“Saya Warga GMIT Tidak Mungkin Menegerikan Sekolah GMIT, Tapi Tolong Kirim Guru”

SD GMIT Baob, Klasis Mollo Timur, Kecamatan Polen-TTS.

KUPANG www.sinodegmit.or.id, Sebelum pensiun dari pekerjaannya, Dan Nitbani (57), untuk kali pertama menginjakkan kaki di Kantor Majelis Sinode (MS) GMIT. Ia berasal dari kampung Baob, desa Laob, kecamatan Polen, TTS. Kedatangannya di Kantor MS GMIT demi satu tujuan: meminta tenaga guru.

“Saya datang ke sini untuk minta tolong Sinode GMIT kirim guru ke SD GMIT Baob. Sejak tahun 2003 sampai hari ini hanya ada dua guru PNS (Pegawai Negeri Sipil, red.) termasuk saya. Tahun lalu baru tambah satu guru PNS mata pelajaran agama. Jadi Sinode tolong bantu saya dengan dua tenaga guru karena tiga tahun lagi saya pensiun maka sekolah bisa-bisa tutup,” ujar Dan, Kepala Sekolah SD GMIT Baob penuh harap.

SD GMIT Baob yang berdiri pada tahun 1958 merupakan sekolah pertama di desa ini. Jumlah murid saat ini sebanyak 90 orang yang terbagi dalam 6 rombongan belajar. Tahun ajaran 2019, hanya ada 8 murid baru yang mendaftar padahal syarat minimal yang ditetapkan pemerintah 20 orang. Ia sendiri sudah 2 tahun tidak lagi mengajar sehingga hanya ada dua guru PNS yang aktif yakni seorang guru umum dan satu lagi guru mata pelajaran agama. Untuk mengatasi kekosongan tenaga guru itu, ia mengangkat 5 orang guru honor tamatan SMA. Mereka digaji 250 ribu per bulan dari dana BOS. Gaji sekecil itu pun tidak diterima secara rutin tiap bulan tetapi tergantung pada kelancaran pencairan dana BOS.

Dan Nitbani, Kepala Sekolah SD GMIT Baob, Polen-TTS

“Sekarang ada lima orang honor yang hanya tamat SMA, tapi mereka juga datang mengajar sesuka hati. Saya tidak bisa marah mereka karena takut mereka bangun lari siapa yang mengajar anak-anak,” lanjut Dan.

Dimintai klarifikasi terkait kabar bahwa dirinya berencana menegerikan sekolah ini karena lemahnya perhatian yayasan, Dan menampik.

“Saya warga GMIT. Kerja di sekolah GMIT. Tidak mungkin saya menegerikan sekolah GMIT. Tapi GMIT tolong kirim guru,” ujarnya serius.

Menurut pengakuannya, selama 16 tahun menjadi kepala sekolah, ia belum pernah bertemu dengan ketua Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris).

“Selama menjabat kepala sekolah saya belum pernah bertemu pihak Yupenkris. Atau mungkin saja pernah kunjungi sekolah tapi kami tidak bertemu. Pernah ada teman yang bilang kepada saya bahwa nama Yupenkris sudah berubah menjadi Yapenkris. Tapi saya bilang, yang saya kenal Yupen bukan Yapen.”

Menurut salah satu guru yang tidak mau disebutkan namanya, prestasi sekolah ini kian memperhatinkan sejak belasan tahun terakhir padahal sebelumnya mutu sekolah ini lebih baik dari sekolah negeri dan inpres yang ada di sekitarnya. Terkait keluhan kepala sekolah mengenai rendahnya komitmen guru-guru honorer, ia mengaku hal itu. Namun ia menilai hal itu disebabkan oleh kemacetan pembayaran gaji akibat lambannya laporan pertanggungjawaban dana BOS dari kepala sekolah.

“Kalau menyangkut honor guru, masalahnya ada pada kepala sekolah. Beliau kurang transparan dalam hal pengelolaan dana BOS. Laporan pertanggungjawaban seringkali terlambat sehingga pencairan tidak berjalan lancar, akibatnya ada guru honor yang sudah satu tahun ini belum terima gaji” terangnya.

Selain itu ia juga membenarkan lemahnya tanggungjawab Yapenkris. Seingatnya sepanjang belasan tahun terakhir ini, Yapenkris hanya sekali berkunjung.

Dimintai tanggapan mengenai desakan kebutuhan tenaga guru di SD GMIT Baob, Ketua Badan Pendidikan Sinode GMIT, Pendeta Elisa Maplani menjelaskan akan dipercakapkan dengan MS GMIT.

“Nanti kita percakapkan dengan MS GMIT karena ada sejumlah sekolah yang mengalami pergumulan yang sama. Ada sekolah yang tenaga guru PNS hanya kepala sekolah saja, itu pun sudah mau pensiun. Jumlahnya sekitar 40 sekolah,” jelas Pendeta Elisa.

Sementara terkait persoalan tenaga honor yang belum terima gaji seperti yang dialami SD GMIT Baob, menurut Pendeta Elisa, Yapenkris perlu menggalang dana sehingga tidak tergantung pada bantuan dari Majelis Sinode GMIT saja. Ia juga meminta perhatian jemaat dan klasis agar menganggarkan dana rutin khusus pendidikan di samping persembahan 2% dana pendidikan yang berlaku sinodal. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *