kelompok yang melibatkan 30-an pendeta se teritori Rote pada kegiatan Trainer of Trainers (ToT) di Busalangga-Klasis Rote Barat Laut, isu kolegial atau kerja sama antar pelayan tersebut diangkat sebagai isu yang perlu diberi perhatian oleh MS-GMIT periode 2020-2023 mendatang sekaligus sebagai program strategis dalam Haluan Kebijaksanaan Umum Pelayanan (HKUP).
Menurut Pdt. Fady Dillak dari Klasis Rote Barat Daya, penambahan tenaga pelayan di jemaat-jemaat dengan beragam latar belakang, seperti perbedaan usia, almamater, etnis, karakter, model kepemimpinan, dan sebagainya, rentan terhadap konflik yang berdampak pada keutuhan persekutuan dalam jemaat.
“Pendeta adalah pelayan yang memimpin. Kalau di antara para pelayan tidak akur atau komunikasinya kurang harmonis maka dampaknya akan merembet kepada jemaat. Ini bukan hanya isu bagi para pelayan di Rote saja tetapi juga di semua klasis. Karena itu kami merasa isu ini perlu menjadi perhatian Majelis Sinode di periode mendatang,” ungkap Pdt. Fady
Isu kolegialitas yang diangkat peserta ToT teritori Rote-Ndao tersebut dibenarkan oleh Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon. Dalam sesi tanggapan ia mengatakan, “Biasanya kalau jemaat masih dipimpin satu pendeta, suasananya harmonis seperti taman eden. Tetapi kalau sudah dua atau tiga pendeta melayani satu jemaat, kadang-kadang suasananya mirip ring tinju. Ini tantangan kita saat ini sekaligus catatan untuk program di HKUP mendatang,” ujar Pdt. Mery.
Klasis Rote Timur, Pdt. Nurdiana Lauwoe, menyarankan ke depan mutasi pendeta perlu mempertimbangkan perimbangan pendeta senior dan yunior dalam sebuah klasis.
“Khusus di klasis Rote Timur, relasi antar pendeta relativ baik. Perbandingan antara pendeta senior dan yunior berimbang, mulai dari usia pensiun sampai yang paling muda. Tetapi juga di rapat berkala kami membangun komitmen untuk selalu terbuka terkait hal-hal yang berhubungan dengan relasi-relasi pelayanan, jadi butuh kepemimpinan yang kuat di semua lingkup untuk tangani isu ini.”
Kegiatan ToT Perencanaan Program Pelayanan oleh MS GMIT yang berlangsung di teritori Rote merupakan pelatihan yang sama untuk tujuh titik. Sebelumnya kegiatan dilaksanakan di Teritori TTU, TTS, Flores, Sabu, Alor, Kupang Daratan dan Semau, dan Rote. Titik ke-8 akan melibatkan para pimpinan Badan Pembantu Pelayanan (BPP) dan Unit Pembantu Pelayanan (UPP) dan Majelis Sinode GMIT yang akan berlangsung mulai besok, Rabu-Jumat, (26-28 Juni) di Jemaat GMIT Bet’El Naimata, Klasis Kupang Tengah.
Selain bertujuan meningkatkan kapasitas para pendeta dalam memahami alur perencanaan program pelayanan gereja dan menjadi trainer di klasis masing-masing, ToT ini bermaksud menjaring berbagai informasi pelayanan dan mengidentifikasi isu-isu strategis di lingkup jemaat, klasis dan sinode sebagai bahan untuk merumuskan draf HKUP GMIT periode 2020-2023 yang akan dibahas dalam Sidang Sinode ke-34 pada bulan Oktober mendatang di Jemaat GMIT Paulus Naikoten-Kupang. ***